Semua Bab Cinta dari Perempuan Berwujud Iblis: Bab 61 - Bab 70
133 Bab
61. Akhirnya Ketemu!
“APA?” seru Kaliya spontan.Dia menarik tangan Orlando dan bisa melihat darah segar di sana. Kemudian dia membalikkan tubuh Orlando agar membelakangi Kaliya, dan mata Kaliya melebar saat melihat darah di sekitar tulang belikat Orlando.“Kukira kamu bercanda! Ternyata kamu benar-benar terluka, Orlando,” ucap Kaliya. Perasaannya jadi campur aduk.Orlando mengerang pelan. Tangannya mulai mati rasa.Tanpa mengatakan apa pun lagi, Kaliya menekan luka tembak Orlando dengan telapak tangan. Hal itu menyebabkan teriakan dari bibir Orlando menggema. Dengan kekuatan yang dimiliki, Kaliya mencoba menarik peluru yang tertanam di sana. Setelahnya, peluru itu benar-benar seperti ditarik oleh magnet dan jatuh begitu saja ke jalanan.Darah segar masih mengalir dari bekas luka tembak itu. Melihat cairan kental tersebut, hasrat iblis dalam diri Kaliya mencoba meronta-ronta. Ingin sekali dia menghisap darah manusia hingga habis. Mungkin dengan
Baca selengkapnya
62. Pria Tambun
Kaliya melirik Orlando, tapi lelaki itu masih memejamkan mata. Padahal dia butuh barrier Orlando jika terjadi sesuatu yang tak terduga.Namun, karena Orlando terlihat menderita akibat terkena tembakan peluru tadi, Kaliya pun memutuskan untuk mendatangi sumber kekuatan permata itu sendiri!“Lagi pula aku adalah wanita iblis terkuat. Melawan manusia tidak akan membuat aku kehilangan nyawa,” gumam Kaliya angkuh.Dia memarkir mobil, kemudian keluar dari sana. Ditatapnya area pasar itu. Suasana mulai gelap, beberapa lampu pijar telah dinyalakan. Karena lokasi pasar ini dekat dengan pelabuhan, makanya banyak penjual yang masih berjaga demi menerima tangkapan ikan dari para nelayan.Insting Kaliya langsung terfokus pada suatu sudut. Perempuan iblis itu menoleh, matanya berkilat saat merasakan aura dari permata Katastrof yang semakin besar. Tanpa ragu, Kaliya segera menghampirinya.Beberapa meter dari sana, tampak sebuah kios ikan. Sepertinya i
Baca selengkapnya
63. Aura Permata Katastrof
“Argh... aku sangat haus,” erang Orlando, tapi hanya terdengar seperti gumaman.“Bangunlah kalau begitu. Kamu sudah tidur terlalu lama, Orlando.”Mata Orlando yang tadinya berat, perlahan-lahan mulai terbuka. Dia menghirup udara dan langsung bisa mencium aroma kayu manis di sekitar.Saat pandangan lelaki itu sudah fokus dengan sempurna, dia melihat sosok Kaliya yang sedang duduk di seberang sana sembari menyantap roti croissant dengan elegan.“Aku tidak tahu kalau iblis bisa memakan roti,” seloroh Orlando. Dia mengubah posisinya menjadi duduk.“Dan juga membaca koran,” tambah Kaliya sembari menunjuk surat kabar di atas meja.“Wow, sangat menarik. Perubahan apa yang terjadi di sini? Kenapa tiba-tiba aku merasa aneh? Lalu... di mana ini?” Orlando masih linglung. Dia mengedarkan pandangan dan merasa asing dengan ruangan yang ia tempati sekarang.“Kita berada di sebuat mote
Baca selengkapnya
64. Jatuh Bersama
“Kamu benar-benar menghabiskannya,” ucap Orlando ketika keluar dari kamar mandi. Dia melihat ke arah piring di atas meja kecil, dan potongan roti croissant di sana sudah lenyap.“Bukankah aku memintamu mandi dalam lima menit?” tanya Kaliya. “Aku tidak pernah bercanda dengan perkataanku, Orlando.”“Oh, ya. Terserah. Aku bisa memesan makanan lain di jalanan.”“Bagus. Karena kamu akan memakan kotoran di dalam tong sampah,” seloroh Kaliya sembari melemparkan pakaian baru ke arah Orlando. Dengan sigap, lelaki itu pun menangkapnya.“Perkataanmu pedas sekali, Kaliya,” cibir Orlando, kemudian membentangkan pakaian tersebut. Detik berikutnya, mata lelaki itu langsung berbinar. “Wow! Ini adalah baju dengan brand mahal! Dari mana kamu bisa mendapatkannya?”Lelaki itu segera mengecek tag harga dan matanya langsung melebar.“Lima puluh juta? Untuk ukuran sebuah atas
Baca selengkapnya
65. Rencana Perampokan
PLAK!Sekali lagi Kaliya memukul kepala Orlando. Memang benar jika iblis sepertinya diberi tugas untuk menggoda manusia. Tapi tetap saja Kaliya benci mendengar fakta bahwa kaum mereka lah yang membuat manusia melakukan dosa.“Jaga bicaramu, Orlando! Atau aku akan melemparkan bola api dan membakar tubuhmu!”Orlando sedikit bergidik, tapi dia segera menyadari bahwa Kaliya tidak akan bisa melakukan itu padanya.“Oh ya? Coba saja kalau berani!” tantang Orlando.Kaliya mendelik kesal. Akhirnya dia pun memilih pergi dari hadapan Orlando.“Hei, Kaliya! Kamu mau pergi ke mana?” tanya Orlando begitu melihat Kaliya keluar dari kamar motel mereka.“Bukan urusanmu!” seru Kaliya dari luar.“Jangan tinggalkan aku sendirian di sini!” balas Orlando lagi. Lelaki itu pun segera mengganti pakaiannya dengan baju baru yang diberikan oleh Kaliya.***Saat ini, Orlando sedang m
Baca selengkapnya
66. Mata Iblis
Matahari sudah terbenam ketika akhirnya Kaliya dan Orlando memutuskan untuk pergi dari motel tersebut. Semua barang-barang sudah dikemas rapi dalam tas berukuran sedang, dan Orlando lah yang bertugas membawanya.Mobil yang mereka gunakan masih sama dengan yang sebelumnya. Beruntung, belum ada pihak berwenang yang dapat menemukan keberadaan mereka. Tapi demi menghindari hal itu, akhirnya mereka sepakat untuk tidak menggunakan kendaraan itu lagi. Mereka bisa jalan kaki, atau menggunakan kendaraan umum untuk berpindah tempat.Lagi pula, Kaliya beralasan seperti itu agar dia bisa tahu lebih banyak tentang kehidupan manusia. Dia adalah orang yang mencintai hal-hal detail.“Pertama, aku ingin kita mendapatkan mobil baru,” ujar Kaliya.Perempuan iblis itu berjalan di depan, sementara Orlando di belakangnya. Mereka menyusuri sebuah gang yang lumayan gelap. Jauh di depan sana terlihat kerlap-kerlip lampu jalanan yang sepertinya berasal dari lampu beber
Baca selengkapnya
67. Pemburu Lain
“Si-siapa itu, Kaliya? Kenapa matanya merah sekali?!” ucap Orlando terbata.Untungnya hal itu kembali membuat Kaliya sadar. Dia menggelengkan kepala beberapa kali lalu melirik ke arah lain.“Orlando, cepat tutup matamu dan segera pasang barrier! Itu adalah mata iblis!”“Apa? Baiklah!” Orlando menutup mata seperti yang diperintahkan Kaliya.Meskipun aura di sekitarnya terasa aneh dan terlalu menekan, tapi lelaki itu berusaha untuk fokus. Di dalam pikirannya, dia terus mengulang skenario ketika Kaliya berada dalam bahaya. Tak lama kemudian, cahaya kebiruan menyebar dari tubuh Orlando. Sebuah barrier muncul dan menutupi tubuh lelaki itu.Tubuh Kaliya sendiri ikut terlindungi. Perempuan iblis itu menyeringai, lalu kembali melancarkan serangan. Kali ini dia tidak memberi jeda pada setiap lemparan bola apinya. Beberapa ledakan kembali terjadi, dan erangan menyeramkan terdengar.Terakhir, Kaliya mengeluarkan tomb
Baca selengkapnya
68. Hukuman Kaliya
Iblis itu bisa merasakan seolah pecahan permata Katastrof berdenting memanggilnya. Ingin sekali dia melihat, memeluk, menghisap, dan menjadikan permata itu menjadi miliknya.Tapi sayang, sebuah sambaran petir yang berasal dari Kaliya tiba-tiba saja menghantam dada iblis itu. Seketika tubuhnya pun terdorong jauh dan membentur dinding bangunan dengan keras.Iblis itu mengerang. “Kenapa kamu lakukan ini padaku?!”Kaliya tertawa meremehkan. “Itu karena kamu tidak pantas untuk memiliki permata ini! Sekarang, pergilah ke neraka!”“Tunggu dulu!” seru iblis itu. Dengan suara serak yang mengerikan sekaligus penuh kesedihan, iblis itu kembali berkata, “Tolong ampuni aku! Maaf karena telah lancang mengikutimu! Aku hanya ingin memiliki batu permata itu juga! Lagi pula... desas-desus tentang batu itu sudah menyebar. Konon jika memiliki pecahan utuh maka kamu akan kuat dan tidak tertandingi. Aku hanya ingin memanfaatkan batu it
Baca selengkapnya
69. Hilang Kendali
Kaliya merasakan sesuatu yang amat sangat panas di sekitar dadanya. Entah kenapa perasaan itu membuat emosinya semakin naik. Tapi... ini adalah sebuah sensasi baru. Meski dia merasakan sesuatu di dalam dadanya bergejolak, entah kenapa itu terasa menyenangkan.Ditatapnya wajah Orlando dengan penuh minat. Kilat di mata iblis wanita itu belum hilang juga. Aroma dari darah yang mengalir di tubuh Orlando seolah memanggil Kaliya untuk segera melahapnya.“Kaliya? Ka-kamu tidak apa-apa, kan? Berhenti menatapku seperti itu!” seru Orlando memberanikan diri.Kaliya malah menyeringai. Sedetik kemudian dia menerjang Orlando hingga tubuh lelaki itu jatuh ke tanah. Orlando memekik ketakutan. Dia berusaha menyingkirkan tubuh Kaliya dari dirinya. Namun, perempuan iblis itu terus berusaha untuk mencabik dan menggigit Orlando.Teriakan Orlando bergema di malam itu. Dia memejamkan mata dengan erat.“Kaliya, sadarlah! Jangan lakukan ini padaku! Aku in
Baca selengkapnya
70. Jepitan dan Kawat
Tiba-tiba tubuh Orlando sedikit bergidik ketika mendengar penuturan dingin dari Kaliya.“Entah kenapa itu terdengar sedikit mengerikan,” gumam Orlando.“Kamu tidak perlu takut, Orlando. Lagi pula kita sudah terikat sebuah perjanjian, bukan? Mungkin suatu hari aku akan menyerangmu kembali, tapi itu bukan berarti aku bisa merenggut nyawamu.”“Hei, tunggu sebentar. Mari kita luruskan dulu sesuatu, oke?” Orlando tiba-tiba cemas lagi. “Untuk apa gunanya aku ikut denganmu mengumpulkan pecahan batu permata itu sementara nyawaku sendiri tetap ada dalam bahaya? Itu sangat tidak adil, Kaliya!” serunya sambil cemberut.Ya, Orlando saat ini merajuk bagaikan anak kecil. Bagaimanapun, jika dilihat dari berbagai sisi, dia merasakan itu tidak adil. Selama ini dia selalu mengikuti dan menuruti apa yang dikatakan oleh Kaliya. Orlando bahkan selalu menggunakan barrier ajaib yang entah kenapa bisa dia keluarkan dari tubuhnya ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status