All Chapters of Cinta dari Perempuan Berwujud Iblis: Chapter 101 - Chapter 110
133 Chapters
101. Bertemu Tetua
Kaliya berusaha sekuat tenaga untuk tidak ikut terlelap seperti Orlando dan Alex. Karena ketika dilihat, kedua pria itu tengah menyandarkan kepala satu sama lain dengan mata terpejam. Sepertinya mereka lelah karena perjalanan hari ini.Kaliya sendiri merasa tenaganya lumayan berkurang akibat menyerang iblis bernama Nyx tadi siang. Meski dia merasa kuat karena memiliki dua pecahan permata Katastrof, tetap saja Kaliya perlu mengisi kembali energinya.Selain itu, punggung Kaliya terasa gatal. Ia ingin sekali mengeluarkan kuku-kuku panjangnya, kemudian menggaruk punggung dengan kencang. Tapi itu semua tidak bisa ia lakukan di sini. Sel bambu tempat mereka dikurung, berukuran terlalu sempit. Kaliya bahkan tidak bisa merentangkan kakinya dengan benar.Sempat terlintas di dalam kepala Kaliya untuk memberontak. Ia bisa saja mengeluarkan kekuatannya dan menghancurkan tempat ini, serta membuatnya kembali rata dengan tanah. Tapi jika itu terjadi, mungkin nyawa para penduduk pedalaman ini akan te
Read more
102. Jamuan Makan Malam
Ketika pria tua itu mengangkat sebelah tangan, maka sorakan yang tadi menggema pun kembali hilang. Para penghuni langsung bungkam. Yang terdengar kini hanyalah suara serangga-serangga malam, dan sesekali suara gemeletuk dari obor yang terbakar.“Siapa kamu?” tanya Kaliya memberanikan diri. “Apa yang kamu inginkan dengan menyekap kami?”Tak ada jawaban. Yang ada keheningan di sekitar mereka malah semakin menyelimuti.Tak lama, tetua itu berdiri dari kursi yang ia duduki. Lalu mulai berjalan mendekat ke arah mereka.Kaliya langsung bersikap waspada. Dia tidak tahu apa yang akan manusia primitif ini lakukan. Makanya, sebisa mungkin ia harus siap menghadapi bahaya apa pun yang akan datang.Meski Kaliya merasa tubuhnya masih sedikit lelah, tapi ia yakin, dengan satu gumpalan api besar yang keluar dari tangannya, maka tetua dan seluruh penghuni desa ini akan musnah.Tetua itu kini berhenti dua langkah di depan Kaliya. Mata Kaliya melebar. Dia takut akan terjadi sesuatu yang tidak ia duga. N
Read more
103. Jamuan Makan Malam (2)
Kaliya menelan ludah. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Usai mendapat undangan untuk bergabung, Orlando dan Alex yang sudah lapar sepertinya tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan itu. Makanya, mereka langsung mengangguk dan berseru senang. Mereka juga duduk di satu sisi kursi panjang dengan raut wajah takjub karena melihat berbagai sajian.Sepasang mata iblis Kaliya melirik tajam ke arah tetua yang duduk di kursi tunggal. Posisinya berada tengah-tengah meja, sehingga jika diibaratkan, tetua itu bagaikan pusat dari segala atensi dan aktivitas.“Apa yang kamu tunggu? Silakan duduk, dan isi energimu dengan sajian yang sudah kami siapkan,” ujar tetua itu seolah bisa membaca apa yang terlintas di dalam pikiran Kaliya.Mau tak mau, Kaliya pun ikut duduk. Posisinya berseberangan dengan Orlando dan Alex.Tepat di depannya terdapat hidangan utama berupa kepala babi yang sudah dipanggang hingga kulitnya kecokelatan. Hidangan-hidangan lain juga tak kalah banyak dan semuanya meng
Read more
104. Pondok Tetua
Pemuda di sisi Kaliya kembali mengisi mangkuk dengan kacang polong. Dan hal itu berhasil menarik perhatian Kaliya.“Ah, terima kasih. Kurasa ini sudah cukup,” ucap Kaliya cepat.Pemuda itu mengangguk dan menjawab dengan bahasanya. Mungkin Kaliya akan mengartikan itu sebagai ungkapan terima kasih.Perempuan iblis itu juga disuguhi segelas besar minuman berwarna keunguan. Sepertinya itu adalah racikan dari buah anggur. Entahlah. Kaliya juga belum banyak mengetahui perihal tumbuh-tumbuhan di bumi. Tapi ketika Kaliya meneguk minuman itu, rasa tenang berhasil merambat ke sekujur tubuhnya. Dia merasa jadi lebih rileks.Sesekali diliriknya Orlando dan Alex. Kedua pria itu makan dengan lahap. Mereka juga meminum bir yang diberikan oleh para penghuni. Salah satunya adalah wanita. Dan entah kenapa, Kaliya mendengus tanpa sadar ketika melihat wanita itu terus saja menempel di sebelah Orlando.“Hati-hati Kaliya, matamu bisa melompat keluar!”Kaliya terhenyak, dan mendapati sosok Alex sudah berada
Read more
105. Permata yang Dilindungi
Mata Kaliya sontak melebar ketika mendengar perkataan orang tua tersebut. Ia menyinggung soal sesuatu yang berkilauan seperti buah delima. Dan pikiran Kaliya secara otomatis mengarah ke sebuah benda.“Permata Katastrof!” pekik wanita iblis itu dalam hati.“Apa yang kamu tahu tentang benda itu?” seru Kaliya mencoba bertanya. Tapi orang tua itu berjalan ke arah lain tanpa memedulikan seruannya.Kaliua melirik ke arah Orlando dan Alex. Kedua pria itu masih bersenang-senang. Tadinya Kaliya berniat untuk mengajar mereka. Tapi entah kenapa dia merasa hal itu tidak diperlukan lagi. Karena bagaimana juga, hanya ia yang punya pengetahuan lebih soal permata Katastrof ini.Wanita iblis itu pun segera berlari untuk menyusul tetua tadi ke arah pondok. Jaraknya sekitar sepuluh meter dari area api unggun. Tidak seperti rumah-rumah kayu lainnya, pondok ini tampak lebih kokoh dengan jerami-jerami yang disusun rapi menutupi atapnya. Di kedua sisi pondok tersebut, ada obor yang menyala untuk penerangan
Read more
106. Makna Katastrof
Kaliya bergeming. Dia memikirkan perkataan tetua itu dengan seksama.“Maksudmu apa? Bukankah batu permata itu memang punya dia sedari awal?”Pria tua di hadapannya itu menyeringai kecil.“Iblis angkuh itu telah menyimpan banyak rahasia. Bukankah begitu?” terkanya. “Besar kemungkinan pula, bahwa permata ini juga bukan miliknya.”“Lalu, kenapa kamu menunjukkannya padaku? Aku juga sempat mencuri batu permata ini dari Lucifer, dan malah berakhir terdampar di bumi.”“Karena aku percaya padamu,” ujar tetua itu. “Di sisi lain, sebuah permata bisa merasakan aura kehidupan dari pemiliknya. Karena kemungkinan pecahan pertama ditemukan olehmu, atau karena permata ini telah membaca apa yang ada dalam dirimu ketika pertama kali kamu menyentuhnya, maka akhirnya permata ini memutuskan untuk memilih.”Kaliya mengernyitkan dahi. Dia tidak mengerti.“Seperti namanya, Katastrof sendiri memiliki arti sebagai bencana atau malapetaka besar. Benda itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Sayangnya, dia dis
Read more
107. Janin Iblis
Jantung Kaliya berpacu cepat kala ia mendengar hal itu. Dia langsung berdiri karena geram.“Mana mungkin!” serunya. “Aku adalah iblis yang sudah hidup lebih dari enam ratus tahun! Aku juga sudah banyak mengabdi kepada kerajaan ayahku! Di sini, Lucifer lah yang pantas untuk bernasib buruk! Dia sudah banyak mengambil jiwa para iblis. Pasukannya juga selalu ikut campur dengan urusan manusia. Lalu kenapa hanya aku yang bernasib buruk?!” teriaknya murka.Tetua itu juga ikut berdiri. Dia meraih tangan Kaliya yang masih menggenggam pecahan permata Katastrof yang telah disucikan tadi.“Satukanlah benda ini dengan milikmu,” ucapnya.Kaliya sempat memberontak. Namun anehnya, tangan wanita iblis itu tidak bisa mengalahkan kekuatan dari pria tua tersebut. Bahkan, mata Kaliya melebar dengan sempurna kala tetua itu menuntun tangannya untuk menyatukan pecahan permata Katastrof.Ketika benda itu bersentuhan, sebuah cahaya kemerahan yang begitu terang menyebar dengan cepat disertai bunyi yang memekakk
Read more
108. Bayi Lucifer
Pria tua di hadapannya mengangguk tanpa ragu. Kemudian tetua itu kembali berkata, “Selamat atas kehamilanmu.”“Omong kosong! Mana mungkin aku bisa mengandung anak ini!”Bentakan keras yang keluar dari bibir Kaliya, terdengar lebih nyaring dari sebelumnya. Bahkan, geraman dari serigala dan anjing saja bisa kalah.Hal itu membuat tetua tersebut sedikit terusik. Dia menatap tak suka ke arah perempuan iblis itu.“Jangan buang-buang energimu hanya untuk meluapkan amarah yang tak berarti,” ucap pria tua itu. “Lalu... mulai saat ini sepertinya kamu akan semakin haus akan sesuatu.”“Apa maksudmu?!”“Kamu akan terus merasa haus bila melihat manusia, Kaliya. Itu adalah tanda dari janinmu yang akan tumbuh semakin besar. Bila kamu mengikuti kemauan janin itu, maka kamu telah setuju untuk membesarkan anak tersebut dan membuatnya kuat dari waktu ke waktu hingga ia siap untuk dilahirkan ke dunia.”“Dan sebaliknya, jika kamu bisa mengendalikan dan menahan rasa haus itu, maka janin yang berada di dala
Read more
109. Saatnya Pergi
Kali berikutnya ketika Kaliya membuka mata, dia sudah berbaring di atas sebuah dipan beralaskan anyaman jerami yang terasa hangat dan nyaman. Dia menatap ke atas sana, dan atap-atap itu juga tampak dibuat dari susunan jerami.Kaliya baru ingat bahwa semalam dia sempat berdebat dengan ketua dari suku pedalaman ini.“Astaga! Apa yang sudah pria tua itu lakukan padaku?!” seru Kaliya.Dia langsung bangkit, dan duduk di atas dipan itu. Dirabanya dada kanan bagian atas, bahkan Kaliya mengintip ke dalam sana untuk memastikan adanya luka dari anak panak kecil. Tapi ternyata, luka itu tidak ada.Tiba-tiba, seorang wanita masuk ke dalam sana dan hal itu membuat Kaliya langsung terlonjak. Mereka berdua sama-sama terkejut.“Mau apa kamu ke sini?” bentak Kaliya marah. “Di mana Orlando dan Alex?”Perempuan itu menjawab dengan bahasa yang tidak Kaliya mengerti. Tentu saja, karena perempuan itu adalah penghuni dari suku pedalaman ini. Di tangannya terdapat sebuah mangkuk yang terbuat dari tanah liat.
Read more
110. Berbagilah Denganku
“Apa yang sudah terjadi di antara kalian? Kenapa kamu tiba-tiba mengajak pergi seperti ini, Kaliya?” tanya Orlando di tengah perjalanan.Langkah kaki Kaliya berayun cepat. Itu menyebabkan Orlando harus melakukan hal yang sama.“Aku tidak ingin mengatakan apa pun!” seru Kaliya.“Kaliya, tolonglah! Jangan buat aku khawatir seperti ini. Bila kamu tiba-tiba pergi tanpa memberitahu alasannya kepadaku, aku akan merasa semakin cemas!”Orlando mempercepat langkah kakinya sehingga dia bisa berjalan berdampingan di sisi Kaliya. Dia terus saja menuntut kepada wanita iblis itu agar menceritakan apa yang sudah terjadi di desa suku pedalaman itu.“Jujur saja, Kaliya. Aku sempat memperhatikan ketika kamu pergi bersama tetua itu. Dan, aku sangat ingin menyusulmu. Tapi para wanita dan penghuni lain seolah menahan aku dan Alex untuk terus mengikuti pesta bersama mereka.”“Aku juga sempat mendengar teriakan dari arah kepergianmu. Bilang saja padaku, Kaliya. Apakah pria tua itu telah menyakitimu?!” seru
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status