All Chapters of MENGAPA CINTA MENYAPA: Chapter 51 - Chapter 60
137 Chapters
Tengil
Rania tak pernah menduga akan mengalami peristiwa seperti malam ini. Sebuah petualangan kecil, biasa, tak berarti. Namun semua kesederhanaan tadi nyata-nyata menghasilkan endorfin dalam skala masif yang bak tsunami mampu menggetarkan hingga ke setiap sel terkecil dalam tubuhnya. Perang antara logika dan perasaan dalam diri Rania masih terus berkecamuk. Entah sampai kapan. Entah siapa pemenangnya. *  “O shiiitttt!” Rania yang makan siang bersama Vonny di meja makan pantry, baru saja mulai menikmati santapannya ketika ia terhenti karena mendengar suara tadi. Ia menoleh ke sumber suara. Ia heran melihat Renty sudah ada di depan pintu ruang pantry. Terlebih heran lagi karena wanita itu menatap dirinya dengan tatapan kaget dan tidak suka. “Kenapa, Renty?” Renty tidak menjawab. Akibat teriakannya sendiri beberapa orang yang ada
Read more
Kebenaran Yang Pahit
Sebuah kebenaran yang terasa pahit akan terasa jauh lebih pahit manakala pengalaman itu coba dihindari. Bersikap seolah tak ada, bisa menimbulkan permasalahan pelik di masa yang akan datang. Dengan pemahaman itulah Rania memberanikan diri meminta waktu bertemu secara empat mata dengan Nurul di sebuah tempat yang Rania tetapkan. Bagi Nurul, ini adalah suatu kesempatan karena ia pun merasa bahwa Rania seperti berjarak setelah resmi ditetapkan sebagai manajer.Namun yang membuat dirinya dikejar rasa penasaran ialah mengapa Rania hanya meminta waktu berbicara dengan dirinya saja yang otomatis Ditya tak akan ikut serta.“Ini mungkin kebenaran paling pahit yang aku pernah sampaikan pada orang sebaik kamu, Nurul.” Kalimat pembuka itu keluar dengan lancar begitu saja dari mulut Rania. Sebuah kalimat yang menohok tapi Nurul mau mencoba untuk dengan sabar mendengarkannya terlebih dahulu sampai kemudian Rania mengizinkannya be
Read more
Perdamaian Yang Tertutup
"Sudahlah, pokoknya perbaikan segera gue bikin.""Kapan?""Secepatnya, Ver.""Tentukan waktu yang fix. Jangan ngambang.""Kalo nggak mau?" Raut wajah Verdi mengeras. "Apakah elo merasa begitu penting sehingga dengan seenaknya bisa ngobok-obok aturan yang sudah ada? Elo kan bertanggungjawab dengan pekerjaan yang elo hadapi. Siapa lagi yang bikin kalau bukan elo? Jangan suka cuwek begini. Itu sikap jelek yang bakal bikin elo terkucil. Ujung-ujungnya bakal makin banyak orang-orang yang nggak suka dan bikin gosip yang aneh-aneh tentang elo." Untuk sesaat Renty menelungkupkan wajahnya ke meja. "Mungkin elo bener. Gue emang nggak semangat lagi kerja di sini.""Sejak kapan elo jadi lebay begini?"Sekarang Renty berdiri tegak di kursinya.  Menatap tajam ke arah lawan bicaranya."Sejak kapan? Sejak elo nutup pintu hati terhadap gue!" Ketegasan Verdi sirna seketika. "Kenapa kit
Read more
Dijebak
"Sudahlah, Ver. Nggak usah diomongin lagi. Sepertinya gue emang sudah harus ngelupain elo selamanya. Move on. Apa yang sudah terjadi, terjadilah. Toh yang namanya cowok bukan cuma elo." Renty melirik arloji di pergelangannya dan beranjak dari kursinya. "Gue mau pergi. Dua jam lagi ada rapat di kantor perusahaan pelayaran NCK.""Untuk dapet setoran lagi?" Gagang pintu yang sudah dalam genggaman langsung dilepas Renty sehingga pintu kembali tertutup. "O jadi elo udah tau kalo gue dapet sogokan dari perusahaan pelayaran? Tau dari mana?" Verdi menceritakan apa yang ia lihat di mall Jayakarta dimana ia melihat sendiri ketika Renty menerima amplop tebal dari seorang pria tambun. Pria yang adalah sales dari perusahaan yang jasanya dipakai oleh departemen impor yang dipimpin Renty yang beberapa kali Verdi lihat datang di kantor. "Elo ada bukti seperti rekaman video?""Gue ke situ bukan
Read more
Khilaf
Mendengar hal itu Verdi hanya bisa menatap pilu. Wanita di depannya adalah orang yang pernah membuatnya jatuh hati, yang pernah menolong karirnya, idealis, cantik, pintar. Lalu mengapa begitu cepat berubah dan jatuh sedalam ini? "Sebagai rekan satu almamater, elo tau IPK gue termasuk yang terbaik. Gue bisa ngomong tiga bahasa, dan dua perusahaan yang gue masukin sebelumnya semua perusahaan Multi National Asing. Dengan prestasi begitu, elo pikir gue sulit untuk dapet kerjaan? Nggak! Tapi yang namanya dijebak tetap aja dijebak. Kalo gue tuntut dia, itu sama aja bunuh diri karena gue nggak punya bukti sama sekali." Verdi melempar pandangan ke samping. Pikirannya kosong. Bingung apa yang harus dikatakan atau dilakukan."Elo bisa tolong gue, Ver?"Verdi menghembuskan nafas keras. "Menolong bagaimana?""Tolonglah. Gue... khilaf. Gue akan akhiri ini semua. Gue janji." Sentuhan jemari Renty di punggung tanga
Read more
Sori!
"You're sure he's not bluffing?"Pertanyaan dari Rajha dijawab Renty dengan gelengan sambil menyatakan bahwa ia meyakini ucapan Verdi tidaklah sekedar menggertak."How do you know?" "Tentu saja aku mengetahuinya. Ia menyebut persis nomor kamar yang kita pilih, nama hotel, dan jam kita check in, Sanjay."Rajha, ekspatriat dari Asia Selatan, sang GM yang kerap dipanggil nama panggilannya oleh Renty sebagai Sanjay memegangi pipi dengan satu tangan. Suatu kebiasaan kalau ia sedang berpikir serius. Renty telah menceritakan semuanya. Menceritakan tentang terlihatnya mereka berdua di kamar hotel. "Renty, bisa kau cari apa saja kesalahan mereka berdua selama ini?" tanyanya dalam bahasa Inggris berlogat India yang kental dan terdengar janggal. “Aku mau jegal dia kalau kamu bisa memberiku alasan kuat untuk melakukannya.” Renty mengeluarkan sebungkus rokok, mengeluarkan sebatang da
Read more
Affair Di Kantor
Pak Parjo terperanjat, sekaligus menangkap kepanikan serta kemarahan dalam suara Verdi. Karena Rania melintas di sampingnya, dalam keingintahuan yang luar biasa, ia mengejar sampai keduanya bertemu di muka pintu lift. “Ada apa, bu?” Rania diam. Wajahnya memerah.“Lah, si ibu mau pulang? Koq udah bawa laptop segala?” “I-iya.”“Kenapa emangnye?”“Nggak apa-apa,” Rania menyahut gugup. Sudut matanya mengerling ke ruang yang tadi dilewatinya. Lift berdenting dan pintu terbuka.“Permisi, Pak.” Rania memburu ke arah lift. Sial. Walau sudah berdenting, pintu lift ternyata hanya terbuka separuh. Itu membuatnya tak bisa secepatnya meninggalkan tempat.“Lift yang nomor 2 ini emang udah beberapa kali begitu.” Rania tidak menanggapi. Tak lama kemudian pintu lift membuka sepenuhnya. Rania lan
Read more
Naksir
Waktunya ternyata tepat karena ketika sudah berada di tempatnya yang baru, si 'pemilik' barisan pertama yang adalah Edwin atasannya, baru saja memasuki ruangan."Kuperhatiin beberapa hari ini kamu ke pabrik terus," Verdi bertanya lagi. Setengah berbisik tentunya. Merasa tak perlu menanggapi, Rania hanya mengangguk kecil sambil mulai melihati email-email yang masuk melalui iPad yang ia bawa."Kamu tahu kan dua minggu lagi departemen aku dengan kamu akan ikut ke Korea untuk sesi Operation Gathering dan langsung nyambung ke Thailand untuk sesi lain?" Tentu saja Rania mengetahui. “Ya. Dan Carl juga ikut kan? Aku dah tau.”Yang dimaksud Rania adalah Carl Heleyoroupulakis, yang akan menjadi pembicara di siang itu untuk memperkenalkan sistim baru. Walau tak ikut ke Thailand orang itu memang akan ikut terbang menuju Seoul sebelum kembali ke negara asalnya, Yunani. Ia adalah Chief Finance Executive yang berbasis pada
Read more
Alarm Yang Salah
"Permisi, dik," kata seorang ibu."Permisi, nak," kata rekan sang ibu.Edwin terlihat tak suka dengan panggilan-panggilan itu. Tapi kedua orang wanita itu mungkin tak bermaksud mengejek saat berucap demikian karena mereka hanya melihat Edwin dari arah belakang. Verdi sampai harus setengah mati menahan tawa melihat adegan itu. Rania tak bereaksi apapun karena melihat bahwa kini atasannya memelototi dirinya karena tak mau Rania menertawainya.Dengan muka memerah Edwin melangkah lebih cepat menuruni anak tangga demi supaya tidak bersama Rania dan Verdi. Setelah merasa orang itu sudah agak jauh, barulah Verdi dan Rania melanjutkan perjalanan menuruni anak tangga kembali. Di lantai-lantai sesudahnya mereka juga bertemu orang-orang di lantai tersebut yang juga langsung menuruni tangga."Kamu tahu kenapa aku masih berharap bahwa ini hanya alarm yang salah?"Rania menggeleng."Kita sudah turun empat lantai. Tapi kenyataannya dar
Read more
Permen Karet Yang Hilang
Selama mendengar penjelasan itu, hati Rania berdebar. Ia tidak menyangka bahwa kelemahannya yang paling besar sudah diketahui atasannya.“Selama ini aku ragu apakah kamu memang pantas bekerja bersamaku di perusahaan ini atau nggak. Ada begitu banyak perbedaan dan dalam hal tertentu aku nggak setuju dengan caramu. Dengan gayamu yang aku nilai sombong dan sok tahu, misalnya, itu kentara sekali. Dalam kasus klepto, aku kaget dan sedikit kecewa karena berarti kamu selama ini menyimpan kesalahan kamu. Keterlaluan kamu itu. Kamu ingin menutupi bau bangkai dengan menimbun dengan dedaunan saja dan kamu pikit itu cukup? Dasar memalukan.” Rania mengangkat kepala dan menatap Edwin. Harapannya untuk bertahan di perusahaan, kini menjadi tandatanya besar. Edwin meminta Rania menyerahkan kembali laporan yang tadi berada di tangannya.“Dan laporan ini,” kata Edwin yang memegangi dengan kedua tangan sambil menatap Rania, “aku nggak per
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status