All Chapters of Kesatria Mawar: Chapter 51 - Chapter 60
98 Chapters
Bagian 51
Setelah tarikan yang kuat, Gulzar Heer merasakan tubuhnya mengambang, lalu terempas ke tempat empuk. Aroma manis tak asing menyapa indra penciuman. Dia membuka mata perlahan. Wajah tampan dengan sorot mata lembut keibuan itu tertangkap pandangan."Fay ...," lirih Gulzar Heer.Tangannya terangkat hendak menggapai wajah sang kekasih. Kerinduan terasa menyesakkan dada. Meskipun dia tahu distorsi waktu biasanya hanya terjadi sebentar di dunia asli, tetapi Gulzar Heer sudah merasa seperti menjalani bertahun-tahun lamanya di masa lalu."Gulzar! Gulzar!"Suara Pangeran Fayruza terdengar bergetar. Dia memeluk Gulzar Heer dengan erat. Air mata menuruni pipinya perlahan."Akhirnya, kamu sadar ...," bisiknya lembut.Gulzar Heer melepaskan pelukan Pangeran Fayruza. Dia menyeka air mata di pipi kekasihnya dengan ibu jari penuh bekas luka."Fay, jangan menangis ... aku baik-b
Read more
Bagian 52
Bagian 52Gulzar Heer, Putri Arezha, dan Kayvan serempak menoleh ke arah Pangeran Fayruza. Ketiganya begitu kompak, sehingga terasa sedikit lucu. Pangeran Fayruza menjadi terkekeh. Tak ayal, pipinya langsung dicubit Putri Arezha dengan keras."Aduh, Kakak! Sakit, Kak!""Siapa suruh bercanda di saat-saat penting!" ketus Putri Arezha."Aku tidak bercanda, Kak! Aku benar-benar punya rencana," sungut Pangeran Fayruza.Gulzar Heer memegangi dada. Jantungnya berdebar kencang. Pangeran Fayruza saat merengut tampak sangat imut di matanya. Melihat Gulzar Heer yang tersipu, kemarahan Putri Arezha mereda. Dia tersenyum jail."Fayruza, jangan terlalu imut, kau membuat Gulzar terpesona," godanya.Gulzar Heer seketika terbatuk. Wajahnya yang sedari tadi merona semakin memerah. Pangeran Fayruza salah tingkah, tetapi dia segera tersadar dan memelototi sang kakak."Lihatlah sekarang Kakak yang bercanda!""Karena kalian b
Read more
Bagian 53
Pangeran Heydar melangkah memasuki aula istana. Tubuh tegapnya tampak semakin memukau dengan pedang hitam terselip di pinggang. Hampir semua mata terpesona. Putri Kheva yang telah lama jatuh hati semakin terjerat asmara.Ya, pedang hitam itu adalah pedang terkutuk milik Ayzard yang telah berhasil dilepas segelnya. Selain memiliki kekuatan luar biasa, juga bisa mempengaruhi pemikiran orang-orang di sekitar, terkecuali ada perlindungan kesatria suci. Oleh karena itulah, Farzam dan Delaram malah merasakan firasat buruk. Sewaktu kecil, jari Gulzar Heer sering terluka, mereka pernah mengisap darahnya agar berhenti."Farzam, kurasa ada yang aneh dengan Pangeran Heydar," bisik Delaram."Sebenarnya, aku juga merasakannya. Pedang itu bukan yang biasa digunakan Pangeran Heydar," sahut Farzam."Aku jadi khawatir, Farzam.""Tetap siaga, Delaram."Sementara suami istri itu saling berbisik, Pangeran Heydar terus melangkah hingga sampai ke hadapan Raja Far
Read more
Bagian 54
Delaram tiba-tiba teringat teknik khusus yang diajarkan ibunya, menghentikan sementara peredaran darah dengan menekan beberapa titik di tubuh. Dia segera mempraktikkannya pada Putri Kheva. Pendarahan juga terhenti. Sayangnya, teknik itu tidak bisa digunakan lama-lama karena juga membahayakan nyawa.Farzam belum kunjung datang. Delaram mondar-mandir di mulut gua sambil menggigiti ujung kuku. Sesekali dia menengok keluar berharap Farzam telah kembali. Namun, sejauh mata memandang hanya ada kegelapan.Srak! Srak!Wajah resah Delaram berubah semringah. Dia berseru, "Farzam, syukurlah kau dat–" Suara Delaram tercekat. Seekor harimau tengah menatapnya tajam. Hewan buas itu berjalan pelan mendekati gua, lalu menerkam secara mendadak."Perisai angin!"Lapisan tebal dari angin tercipta tepat sebelum cakar nan tajam menghantam Delaram. Benturan keras terjadi. Harimau terpental dan menubruk pohon.Krak! Brak!
Read more
Bagian 55
Ghumaysa terus menggandeng selir ketiga melewati koridor istana. Raut wajah dan sikapnya seolah penuh dengan kasih sayang. Namun, tidak ada yang tahu gadis iblis itu mencengkeram kuat lengan selir ketiga dengan kuat, hingga meninggalkan bekas kemerahan di permukaan kulit. Saat Ghumaysa berhenti melangkah di depan salah satu pintu kamar, Selir ketiga menyadari ancaman yang akan datang. Dia gemetaran, tetapi masih menimbang untuk meminta maaf. Rasa gengsinya memang terlalu tinggi. “Aku akan memberikan hadiah yang ‘manis’ untukmu, Ibu,” bisik Ghumaysa. Meskipun terdengar lembut, selir ketiga menyadari ada ancaman di dalamnya. Dia jelas-jelas sudah terdesak. Wanita itu seketika bersimpuh, membuat perjalanan mereka terhambat. Harga diri sudah dibuangnya jauh-jauh. “Maafkan aku, Shirin! Aku khilaf! Demi cintamu kepada Heydar, ampunilah ibunya yang bodoh ini,” pinta selir ketiga dengan suara memelas. Ghumaysa tersenyum penuh arti. Dia berjongkok, mer
Read more
Bagian 56
Bagian 56Saat kondisi semakin genting, Putri Arezha tiba-tiba menepuk kening. "Benda sihir pemberian Tuan Kayvan!" serunya.Dia merogoh kantung kulit. Permata cokelat dikeluarkan dari dalam. Putri Arezha menekan beberapa titik seperti yang diajarkan Kayvan. Tak lama kemudian, perisai dari tanah batu yang kokoh terbentuk di sekeliling mereka. Namun, angin kencang sudah membuat beberapa retakan."Perisainya tidak akan bertahan lama. Ayo kita jalan sembari mencari tempat yang aman!" perintah Putri Arezha.Pangeran Fayruza mengangguk, lalu menggendong Gulzar Heer yang sudah kehilangan kesadaran. Mata gadis itu terpejam dengan bibir terus mengerang. Mereka pun meneruskan perjalanan sembari menerjang angin badai.Perjalanan semakin berat. Entah kenapa angin badai semakin kencang. Permata di tangan Putri Arezha berpendar lemah. Retakan perisai terus bertambah, hanya menunggu waktu untuk pecah berkeping-keping.Pangeran Fayruza men
Read more
Bagian 57
Bagian 57Gadis pengendali angin bersiul. Suara lolongan memekakkan telinga. Gulzar Heer mengeratkan pegangan di gagang pedang. Pangeran Fayruza juga dalam posisi siaga. Tak lama kemudian, sepuluh ekor serigala mendekat dengan air liur menetes. Mereka berhenti tepat di belakang si gadis pengendali angin seolah-olah tengah melakukan penghormatan kepada majikan.Serigala adalah hewan yang aktif di malam hari. Kehadiran sepuluh ekor langsung membuktikan bahwa gadis pengendali angin yang mereka hadapi bukan sembarang orang. Mampu melatih hewan liar buas sebanyak itu tentulah kemampuannya tidak bisa diremehkan.“Fay, aku akan menghadapi para serigala. Kamu menghadapi pengendali angin itu,” bisik Gulzar Heer.Belum sempat Pangeran Fayruza menjawab anak panah dari angin sudah melesat ke arah mereka. Dia pun segera menggerakkan air dari kubangan lumpur untuk membentuk perisai kecil dan membelokkan anak panah. Gadis pengendali angin me
Read more
Bagian 58
Bagian 58 Jeritan panik Putri Arezha melengking, memekakkan telinga. Pangeran Fayruza yang baru setengah tertidur terlonjak. Dia refleks berdiri dan berlari menuju kamar, tak peduli lagi pada sopan santun untuk tidak masuk ke kamar wanita sembarangan.  Sialnya, pintu terkunci. Pangeran Fayruza mengetuk berkali-kali dengan panik. Namun, hanya terdengar jeritan-jeritan panik Putri Arezha. Sepertinya, para gadis dalam kamar tak mendengar ketukan pintu. "Terpaksa aku harus melakukan ini," desis Pangeran Fayruza.  Dia mengambil segelas air dan menyiramkannya ke pintu. Tangannya menyentuh permukaan kayu yang basah. Cahaya biru berpendar dan perlahan membekukan pintu. Teknik yang dilakukan Pangeran Fayruza bukanlah pembekuan biasa. Es yang terbentuk menjadi sangat rapuh, sehingga hanya dengan sekali dorongan pelan, pintu langsung ambruk, meninggalkan bongkahan-bongkahan es yang berserakan di lantai. "Fay! Fay! Cepat lakukan
Read more
Bagian 59
Pangeran Heydar menekan kening yang terasa berdenyut. Ego dan nurani terus-menerus berperang, membuat kepalanya terasa akan pecah. Dia mengangkat tangan, memberi isyarat kepada para penjaga untuk keluar dari aula. Pangeran Heydar memang paling tidak suka terlihat orang lain saat dalam kondisi rapuh.Para penjaga memberikan salam penghormatan, lalu keluar diikuti petinggi-petinggi negara. Ketika pintu ditutup Pangeran Heydar langsung ambruk ke lantai. Dia mengerang dengan tetap berusaha menjaga nada suaranya agar tidak terdengar sampai keluar.“Heydar!” Ghumaysa berseru dengan memasang wajah pura-pura cemas.Dia bersimpuh sembari mengenggam tangan Pangeran Heydar. Gadis iblis itu bertingkah seperti sedang melakukan teknik penyembuhan, padahal sedang menyalurkan lebih banyak kabut kegelapan ke tubuh sang pangeran.“Heydar, beginilah akibatnya jika ritual belum dilakukan. Kamu akan terkena efek buruk. Paling tidak kita harus melewati tiga r
Read more
Bagian 60
Ghumaysa mengepalkan tangan melihat kabut hitam yang diembuskannya ke dada Pangeran Heydar semakin menipis. Rencana ritual membangkitkan pedang terkutuk bisa-bisa gagal karena hati sang pangeran mulai tersentuh oleh kemurnian anak-anak. Tak habis akal, dia segera meraih gelas perak dan menuangkan anggur, juga meneteskan darah ke dalamnya.“Heydar,” panggil Ghumaysa, membuat Pangeran Heydar tergagap.“Kak Ar— eh, Sayang, ada  apa?”“Aku baru saja menuangkan anggur yang lezat ini untukmu. Minumlah dulu”Pangeran Heydar terkekeh. “Ah, anggur ini pasti akan semakin manis karena dituangkan oleh gadis semanis dirimu,” godanya.Ghumaysa mencubit lengan Pangeran Heydar dengan manja. Menggoda memang sudah menjadi keahliannya. Sang pangeran tanpa ragu dan rasa curiga menenggak habis segelas anggur sembari menatap dalam si gadis iblis.“Kenapa langsung dihabiskan, Heydar? Nanti kamu mabuk
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status