Semua Bab Terlambat Mencintai Lisa: Bab 91 - Bab 100
218 Bab
Episode 91. Menarik Napas Pasrah
"Bi, ambilkan handuk kecil!" ucap Revin sambil bergegas ke lemari dan mengambil piyama Lisa.Dengan segera Ema mengantar handuk yang diminta. "Ini, Tuan. Nyonya kenapa?""Entahlah, dia berkeringat dingin."Revin membuka pakaian luar Lisa beserta pakaian dalamnya yang sudah basah, lalu mengusap tubuhnya yang berkeringat dengan handuk dan dengan cepat memakaikan piyama bersih ke tubuh Lisa karena Lisa tampak mengerut kedinginan. Pelayan Ema hanya berdiri mengamati.Revin merasakan kamar itu sumpek. Dia mendesah melihat Lisa yang kembali meringkuk menghadap tembok."Bi, bukakan pintu kamarku," ucap Revin lalu menggendong Lisa. Saat menggendongnya, Revin bisa merasakan sendiri bahwa berat tubuh Lisa memang jauh lebih ringan dari sebelumnya. Dalam gendongan Revin, Lisa tampak memeluk perutnya.Pelayan Ema segera mendahului Revin ke lantai atas dan membuka pintu kamar Revin. Revin pun masuk ke dalam kamar sambil membawa Lisa. Dia kemudian meletakkan Lisa di atas ranjang besarnya. Lisa langsu
Baca selengkapnya
Episode 92. Sepuasmu
Lisa beringsut dan menciut di sudut tembok. "Jangan tendang aku," gumamnya tak jelas."Apa yang kau katakan?" tanya Revin karena tak mendengar apa yang dia katakan. Lisa tak menjawab."Sekarang naik ke ranjang!" titah Revin dengan gigi merapat, tetapi Lisa semakin menyusut."Apa telingamu tuli?""Aku mau ke kamarku," lirih Lisa dengan suara serak.Revin bertolak pinggang melihat Lisa sudah berjongkok sekarang di sudut kamar itu. Dia merasa tingkah Lisa aneh."Kau kenapa tiba-tiba jongkok begitu?" tanyanya heran. Lisa kembali tidak menjawab. Bokongnya sudah menyentuh lantai, dan wajahnya menunduk, bertumpu pada lututnya yang ditekuk."Makin lama kau makin aneh," ucap Revin kembali saat dia terus mengamati Lisa yang masih terus bertengger di sudut."Hei!" hardiknya dengan suara tinggi karena Lisa tetap diam.Tak sabar, Revin melangkah menghampirinya, dan menggunakan sebelah kakinya untuk menyenggol tubuh Lisa. "Hei! Kau ngapain sebenarnya?" tanyanya jengkel sambil terus menyenggol Lisa d
Baca selengkapnya
Episode 93. Menyalahkan
Revin sudah rapi tetapi Lisa masih terus menatapnya."Kenapa?" tanya Revin dingin. "Masih belum puas?""Tidak," jawab Lisa cepat. "Um, aku ingin tahu...apa kakak yang mengganti pakaianku tadi malam?""Ya."Wajah Lisa merona. Dia merasa senang karena Revin masih memiliki kepedulian padanya. "Terima kasih, Kak," ucapnya dengan tulus. "Sepertinya gara-gara memakai baju kakak, aku menjadi tidak mual dan muntah pagi ini.""Memangnya ada yang seperti itu?" tanya Revin merasa konyol walaupun dia memang juga mendapati Lisa tidak mual muntah seperti biasanya."Tentu saja!" jawab Lisa. "Buktinya aku tidak pusing sekarang, apalagi mual muntah. Sepertinya bayi kita senang dengan aroma papanya!" ucap Lisa dengan tatapan takjub sambil memegang perutnya. Hawa ruangan seketika berubah menjadi dingin ketika Lisa melihat mimik wajah Revin tampak tidak suka. Lisa pun tersadar bahwa ia telah salah berbicara. Lisa tadi terbawa emosi bahagia. Dia juga beristirahat dengan cukup baik tadi malam. Hal ini membu
Baca selengkapnya
Episode 94. Nama Lili
Keesokan paginya, Revin dan Lisa sarapan bersama. Pelayan Ema mendekat sambil membawa satu cangkir teh jahe."Coba minum ini, Nyonya, biar mual muntahnya reda," ucap Ema yang tanpa sengaja menarik perhatian Revin"Terima kasih, Bi," ucap Lisa sambil menyeruput teh jahe."Memangnya kau muntah tadi pagi?""Iya, Kak," jawab Lisa tak fokus. Saat ini pikiran Lisa dipenuhi oleh ancaman Hendra. Dia tidak berhasil menghubungi Damian tadi malam. Entah di mana adiknya itu berada."Sepertinya masalahnya ada di kamar sempitmu itu. Kamar itu pengap. Sepanjang malam kau tidur di situ pastilah paginya mual muntah. Lebih baik kau pindah ke kamarku," ucap Revin.Suasana hening. Melihat wajah Lisa yang tampak berpikir membuat Revin jengkel. Apa susahnya Lisa menjawab iya? Bukankah itu keinginannya juga?"Kau perlu ingat, aku sama sekali tidak merasa senang kau tidur di kamarku. Alasan aku menawarkanmu, itu karena sama seperti yang pernah kukatakan padamu bahwa aku hanya bertindak sesuai surat perjanjian
Baca selengkapnya
Episode 95. Merasa Tidak Nyaman
"Siapa yang meneleponmu?" tanya Revin dengan nada menyelidik."Itu...nenekku," jawab Lisa apa adanya lalu duduk di kursi makan."Kok lama?" tanya Revin lagi.Lisa diam. Perasaan tidak ada satu menit dia bertelepon. "Nenek marah padaku karena Damian belum pulang ke rumah.""Kenapa jadi kau yang dimarahi?" tanya Revin ringan sambil terus memakan jeruk.Lisa menghela napas, kenapa tadi dia harus mendetail memberi tahu Revin bahwa neneknya marah padanya? Malah jadi aneh."Um waktu itu, Damian meminta uang padaku. Katanya dia sangat memerlukannya. Awalnya aku tidak mau, tapi dia terus membujukku dan memelas. Aku tidak tega jadi aku memberikannya. Tahu-tahu sekarang Damian tidak pulang-pulang, aku jadi dimarahi nenek.""Adikmu tidak memberitahumu keperluannya apa?"Lisa menggeleng. "Tidak. Dia hanya bilang sangat butuh.""Adikmu itu umur berapa?""Dia masih 17 tahun. Masih SMA.""Oh, pantaslah kau dimarahi.""Kenapa pantas, Kak?" tanya Lisa keberatan."Kau bodoh memberinya uang tanpa tahu tu
Baca selengkapnya
Episode 96. Aneh
Saat Revin akan membuka suara, Damian sudah melepas pelukannya."Aneh," gumam Revin dalam hati. Dia mengatupkan mulut, mengusir rasa kesal yang tidak masuk akal di dalam dirinya. Dia merasa kesal saat melihat Damian memeluk Lisa padahal Damian adalah adik kandung Lisa. Revin tidak tahu jika Damian berbeda ibu dengan Lisa."Damian, apa kamu sudah kembali ke rumah?" tanya Lisa langsung dengan wajah serius."Aku belum pulang ke rumah. Begitu membaca pesan darimu, aku langsung kemari. Aku begitu mengkhawatirkanmu.""Pesan apa?" tanya Revin tiba-tiba. Dia penasaran melihat Damian tampak terburu-buru dan cemas ingin bertemu Lisa. Memangnya pesan apa yang dikirim oleh Lisa?Damian langsung menjawab, "Pesan supaya aku segera pulang ke rumah, kalau aku tidak pulang maka Hendra akan menen...""Damian," sela pelan Lisa tiba-tiba dengan kening mengerut. Seketika Damian bungkam."Maka Hendra akan apa?" tanya Revin masih ingin tahu."Maka Hendra akan menen....tukan hukuman berat untukku," ucap Damia
Baca selengkapnya
Episode 97. Bahkan Jika Kau Berbohong
"Apa yang kau lakukan!" teriak Damian dengan amarah. Dia langsung merengkuh Lisa ke dadanya.Hendra menahan amarah begitu melihat putranya ada di sana. "Ternyata kau di sini, Damian! Papa dan mamamu sudah mencarimu ke mana-mana, tapi kau malah menghilang. Apa yang sebenarnya membuatmu pergi dari rumah?" tanya Hendra dengan wajah serius."Aku hanya ingin mandiri," jawab Damian berbohong. "Jangan sakiti kakakku. Dia perempuan. Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti itu pada perempuan?" tanya Damian dengan kening mengerut.Hendra mengernyitkan dahi mendengar cara Damian bicara. Dia tidak memanggilnya papa tetapi menyebutnya dengan kata kau. "Kakakmu, kalau tidak diberi pelajaran, dia tidak akan pernah sadar akan perbuatannya. Bahkan diberi pelajaran pun, dia tetap tidak sadar. Jadi, jangan sampai kau bertingkah laku seperti kakakmu ini, kalau tidak, aku juga tidak akan segan-segan menghajarmu," ucap Hendra memperingati."Hajar saja, aku juga tidak takut. Lagian apa yang kulakukan tidak
Baca selengkapnya
Episode 98. Ke Rumah Mertua
Menjelang malam, Revin masuk ke dalam rumah dan mencium aroma lezat masakan. Dia menoleh dan mendapati Lisa yang memakai apron berwarna coklat tua sedang meletakkan hasil masakannya di atas meja makan untuk makan malam nanti. Pandangan mereka bertemu saat Lisa mengangkat wajahnya, tetapi itu hanya sekilas karena Lisa langsung mengalihkan wajahnya.Seperti biasa, Lisa hanya diam tidak berkata apa-apa untuk menyambut kepulangan suaminya. Dia langsung melengos memasuki dapur. Tetapi kali ini Revin merasa tidak nyaman melihat sikap Lisa tadi. Mungkin karena tadi pagi dia mengecup kening Lisa jadi dia merasa bahwa Lisa bersikap seperti itu karena sudah besar kepala. Padahal dari kemarin-kemarin Lisa memang sudah seperti itu, diam selalu lantaran Revin juga selalu menanggapinya dengan sikap ketus, dingin, dan bahkan sarkastik ketika ia menyambutnya.Revin segera menepis rasa tidak nyaman itu dan mulai menaiki tangga.Setelah mandi, Revin bersiap turun ke lantai bawah untuk makan malam, tetap
Baca selengkapnya
Episode 99. Terasa Familiar
Begitu memasuki kamar Revin, Lisa mengedarkan pandangannya pada ruang luas yang bernuansa maskulin itu."Kau bisa memasukkan pakaianmu di ruang pakaian. Sudut kiri ada lemari kosong," ucap Revin tiba-tiba."Oh iya, Kak.""Apa kau ingin mandi duluan? Aku bisa pakai kamar mandi lain.""Kakak saja yang duluan mandi aku ingin beristirahat sebentar," jawab Lisa."Baiklah kalau begitu." Revin pun berlalu memasuki kamar mandi. Lisa memilih duduk di sofa panjang."Ini maksudnya apa aku akan tidur sekamar dengan Kak Revin?" Lisa bertanya dalam hati dengan perasaan tidak nyaman. Bukankah Revin jijik padanya? Satu-satunya alasan Revin mau memperlakukannya agak lebih baik itu tidak lain karena surat perjanjian yang ia tandatangani. Sebelum menandatangani surat itu, Revin juga sudah menandaskan padanya bahwa perasaannya akan tetap sama terhadap Lisa yaitu jijik dan benci. Dan Lisa harus mengingat itu. Terkadang situasi tertentu membuat Lisa lupa akan hal itu, akibatnya hinaanlah yang dia dapatkan
Baca selengkapnya
Episode 100. Ingin Meminta Sesuatu
"Permisi Nyonya, makan malam sudah siap," ucap seorang pelayan setelah memasuki ruang keluarga yang suasananya tampak tegang. Pelayan itu segera meninggalkan ruangan itu setelah pamit."Ayo kita makan malam. Mama sudah memasakkan makanan yang kau suka," ucap Renata menatap putranya lembut."Makasih, Ma," sambut Revin sambil tersenyum. Maka mereka berempat pergi ke ruang makan. Di meja makan Lisa dengan telaten meladeni suaminya.Renata melirik putranya. Tidak semua menu yang ada di meja disukai oleh Revin, ada menu yang tidak disukainya tapi disukai oleh ayahnya, dan Lisa tahu memilih mana masakan yang disukai oleh Revin, juga menyisihkan apa yang tidak disukainya."Um, enak banget. Rindu juga masakan Mama," ucap Revin sambil makan dengan lahap, membuat Renata mengulas senyum puas."Apa istrimu bisa memasak seperti ini?""Dia bisa," jawab Revin ringan."Oh baguslah. Istri harus bisa memasak, kalau tidak, bagaimana bisa mengurus suami dan anak dengan baik?" ucap Renata.Lisa menghela na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status