Semua Bab AKU, KAU, & SELINGKUHANMU: Bab 21 - Bab 30
48 Bab
BAB 21
Beberapa hari sebelumnya. “Mobil siapa ini, Pak?” tanyaku kepada pria berseragam yang mengantarkan mobil itu ke rumah.“Benar dengan ibu Miranda Ardiana?” pria berseragam putih itu balik bertanya. Ia menunjukkan berkas di tangannya, memperlihatkan namaku.Aku mengangguk, tapi keningku semakin berkerut.“Iya, betul saya.”“Saya ditugaskan mengirim mobil ini ke rumah Ibu,” jawabnya tersenyum sopan.“Tapi saya nggak beli mobil,” tukasku cepat. Jelas ada kesalahan di sini.“Eh?” Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia melirik salah satu rekannya yang lain, bertanya saling melempar pandang. “Tapi ini alamat ibu dan nama ibu, kan?” tanyanya lagi.“Iya, Pak, tapi saya nggak beli. Saya nggak pernah bayar.”“Ehhh?” Kedua wajah itu semakin syok.Tak lama sebuah mobil lain datang, dan Rosa keluar
Baca selengkapnya
BAB 22
“Dah, Maa!!!” Andra melambaikan tangan di samping Jihan dan Silvia. Aku membalas lambaian tangannya dengan sebuah senyuman lebar, sebelum membawa mobil itu pergi menjauh. Kucoba menyalakan radio, berharap musik yang mengalun bisa membaurkan seluruh benang kusut dalam kepalaku.Tadi, ketika kami di perjalanan menuju sekolahnya, Andra tampak sedikit murung di kursi penumpang di sampingku.Padahal biasanya ia memiliki begitu banyak cerita tentang rencana bermainnya hari ini, meski kemarin sepulang sekolah ia sudah menceritakannya.“Andra kenapa, Nak? Ada yang sakit?” tanyaku, mencoba menarik perhatiannya.Kepala bocah kecil itu tertunduk di sampingku. “Mama… kenapa… Tante Nuri nginap di rumah kita?” tanya Andra setelah diam beberapa saat.Tanganku mencengkram erat kemudi, sedang kepalaku sibuk mencari celah jawaban yang tepat tanpa menyakiti hati kecilnya.“Tante Nuri lagi sakit, makanya n
Baca selengkapnya
BAB 23
Karma itu nyata.Kau akan menuai apa yang kau tanam.Mungkin tidak secara langsung, mungkin tidak pada saat itu juga, tapi jelas karma tidak pernah salah sasaran.Lalu apakah ini karma Syila?Kenapa? Untuk apa? bisakah aku menemukan benang merah agar aku merasa tenang dan mengabaikan musibah yang terjadi kepadanya?Hidup akan selalu berada di antara pilihan-pilihan. Dari hal yang spele, seperti ketika kau harus memilih antara makan malam sisa makanan siang tadi yang dipanaskan, atau memilih menenggelamkan diri dalam lelap, dalam keadaan lapar, sampai menentukan pilihan untuk hal yang lebih kompleks, seperti apakah kau harus mengatakan tentang perselingkuhan calon suami adik iparmu, atau tetap bungkam.Sejujurnya, kini semua jawabanku menjadi lebih subjetif. Jika aku mengetahui hal ini sejak dulu, aku takkan mungkin berdiri dengan setenang itu saat melihat Aldo bersama gadis lain di sebelahnya begitu saja. Sebuah tamparan? Sebuah pukulan? Ata
Baca selengkapnya
BAB 24
Langkahku terhenti di ruang tamu.  Sebelumnya, di dinding itu terpasang foto pernikahanku dengan pria itu dalam bingkai berukuran 10 R. Praktis, setiap tamu yang berkunjung ke rumah kami pasti akan mendapat sapaan pertama dari foto itu. Lalu ketika Andra hadir, kami menambahkan tiga bingkai foto Andra ketika bayi.Sekarang, secara ajaib dengan bertambahnya kepala di rumah itu, bertambah juga bingkai foto yang ditempel. Sialnya itu bukan foto yang bisa membuatmu tersenyum saat mengenang memori yang dibawa bersamanya.Bingkai lain yang terpasang di sana adalah bingkai foto pernikahan kedua pria itu, tepat di samping foto pernikahan kami, sekarang terlihat seperti foto parade penikahan, tapi dengan wajah pria yang sama.Bukankah itu terasa sangat memuakkan?Dengan gusar aku mengambil kursi, lalu menaikinya untuk menurunkan bingkai itu.“Mbak Mia! Kenapa diturunin?!” pekik gadis itu saat keluar dari kamar, lagi-lagi menggunakan
Baca selengkapnya
BAB 25
Kabar itu menjadi sebuah malapetaka lain bagiku.Meskipun akhirnya Syila selamat, tapi kenyataan bahwa ia melakukan bunuh diri karena kabar yang kuberikan menjadi bahan rumor yang begitu hangat. Ibu mertuaku bahkan secara terang-terangan tidak mengizinkanku masuk lagi ke rumahnya, padahal rumah itu masih atas namaku.Untuk kesekian kalinya, aku menonton video rekaman kecelakaan Andra beberapa waktu yang lalu. Siang itu, ia bermain bersama Lily ke gerbang belakang sekolah. Tempat yang sepi dan jarang didatangi anak-anak. Silvia benar, kunci selot di pintu belakang sangat sulit dibuka oleh anak-anak seperti Andra dan Lily, tapi siang itu mereka bisa membukanya hanya dengan sedikit berjinjit.Andra tampak ragu sejenak saat pintu gerbang terbuka. Ia berkali-kali menoleh ke belakang, seakan khawatir akan dimarahi guru. Namun, Lily menarik tangannya hingga mereka berada di trotoar di luar gerbang. Dua bocah kecil itu berdiri di samping jalanan yang cukup ramai tanpa p
Baca selengkapnya
BAB 26
Suaranya lebih nyaring dari pada terompet di malam tahun baru, atau petasan di acara pernikahan, dan aku mulai berpikir sebentar lagi cermin-cermin akan pecah karena lengkingan suara gadis itu.Andra menangis keras di belakangku, sedangkan wajah Xei sudah memerah, aku yakin sebentar lagi ia akan menampar gadis itu jika terus berteriak.“Di… dia menikah lagi?” desis Xei marah.Apa jawaban untuk pertanyaan itu penting sekarang?Kami sudah menjadi pusat perhatian kantin rumah sakit yang cukup ramai sore itu. Orang-orang mulai berbisik, membicarakan kami dengan lirikan-lirikan judgemental yang maha tau. Jelas, di mata mereka aku dan Xei adalah penjahat seperti yang gadis itu tuduhkan.“APA? MBAK MAU NGELAK APA LAGI SEKARANG?! AKU AKAN LAPORIN SEMUANYA KE MAS ABRAR! AKU AKAN KASIH TAU DIA BETAPA MUNAFIKNYA ISTRI YANG SELAMA INI DIA JAGA. TERNYATA MBAK SENDIRI PUNYA LAKI-LAKI LAIN DI BELAKANG MAS ABRAR!”“Tolon
Baca selengkapnya
BAB 27
Apakah aku sudah mati?Tapi mengapa aku masih merasakan sakit yang sama?Bukankah ketika kau mati kau takkan lagi merasa sakit?Atau ini adalah salah satu mimpi-mimpi buruk itu?Mimpi buruk yang rasanya akan berlangsung selamanya.Jika aku hidup? Mengapa? Mengapa Tuhan membiarkanku hidup?Mengapa Tuhan membiarkanku tetap hidup jika aku hanya akan ditingalkan oleh semua orang yang kusayangi, semua orang yang berharga.Apa hikmahnya?Apa pelajaran yang bisa kuambil dari kisah-kisah menyakitkan itu?Mengapa Tuhan tidak membiarkanku mati? Ketika hidup terasa begitu menyakitkan? ***“Mama…”Kedua mataku mengerjap pelan saat mendengar suara Andra.“Mamaa…” isaknya, mengguncang-guncangkan tubuhku dengan jemari kecilnya.“Ibu.” Jihan terlihat sama paniknya dengan bocah kecil itu.Aku mengerang pelan. Seluruh tubuhku terasa s
Baca selengkapnya
BAB 28
“MIA, APA-APAAN INI?! KAMU DI MANA, HAH?!” Pertanyaan itu membuatku bergeming. Suaranya seperti bisa menerobos keluar dari dalam ponsel, lalu ia akan berada di hadapanku untuk  –mungkin– sekali lagi membunuhku.“JAWAB MIA! KAMU DI MANA?!” bentaknya keras. “PULANG, B*NGSAT! CEPAT PULANG!” teriakan dan makian itu kini tak lagi terdengar asing. Mungkin karena terlalu sering ia ucapkan aku mulai menjadi terbiasa.“MIA!”“Ya, Mas,” jawabku pelan.“KAMU DI MANA, BR*NGSEK?! CEPAT PULANG! KAMU PIKIR KALIAN BISA KABUR DARIKU?! KAMU DENGAR, AKU NGGAK AKAN PERNAH CERAIKAN KAMU. AKU NGGAK AKAN PERNAH LEPASKAN KALIAN! CEPAT PULANG!”Itu bukan lagi rumahku.Rumah adalah tempat yang membuatmu merasa aman, dan aku tak menemukan rasa itu lagi di sana. Bagaimana mungkin aku bisa kembali?“Ayo kita bercerai, Mas.”“BR*NGSEK, MIA! AKU NGGAK A
Baca selengkapnya
BAB 29
BRAK!Kejadian itu sangat cepat.Rasanya baru sedetik yang lalu aku melihat kedua mata nyalang pria itu di balik kemudi mobilnya, lalu teriakan Andra yang begitu girang melihat ayahnya, sedetik kemudian kami sudah terpelanting di atas aspal, tepat di depan gerbang rumah yang ditempati mertuaku.Saat melihat mobil itu melaju begitu kencang, tak ada lagi yang bisa kupikirkan selain membungkukan badan, melindungi Andra dengan seluruh tubuhku. Meski mungkin itu akan sia-sia andai ia memang berniat membunuh kami.Suara benturan keras terdengar memekakan telinga. Aku masih memeluk tubuh Andra yang tampak syok dan menangis kesakitan. Namun, yang lebih mengejutkan adalah rembesan darah di sekitar kami. Aku mencoba bangkit, memeriksa tubuh Andra kalau-kalau ia terluka, tapi itu bukan darah kami.Sedetik kemudian, aku menyadari sosok Syila yang berbaring di sampingku, wajahnya meringis menahan tangis, dengan kaki yang remuk di bawah ban mobil kakaknya sendir
Baca selengkapnya
BAB 30
 Kalau kau diberikan pilihan, untuk melanjutkan hidup, dan memperbaiki semua yang terjadi – semampumu,Atau,Kembali ke masa lalu, ketika kau bisa mengulang semuanya dengan lebih baik, dan menghentikan kegilaan-kegilaan itu sebelum terjadi, apa yang akan menjadi pilihanmu?Pertanyaan-pertanyaan yang kubaca di dalam buku-buku fiksi itu terngiang-ngiang saat malam datang. Meski aku hanya membaca selembar, itu pun tidak sengaja membacanya saat menemukan lembaran novel yang dibuang di tempat sampah, atau secarik kertas yang dijadikan bungkus makanan oleh pedangan asongan, tapi pertanyaan itu terus terngiang.Pada dasarnya, manusia selalu mengarapkan sebuah pengandaian.Andai itu tidak terjadi,Andai aku bisa memperbaiki semuanya,Andai aku memilih jalan yang lain,Atau mungkin, andai aku tidak pernah hidup sejak awal.Jika aku mendapatkan pertanyaan di atas, mungkin secara egois aku akan memilih opsi kedua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status