Semua Bab BALADA CINTA FANI (Sekuel Nafkah Lima Belas Ribu): Bab 31 - Bab 40
120 Bab
Bagian 31
"Turun, Alex!" hardik Ilma marah.  "Oh, tidak bisa," jawab Alex santai.  "Ketahuan 'kan sekarang? Kamu ngapain tadi di ruamah Pak Juan?" tanya Yuda penuh selidik.  "Bukan urusan kamu!" jawab Ilma kesal. "Berhenti mencampuri urusan orang lain, Yuda!" tambahnya lagi.  "Kalau begitu, kamu juga harus berhenti mencampuri urusan Fani!" tukas Yuda sengit.  "Betul, itu!" sahut Alex mantap.  "Kamu tidak tahu apapun tentang urusan antara aku dan dia jadi, berhenti melakukan hal bodoh!" sergah Ilma.  "Kamu yang bodoh ternyata. Kamu rela melakukan hal yang menjatuhkan harga dirimu hanya karena obsesi kami terhadap seorang lelaki,"  "Yuda!" bentak Ilma di bawah cahaya lampu yang remang.  "Apa?"
Baca selengkapnya
Bagian 32
Arya semakin curiga. Apalagi bila mengingat prestasi Ilma di kampus, juga karakternya yang terkenal alim. Tentu saja Arya paham. Sebagai seorang yang masih berstatus bujangan, tidak menampik bila dirinya akrab dengan beberapa mahasiswa, termasuk Ilma. Terlebih, gadis itu terkenal dengan kecerdasannya.  "Aku mau masuk,"  "I-iya, silakan!"  Dengan masih memendam rasa curiga dan penasaran, Arya memasuki rumah yang kecil tapi terlihat apik.  Setelah mengucapkan salam, Arya dipersilakan duduk oleh Ilma. Netranya tidak lepas mengawasi gadis alim yang mengumpulkan tumpukan kertas yang berantakan.  "Pak Arya mau minum apa?" tanya Ilma gugup.  "Wah, sepertinya kamu sudah terbiasa sekali di rumah ini ya?" Arya Belik bertanya.  "Eh, itu, Pak, iya, anu, aku han
Baca selengkapnya
Bagian 33
Arya sejenak berhenti. Meskipun keduanya telah berhenti berdebat tapi, bila langsung masuk akan membuat mereka mencurigai Arya mendengar semua pembicaraan.  Kini, dalam hatinya tidak hanya mengkhawatirkan skripsi Fani tetapi juga timbul rasa penasaran akan hubungan antara Ilma dengan Juan.  'Jangan-jangan mereka?' pikir Arya dalam hati.  Adzan Maghrib berkumandang setelah kurang lebih dirinya berdiri di teras selama dua menit.  "Tok ... tok ... tok ...." Arya memberanikan diri mengetuk pintu. Agak lama tidak terbuka. Akhirnya, dirinya mengulangi lagi. Kali ini, Juan berdiri di ambang pintu dengan wajah kaget.  "Mas Arya?" sapanya gugup.  "Iya, Pak. Maaf, hape saya ketinggalan tadi," jawab Arya tenang seolah dirinya tidak tahu apa yang dibicarakan Juan dengan Ilma. 
Baca selengkapnya
Bagian 34
Selesai perkuliahan, satu per satu mahasiswa keluar kelas. Karena memang setelahnya sudah tidak ada jam lagi. Hingga tinggallah Arya yang berpura-pura sibuk dengan laptop. Sementara Ilma denga. perasaan takut mendekati dosen muda yang duduk di tenang di kursi depan.  "Pak Arya," panggil Ilma lirih membuat Arya mendongak.  "Ya?"  "Tentang kemarin sore?" Ilma berhenti. Agak ragu untuk melanjutkan kata-kata.  "Aku tidak akan mencampuri urusan orang lain, Ilma. Sejauh hal itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan aku. Jadi, kamu tidak usah takut aku akan memberitahu orang lain. Lagipula, aku akan memberitahu siapa? Aku dosen, tidak mungkin membuat sebuah pengumuman pada seluruh mahasiswa tentang sesuatu yang tidak penting," ucap Arya sambil terus menatap layar laptop.  Ilma menelan salivanya. Bertahun-tahun menjaga kre
Baca selengkapnya
Bagian 35
(Alur mundur sedikit) Sepulangnya Nia setelah bertemu dengan Yuda, dirinya tidak mendapati anak-anak di rumah, karena dibawa jalan-jalan oleh Irsya.  "Jangan harap bisa menyogokku melalui anak-anak," desis Ilma lirih saat memasuki ruang tamu.  Setelah membersihkan badan, Nia mengunjungi rumah orang tuanya karena ingin melihat keadaan Fani.  Sampai di rumah yang dituju, Nia tidak membahas apapun. Hanya saja, sesekali mengejek Fani yang ternyata tidak sekuat yang ia sangka.  "Mikir apa sih, sampai sakit gitu? Mbak kira kamu gak akan pernah tumbang, Fan! Masa iya, kamu bisa lemas tidak berdaya seperti itu?"  "Ya 'kan namanya manusia, Mbak! Ada kalanya sehat, ada kalanya sakit!" gerutu Fani kesal.  Nia kembali lagi ke rumah setelah mendapat telepon dari Dinta kalau
Baca selengkapnya
Bagian 36
Di rumahnya, Irsya merasa gelisah. Berkali-kali meminta maaf pada Nia tapi, pesannya tidak pernah dibaca sama sekali. Hingga malam hari, tanda centang belum berubah menjadi hijau.  Iseng, dilihatnya story istrinya.  "Tidak akan aku biarkan siapapun untuk masuk ke dalam wilayahku. Seperti kata pepatah mengatakan, kejahatan terjadi juga karena adanya kesempatan. Situ kasih kesempatan, saya mending mundur!"  Jantung Irsya mendadak berdegup kencang. Takut kalau-kalau hanya karena masalah Ilma, Nia meminta cerai.  "Kenapa aku bodoh sekali, membuat marah Nia yang pernah trauma. Seharusnya aku lebih sabar dan mengalah. Toh selama ini, dia tidak pernah bersikap yang membuatku marah," lirih Irsya menyesal.  Pria itu menyugar rambutnya kasar.  "Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Irsya seora
Baca selengkapnya
Bagian 37
"Ilma, kamu!" Doni bangkit dan terlihat marah. Sedetik kemudian berkacak pinggang. "Kamu sadar tidak dengan apa yang katakan barusan? Ilma! Bu Nia istri dari Pak Irsya. Berarti itu rumah Bu Nia juga. Kami main ambil ini itu di sana tanpa menghargai nyonya di rumah itu!"  "Mas! Aku di sana itu mengerjakan sesuatu hal. Boleh dikatakan, aku sebagai pembantu gratis sementara pas hari itu. Harusnya Mbak Nia berterimakasih dong sama aku? Aku ambil gelas, ambil apapun, karena seperti yang tadi aku bilang, aku sudah tahu seluk beluk rumah Pak Irsya," racau Ilma kesal.  "Ya tapi Bu Nia istrinya Pak Irsya, Ilma!"  "Tapi dia orang baru, Mas. Seharusnya dia sadar. Kalau aku sudah pernah masuk ke rumah itu sebelum dia. Masalahnya apa?"  "Ilma! Dimana kecerdasan kamu? Gunakanlah otak kamu untuk berpikir. Seharusnya kamu lebih paham etika di rumah orang!" bentak D
Baca selengkapnya
Bagian 38
Di kantor yang luas, dengan duduk di meja paling depan, berhadapan langsung dengan meja dan kursi yang diduduki Juan, Irawan menginterogasi bawahannya. Sementara Arya dan Eko duduk di kursi lain dengan perasaan gelisah.     "Bapak tahu dari siapa, Pak?" tanya Juan balik begitu dirinya merasa sedang diadili.     Ekor matanya melirik ke samping, tempat Arya duduk--yang dalam hatinya telah ia sangka sebagai pengadu.     "Dari teman mahasiswa yang skripsinya batal. Apa benar dia melakukan plagiarisme?" Pria yang berwatak tegas itu bertanya dengan sorot mata tajam.     "Iya, Pak. Ada sebuah aduan pada saya tentang hal itu."     "Apa yang lain tahu hal ini? Maksudnya, dosen pembimbing yang lain tahu?" cecar Irawan membuat Juan terlihat tidak nyaman dengan duduknya.     "Mereka tahu ada Ma
Baca selengkapnya
Bagian 39
Sepeninggal Irawan, baik Arya maupun Eko sangat was-was, Juan akan memarahi mereka karena dianggap mengadu.  "Apa kalian berdua bekerjasama berusaha menjatuhkan aku?" Kedatangan Juan di hadapan mereka berdua dan mengatakan hal demikian sesuai dengan prasangka Arya dan Eko.  "Maksud Pak Juan, apa yang dikatakan Pak Irawan tadi adalah hasil aduan kami?" tanya Eko tegas. Pria itu memang sangat memegang prinsip kejujuran. Sehingga apapun dan siapapun yang melakukan sebuah kebohongan, tidak akan pernah dirinya mau mendukung.  "Jangan berlagak tidak tahu. Jelas, kita sama-sama mendengar. Dari mana Pak Irawan tahu tentang skripsi yang dibatalkan kalau tidak dari kalian?" tanya Juan dengan sorot mata tajam dan menatap keduanya secara bergantian. Suasana kantor memang sepi. Banyak dosen yang sudah ke kelas mereka untuk memberikan kuliah. Sementara yang lain yang tidak mengajar, memilih pergi
Baca selengkapnya
Bagian 40
Seorang pria yang terlihat rapi penampilannya keluar dari mobil.  "Pak Arya?" pekik Fani kaget. Pria yang berstatus sebagai dosennya itu tersenyum manis. Ada binar bahagia melihat gadis yang beberapa hari ini tidak ia lihat, kini ada di hadapannya. Meski Fani ada di teras yang posisinya berada lebih tinggi dari tanah. Sementara dirinya ada di halaman.  "Pak Arya mau cari rumah siapa? Ada kenalan gitu di kampung saya?" tanya Fani sambil berdiri. "Oh, apa mau cari dukun pijat, Pak? Ada di gang sebelah. Itu emang paling laris. Tapi, dari mana Pak Arya tahu?" tambahnya lagi.  "Tante, itu siapa? Kenapa masih muda dipanggil Pak?" tanya Danis sembari menarik daster panjang yang dipakai Fani.  "Adek, diam! Tante sedang bicara sama orang penting!" ujar Fani lirih.  "Enggak. Aku mau jenguk kamu!" jawab Arya terlihat salah tin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status