All Chapters of Pendekar Gunung Tiga Maut: Chapter 41 - Chapter 50
89 Chapters
Burung di Hening Dan Gelapnya Malam
“Manusia mempunyai kepekaan sendiri-sendiri, kalian tidak perlu memaksakan diri untuk sama dengan orang lain,” kata Kosala pada malam ketiga. “Yang perlu kalian lakukan adalah berusaha dan berusaha, urusan hasil adalah Tuhan yang melaksanakan!”Bahkan dalam hidupnya sama sekali Danu dan Permata melibatkan Tuhan, dalam artian mengikut sertakan Tuhan dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Mereka melakukan setiap tindakan dengan sendirinya, dengan keinginan dan rasa sendiri dalam hidupnya, dan kali ini Kosala memerintahkan kepada mereka berdua untuk mengakui keberadaan Tuhan.“Dengan demikian, manusia mempunyai dirinya masing-masing, mempunyai jati diri masing-masing, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Kelebihan adalah sebuah hal yang bisa didapatkan dan diijinkan oleh Tuhan. Yang tidak ada dalam kehidupan itu adalah kekurangan, sejatinya Tuhan tidak menciptakan kekurangan untuk manusia, sebab semua bisa dan mampu untuk diusa
Read more
Berbagi Hati
Malam ke empat, Danu dan Permata masih berusaha sebisa mungkin untuk memahami apa yang dimaksud dengan bahasa hati, mendengarkan dan mengucapkan dengan hati.Dini hari mereka berdua duduk di atas tanah, di atas halaman rumah yang luas itu. Di samping kanan halaman ada sebuah pohon mangga besar yang selalu bergerak-gerak ketika angin menyapanya. Pohon mangga itu pula yang ketika pagi dan menjelang petang menjadi tempat bermainnya burung-burung bersama kawanannya. Kini pohon itu tengah berbunga, mungkin dua bulan lagi akan menjadi buah, dan beberapa minggu kemudian akan menjadi buah yang matang.Sayup-sayup angin bertiup dari selatan, menggerak-gerakkan pepohonan, mematikan lampu minyak tanah yang sebelumnya masih menyala. Sekarang keadaan benar-benar gelap, tidak ada penerangan kecuali sinar rembulan yang sebentar lagi akan menghilang, juga beberapa bintang yang sinarnya melebih sinar bintang lain.Beberapa saat kemudian angin bertiup lumayan kencang, hingga bebe
Read more
Jangan Tinggalkan Aku, Danu!
“Kamu tega, Danu!” kata Permata lirih kepada daun pintu yang menemaninya. Matanya memandang Danu yang tengah berbincang asyik dengan Rumana di halaman rumah luas, memandang kemerlip bintang.Air matanya dibiarkannya mengalir begitu saja, tangannya tidak mampu lagi menghapus luka yang begitu dalam. Permata tidak sanggup lagi melihat itu semua. Lebih baik sekarang aku kembali tidur saja, batin Permata. Dia berbalik arah, tapi tanpa disadarinya tiba-tiba kakinya menendang sebuah pot dari tanah liat.Brak...Suara kegaduhan terdengar. Danu dan Rumana memalingkan kepala, melihat sebuah pot telah pecah menjadi beberapa bagian. Selanjutnya Permata mematikan lampu minyak tanah dengan kekuatannya, suasana menjadi gelap sempurna. Saat itulah dia gunakan waktu untuk segera kembali ke dalam kamar agar tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya telah menangis. Samar-samar dia menggunakan kedua tangannya sebagai penunjuk arah.“Mungkin itu kucing!”
Read more
Sapa Santun
Hai, Teman-teman! Semoga hari-hari kalian bisa dan menjadi lebih berwarna dengan kehadiran novelku ini, ya!  Eh, kenapa, yah... teman-teman kok jarang sekali yang komen? Padahal, satu komen kalian tentulah sangat berarti untuk penulis. Komen dong, hihi... Jangan lupa juga untuk memberikan bintang full pada setiap komennya. Atau, jika ada kesalahan langsung bisa saja teman-temannya mengkritiknya dengan cara komen. Intinya, penulis senang sekali jika teman-teman sekalian berkenan untuk komen dan memberikan masukan-masukan.  Terima kasih untuk kalian semua yang bersedia menunggu bab demi bab yang aku tulis, semoga alurnya memuaskan dan menghibur. Di luar itu semua, semoga tetap membawa pelajaran yang berarti dalam kehidupan kita.  Oke, selamat membaca menikmati alurnya. 
Read more
Selamat Jalan
Malam kelima, dan sepertinya itu adalah malam terakhir untuk Danu juga Permata untuk mengasah kemampuan berbicara kepada alam, mendengar dengan hati, dan berucap dengan bibir hati, bersama Kosala. Malam itu akan menjadi malam terakhir bagi mereka berdua untuk selanjutnya meneruskan perjalanan. Ini memang sebuah hal yang sangat luar biasa, mereka akan melanjutkan petualangan yang lebih menegangkan lagi. Kosala telah memberikan kode kepada mereka berdua untuk segera meneruskan perjalanan. Mungkin menurut Kosala kemampuan membaca alam mereta sudah lebih dari cukup sebagai kata pemula.“Aku rasa kalian sudah memahami dasar-dasar tentang bagaimana cara berbicara dan mendengarkan dengan hati,” ujar Kosala, malam ini suasana mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan datang, angin sayup-sayup basah menggerakkan dedaunan.“Maka tidak ada kepentingan lagi dalam diri kalian untuk terus hidup di rumahku. Dengan sopan besok aku mempersilakan kalian untuk meninggal
Read more
Kosala Pengkhianat
“Apakah kau lupa dengan janjimu, Kosala?” salah seorang di antara mereka bertanya dengan nada berteriak.Mereka tidak kurang dari lima belas orang. Datang tanpa diundang, mereka langsung marah-marah kepada Kosala tanpa pembukaan. Lingkaran itu sekarang itu berupa lingkaran lagi, terkalahkan oleh jejak manusia yang mengepung Kosala, Danu, juga Permata.“Janji apa yang kau maksud?” Kosala bertanya dengan nada datar.“Aku rasa kau belum terlalu begitu tua, Kosala! Aku harap kau juga tidak hilang ingatan sehingga dengan sengaja melupakan janji-janji yang kau ucapkan. Apakah kau benar-benar lupa? Baiklah, anak buahku akan memberikan kenangan-kenangan yang akan mengingatkanmu!”Satu orang maju lebih dekat kepada Kosala, menginjak garis yang dibuatnya sehingga sepertinya antara Kosala dan orang itu tidak ada jarak.“Dahulu, kau pernah berkata kepada kami bahwa kau akan memberikan perlindungan kepada kami dan membe
Read more
Rumana Tidak Terima
Hai, teman-teman, senang sekali malam ini aku bisa update satu episode buat kalian. Semoga bisa menemani malam kalian yang sunyi, yah, hehehe. Kira-kira sejauh ini hikmah apa, sih, yang kalian temukan di dalam perjalanan Danu juga Permata? Komen, dong, hihihi...   ***  Semalaman Danu dan Permata tidak pejamkan mata. Permata bagai ibu yang memangku anaknya, Rumana terbangun ketika hari menjelang pagi.“Maaf, Mbak Permata!” ujar Rumana setelah terjaga dari tidurnya.Belum ada tanda-tanda Kosala akan segera sadarkan diri. Namun syukurlah, wajahnya tidak lagi pucat, pulih seperti sedia kala. Wajahnya memerah, kumisnya tebal, nafasnya teratur. Mungkin ketika matahari benar-benar muncul nanti Kosala akan membangunkan diri. Sekarang tetaplah berdoa yang menjadi satu-satunya usaha mereka.Pagi-pagi benar tabib yang tadi malam mengobati Kosala datang kembali. Di tangannya te
Read more
Rencana Penyerangan
Dua hari dalam perjalanan tidak ada masalah berarti untuk Danu dan Permata. Kuda mereka membuat langkah lebih cepat dan menghemat waktu, lebih baik pula selanjutnya untuk Diana.Mereka kini tengah melewati sebuah desa yang bias-biasa saja. Pedagang-pedagang menjajakkan dagangannya di pasar bersama dengan hingar-bingarnya pembeli. Orang-orang seperti semut yang mengerubuti ikan asin, pagi itu mereka melewati sebuah pasar desa, akses satu-satunya pula untuk sampai pada lokasi tujuan. Mereka sarapan di sebuah warung tengah pasar, teriakan demi teriakan terdengar memekakkan telinga, tawar-menawar terjadi tanpa ada yang mengalah. Pedagang kain menawarkan harga dan kualitas, di sebelahnya pedagang baju jadi tanpa ampun mengolok-olok pedagang di sebelahnya.“Nasi dua, Ibu!” Setelah duduk Danu langsung memesan sarapan untuk pagi ini.Suara gaung lebah terdengar memenuhi warung, itu adalah suara kebisingan antara orang yang bercerita dan sesekali komentar dar
Read more
Serat Agung Dalam Bahaya
Kuda berlari kencang setelah meninggalkan pasar yang ramai, kini melintasi pedesaan yang tampak sepi. Dalam keadaan seperti itu, Danu dan Permata bebas mengendalikan kuda dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Tidak akan ada yang merasa tersinggung dengan kecepatan mereka. Beberapa saat berlalu, sepertinya mereka telah memasuki area yang dekat dengan kerajaan.Tampak antrean panjang di jalanan sebelum memasuki perkotaan, lokasi kerajaan. Pedagang-pedagang tidak ada yang luput dari pemeriksaan, tidak ada sama sekali pendatang yang bebas dari pemeriksaan. Ini benar-benar sebuah rencana yang sangat matang untuk melakukan penyerangan, pihak kerajaan tidak memberikan kesempatan kepada penyusup untuk masuk wilayah kerajaan, para penjahat lokal juga begitu.Tujuan utama pihak kerajaan melakukan pemeriksaan sebenarnya sangat bagus, yaitu untuk mengurangi potensi adanya penjahat yang memasuki kerajaan. Tapi tidak semua prajurit yang mendapatkan tugas untuk memeriksa mempun
Read more
Gadis Cantik Itu Permata
“Dari mana kalian berasal?” tanya seorang prajurit kepada Danu.“Aku dari desa Banjar Rejo!” jarab Danu.Permata tidak paham dengan apa yang ada dalam pikiran Danu. Tadi pagi ketika ada yang bertanya dari mana dia berasal Danu menjawab dari Lereng Gunung Tiga Maut, sekarang dengan pertanyaan yang sama ia menjawab dari Banjar Rejo. Manakah yang benar? Permata bingung sendiri.“Jauh sekali. Untuk keperluan apa kau melintasi wilayah kerajaan?” Seorang prajurit dengan nada mengancam bertanya, dan Danu sangat tidak menyukainya.“Aku mempunyai seorang saudara yang berada di desa Sambijajar, dan aku akan mengunjunginya dengan adikku ini!” Danu menunjuk Permata dengan jari telunjuknya. Permata tersenyum, sebuah senyum yang ia paksakan karena kaget.“Apakah kalian tidak membawa barang-barang yang bisa membahayakan orang lain?” tanya prajurit itu lagi, matanya menjelajah dari ujung kaki sampai rambu
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status