All Chapters of MENGAPA CINTA MENYAPA: Chapter 61 - Chapter 70
137 Chapters
Panas
Dan rasa sakit itulah yang menemani ketika dalam diamnya ia membiarkan Rania dalam kesibukan mengambil barang-barangnya di lantai. Tak tersisa sedikit pun rasa kasihan atau keinginan menolong. Ia hanya ingin Rania menderita. Sekecil apapun penderitaan itu. Ia merasa lebih baik berdiri di depan pintu lift dan menunggui sampai terbuka untuk kemudian pergi meninggalkan tempat itu.Tapi pintu lift memang tak segera terbuka. Verdi harus menunggui sampai kemudian Rania yang masih merasa jengkel akhirnya menunggui juga di depan lift. Keduanya kini berdampingan di sana sampai kemudian calon pengguna lain berdatangan. Pintu lift yang ditunggui oleh Verdi terbuka dan ia pun segera masuk. Tak dinyana para calon pengguna cukup banyak. Akibatnya tubuh Rania terdorong sampai akhirnya ia menempati bagian paling belakang dalam ruang lift.Dari antara kerumunan orang Rania melihat bahwa lampu untuk lantai dimana ia hendak menuju ke sana, belum menyala. 
Read more
Menjadi Akrab
“Kenapa kamu hanya pertimbangan masalah duit? Apa-apa selalu fokus hanya ke soal duit.” Nada Nurul terdengar sengit.“Memang itu yang paling penting. Habis apa lagi?” Ditya membalas tak kalah sengit. “Di kantor posisiku malah terancam gara-gara kasus Rania.” Mendengar nama itu, mata Nurul memerah. Kasus klepto yang dijadikan alasan bagi Ditya untuk menekan Rania sudah tidak ada gunanya. Atas prestasi dan kontribusi nyata yang sudah dilakukan Ever Foods sudah memberikan jawaban bahwa mereka tetap menerima Rania. Kasus ini begitu memedihkan hati bagi Nurul karena membuka kedok betapa busuknya Aditya itu sebetulnya dan pria itu pun juga otomatis tak bisa lagi melakukan blackmail atau ancaman atas Rania. Aditya alias Ditya itu busuk. Semakin berjalannya waktu ia semakin menemukan kenyataan pahit itu. Namun yang lebih pahit dari itu ialah mengapa ia tetap masih mau bersama dengan pria itu. Sebeg
Read more
Konvensi Tahunan
Saat itu pesawat sudah berada di landas pacu, berhenti sesaat untuk menunggu aba-aba take off. Sebuah hentakan terjadi ketika pesawat mengeluarkan daya terkuat untuk terbang. Hal ini membuat donat yang hendak dilahap oleh Rania terjatuh dari tangan dan mengotori mulut dan baju. Spontan Renty mengeluarkan selembar tisyu basah. Saat pesawat sudah mengudara dan situasi kembali stabil ia menawarkan diri untuk membersihkan mulut Rania. Lagi-lagi Rania terperangah. Sebelum ia mengiyakan Renty sudah menyapu dengan lembut mulut Rania yang berlepotan coklat dengan tisyu di tangannya. *  Setiap periode tertentu, selama dua hari, grup perusahaan Ever Foods se-Asia Pasifik mengadakan sebuah konvensi tahunan di sebuah negara untuk membahas strategi bisnis di tahun berikutnya. Beberapa manajer serta direktur dari berbagai divisi dari tujuh negara berkumpul dan kali ini pertemuan bisnis diadakan di Seoul, Korea Selatan.
Read more
Kapan Kawin?
Dan apa yang ada dalam pikiran Rania sebetulnya sudah lama ditangkap oleh Renty. Renty tahu mengenai kedekatan Rania dengan Verdy dan ia tidak suka itu terjadi. Ia tidak bodoh. Sebagai sesama wanita ia mengerti apa yang ada dalam benak Rania. Setelah sebelumnya berusaha melakukan pendekatan keras pada Rania agar gadis itu tersingkir dari perusahaan – yang berarti tersingkir pula dari Verdi – ia sadar bahwa ia harus mengganti dengan cara lain. Cara yang lebih halus namun bisa jadi lebih efektif dalam mewujudkan harapannya. Dirinya telah secara cerdik membuat Rania patah hati ketika memergoki dirinya dengan Verdi dan terkesan bermesraan dalam ruang kerjanya. Dan Rania berharap terjadinya peningkatan hubungan dalam Verdi harus menerima kenyataan baru bahwa Renty masih berharap pada kekasih lamanya. Ini jelas sebuah kenyataan yang pahit, namun manis bagi Renty. Atas apa yang sudah dilakukan Renty dengan rusaknya hubungan Rania dan Verdi, ia masih belum p
Read more
Mabuk
Dalam pening yang bertambah, ditantang begitu Rania tidak mau mengalah. Keduanya lantas bertaruh. Dua tangan Rania dan Renty saling membelit dengan masing-masing memegang gelas masing-masing yang masih terisi penuh dengan minuman.“Yang kalah ngikutin yang menang.”“Hiks. Siapa takut,” jawab Rania. “Hitungan tiga ya. Satu…. Dua…. Tiga…” Rania dan Renty lantas meminum isi gelas masing-masing. Dua-dua gelas terminum tanda dengan sekali teguk, bedanya Rania terlambat beberapa detik sehingga dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Renty mengacung kedua tangan dengan penuh kemenangan sedangkan Rania menggeletakkan wajah di meja di depannya.“Sialan, sialan, sialaaan, hiks……”Harus diakui oleh Renty bahwa sebagai pemula, Rania ternyata cukup kuat bertahan dengan kesadarannya. Namun bagi Renty yang sudah terlebih dulu penikmat minuman keras, Rania tentu saja buka
Read more
Hidup Itu Keras
“Obviously. Aku pasti akan dampingi kamu dan takkan membiarkan kamu. Takkan aku biarkan hal buruk terjadi dalam hidupmu. That’s a promise. Aku akan memastikan kamu tidur dengan enak dan nyaman malam ini. Saat besok paginya kamu akan bangun dengan perasaan sangat nyaman, puas dan bahagia. Kamu mengerti kan maksudku?”Dengan sisa kesadaran yang ada, antara nyata atau bukan, Rania masih bisa merasakan tangan orang itu bergerak di balik rok span yang dikenakan. Sialnya, dalam pengaruh alcohol, ia tidak yakin apakah itu memang benar dilakukan orang itu atau hanya halusinasinya semata. Kalau itu tidaklah benar dilakukan, ia pantas bersyukur. Tapi jika sebaliknya, ketika ia menyatakan keberatan dan melakukan penolakan, tangannya sudah terlalu lemah untuk melakukannya. Jadi ketika Carl nyerocos,  ia percaya saja semua bullshit yang terlontar dari Carl. Dan apa yang dilakukan orang itu terhadapnya Rania tidak tahu. Ia terlalu
Read more
Rahasia Bersama
Sementara Rania dan Nichaon berada di meja terpisah untuk makan siang dan membahas berbagai isyu, Vonny dan tiga anak buah Nichaon yang sepenuhnya wanita duduk di meja lain. Dalam suatu perbincangan Vonny secara iseng menanyakan lokasi restoran yang menjual makanan eksentrik. "Aku pernah mendengar di Bangkok ada restoran yang menjual menu ekstrim. Apakah info itu benar?' kata Vonny kepada Pong, Lek, dan Pratama. Di luar dugaan, restoran semacam itu ternyata bersebelahan dengan restoran dimana mereka berada. Hal ini dipertegas Khun Pratama."Menunya macam-macam. Ada jangkrik, belalang, ular, biawak.""Kalau mau, bisa juga makanannya diantar di sini," Khun Lek menambahkan.“Wah, boleh, boleh,” Vonny menyambut baik tawaran itu. "Khun Pong, which one you prefer?""Aku suka sate belalang," jawab Khun Pong lugas. "Rasanya renyah dan pedas. Mau coba mencicipi?" Tawaran dari Khun
Read more
Khob Kun Ka
 Langit di atas Samphantawong District sore itu nampak mendung ketika kendaraan special utility vehicle yang dikemudikan keluar dari basement gedung untuk kemudian melintas di salah satu jalan utama kota. Nichaon yang mendampingi Verdi, Rania dan Vonny selama kunjungan kerja di Thailand terampil sekali mengemudi. Wanita lajang dengan kecantikan Thai yang khas itu lantas menawarkan diri. “You still have time in Bangkok before you catch up the last flight to Jakarta,” katanya dalam bahasa Inggris dengan logat Thai yang khas, “mau menghabiskan waktu dimana?”“Itu terserah Rania atau Vonny. Aku masih akan stay dua hari lebih lama di sini,” kata Verdi. Rania tidak keberatan tentunya dengan acara jalan-jalan yang ditawarkan. Tapi Vonny  nampak tidak sehat sejak menyantap sepuluh tusuk sate belalang tadi siang.“Bagaimana, Vonny? Perutmu su
Read more
Sang Mantan
“What’s up, Khun Verdi?” Nichaon yang tidak mengerti perbincangan lagi-lagi menanyai Verdi.“Khun Vonny is not well. She prefers to stay at hotel and Khun Rania will accompany her.”“How about you?“ Nichaon memperlambat kecepatan ketika mereka mendekati ramp, pintu keluar-masuk tol. “Khun Verdi, kamu masih punya sisa waktu dua hari di Bangkok karena masih ada tugas yang perlu kita bahas besok dan lusa.”“I know.”Nichaon mengibas rambut, melirik dan tersenyum penuh arti ke arah Verdi. Rambut ikalnya tertiup desau angin dari jendela mobil yang kurang tertutup rapat. Baik Vonny maupun Rania seperti mendapat impresi bahwa Nichaon sengaja memamerkan kecantikan alami yang ia miliki di depan Verdi. “Will you accompany me?”‘Nah, seperti sudah kuduga, tawaran itu datang juga,” Vonny m
Read more
Bencana Kecil
Tapi… ah. Ketajaman logika Rania boleh saja memiliki pendapat demikian. Namun kebenaran selalu mencari jalannya sendiri. Terlebih jika kebenaran itu bermetamorfosis tanpa sanggup direka oleh waktu dan tak bisa dibatasi oleh ruang. Ia bisa tampil begitu saja tanpa bisa terprediksi, di dalam hati, di suatu momen yang tak terduga. Kehadirannya mungkin bisa saja tampil sekelebat melebihi kecepatan suara. Tapi itu bisa lebih dari cukup untuk meruntuhkan benteng ego siapapun. Buktinya, semakin Rania memungkiri, semakin kuat perasaan aneh nan misterius itu mencengkeram. Kebenaran semacam itu sungguh mencabik logika, merajam akal budi. Entah sejak kapan, sosok Verdi mulai menempati ruang kosong hatinya. Dari sekedar perasaan hormat, bertransformasi menjadi respek, dan ternyata malah terus mewujud bentuk kekaguman. Ia ingin berhenti sampai di batas itu saja. Itu sudah cukup. Namun perjalanan waktu membuktikan bahwa ia sepertinya gagal mempertahankannya dimana lamb
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status