All Chapters of BAHAGIA SETELAH BERPISAH: Chapter 41 - Chapter 50
98 Chapters
41. Belajar Dari Bapak
Bahagia setelah Berpisah 41 ** PoV Hamdan. Ibu mengendus pakaian Bapak dan dia merasa ada sesuatu yang aneh.  "Pak, kenapa pakaian Bapak bau parfum wanita?!" tanya Ibu dengan netra tajam menatap Bapak.  "Ah, enggak kok. Aku tadi ke sini naik bus, agak ramai mungkin tak sengaja parfum mereka menempel!" kata Bapak beralasan. Aku berpindah duduk ke samping kasur, aku juga curiga dengan Bapak. Mungkinkah? Ah, semoga alasannya benar tetapi ini sudah malam.  "Oh," kata Ibu, dia masih menelisik Bapak dan rautnya apakah dia berbohong atau tidak. Bapak segera menjauh.  "Ambar! Buatkan Bapak kopi!" katanya pa
Read more
42. Mereka Siapa?
Bahagia Setelah Berpisah 42.  **  PoV Hamdan. Anak kecil berusia sekitar 8-9 tahun itu menarik tangan Bapak. Aku dan Ambar tentu saja tersentak. Karena lelaki itu adalah Bapak kami, kami tak sangka saja Bapak berjalan bersama anak kecil. Apakah itu anaknya?  "Bapak!" seru ku dan Ambar bersamaan. Bapak tersentak kaget melihat kami berdua ada di apotek.  "Hamdan! Ambar!" sentak Bapak membulatkan netranya. Genggaman tangan anak itu dilepaskannya begitu saja.  "Siapa, Pa?" tanya wanita itu, usianya sepertinya tak jauh dari aku. Mengapa wanita itu memanggilnya 'Pa'. 
Read more
43. Rencana Pernikahan
Bahagia Setelah Berpisah 43. ** PoV Yuni. "Secepat itu kamu move on dari aku, Yun!" kata Mas Hamdan mendekatiku, aku hanya menatapnya datar melalui kacamataku.  "Tentu saja. Seperti semudah kamu mengkhianati aku!" balasku padanya. Dia menatap aku juga datar, aku tak paham arti tatapan itu.  "Ada masalah apa, Yun?" tanya Pak Irsyad. Aku hanya menggelengkan kapala ku.  "Tidak ada apapun," kataku, aku berjalan melewati Mas Hamdan untuk masuk ke ruang persidangan. Jantungku sedikit berulah menghadapi persidangan ini. Sebenarnya terlalu berlebihan sih, mereka juga ikut datang namun aku berusaha santai saja. Tante Lisna sangat antusias datang bersama Mas Irsya
Read more
44. Maksud Terselubung
Bahagia Setelah Berpisah 44.  **  "Jawab yang jujur, Bu. Apa keperluan Ibu datang ke sini?" kataku pada Ibu. Dia tampak resah.  "Ibu benar-benar kangen sama Sesil!" katanya, aku tahu dia berbohong. Ambar mengambil gawainya. Dia melihat di layar gawai itu.  "Sebentar, Mbak. Ada telepon penting dari teman sekampus ku," katanya padaku meminta izin untuk keluar ruangan. Dia beranjak dari duduk nya kemudian keluar ruangan ku.  Aku kembali menatap Ibu. Kulihat dia sedikit bingung tidak seperti biasa yang terlihat sangat garang. Aku memanggil Asih salah satu Baby sitter ku lewat telepon. Aku memperkerjakan 3 baby sitter untuk mengurus Sesil dan mereka juga membagi shift kerja.&n
Read more
45. Sudah Berencana
BAHAGIA Setelah Berpisah 45. ** PoV Author.  "Bagaimana ini, Mbar. Kalau sampai kita di usir mau tinggal di mana kita?" Ibu berkata sambil terisak pada Ambar.  "Aku juga gak tahu, Bu. Aku pusing menghadapi ini. Bagaimana bisa rumah kita di sita. Apa kita bakal numpang sama Mas Hamdan di rumah kontrakannya yang sempit itu?"  "Ibu gak mau numpang di rumah dia yang sempit itu. Rumah ini nyaman dan Hamdan hanya ngontrak. Masa kita harus terusir dari rumah kita sendiri!" Bu Rowina panik. Wajahnya terlihat lesu. Dipandanginya Ambar yang juga kebingungan.  "Kita juga gak bisa mengharapkan Bapak, Bu! Kita harus berusaha sendiri untuk keluar dari masalah ini
Read more
46. Kejujuran
Bahagia Setelah Berpisah 46 **  PoV Author  Netra Bu Rowina membulat melihat suaminya bersama wanita lain dan seorang anak kecil.  "Bapak!" serunya dengan suara bergetar. Kaki Rowina terasa lemas. Saat itu dia rasanya ingin jatuh saja. Ambar sedang sibuk memperhatikan penjaga toko yang sedang melihat-lihat kalung emas itu.  "Rowina!" kata Pak Hasan terkejut serta tak sangka ada istri pertamanya di sana. Ela, istri kedua membulatkan matanya juga tak menyangka akan bertemu kakak madunya di tempat ini.  Hasan menarik tangan anaknya dan dengan isyarat dia menyuruh Ela untuk pergi dari tempat itu. Dia tahu sendiri seperti apa
Read more
47. Tak Bisa Berkelit
BAHAGIA Setelah Berpisah 47. ** PoV Yuni.  Aku begitu kasihan melihat tangisan anakku. Seumur-umur dia tak pernah bersedih seperti ini. Ketika menziarahi makam Bapaknya saja dia tak menangis, namun saat ini dia menangis karena uang yang di kumpulkan sedikit-sedikit itu hilang.  Uang itu sudah di belikan nya perhiasan buat ku. Aku begitu terharu karena kebaikan Fatih dan hatiku merasa sedih ketika pemberiannya itu hilang.  "Lantas bagaimana?" tanya Wira dengan panik. Dia merasa kasihan juga melihat Fatih.  "Kalian periksa CCTV!" perintahku.  "Di kamar tak di pasang CCTV, Mbak?" tanya Rosita. Aku
Read more
48. Sakit dan Menyusahkan
Bahagia Setelah Berpisah 48. ** PoV Yuni "Mbak kayak nya dia sakit benaran!" Teriak Wira padaku. Ambar juga menatap aku memelas.  "Hubungi Mas Hamdan sana, mengapa kau melihat aku seperti itu!" kataku ketus padanya. Masih bisa aku lihat raut wajah tak setuju nya namun dia tetap melakukannya. Dihubunginya Mas Hamdan agar membawa Ibunya ke rumah sakit.  "Mas, Ibu sakit, Mas. Segera pulang!"  "Mas masih jauh di perjalanan. Kamu segera bawa saja nanti Mas akan datang ke rumah sakit segera setelah pulang!"  Ambar tak dapat berkata-kata, dia mematikan sepihak sambungan telepon itu. Dia diliputi rasa kebin
Read more
49. Wellcome To The Jungle
Bahagia Setelah Berpisah 49.  **  PoV Yuni "Yuni!" panggil Lia wanita yang sekarang menjadi gundik suamiku itu. Aku berhenti setelah dia memanggilku.  "Apa!" Dia mendekatiku.  "Aku ingin berbicara denganmu!" Aku hanya tersenyum sinis ke dia.  "Aku gak ada waktu!" kataku sambil berlalu. Dia menahan ku.  "Sebentar saja, Yun. Sebentar saja. Aku butuh bicara padamu sebagai sesama wanita!" Wajahnya terlihat serius, apa yang diinginkan wanita ini.  "Apa mau mu, pembicaraan sesama wanita itu seperti apa?!" tanyaku sedi
Read more
50. Acara Di Kampung
Bahagia Setelah Berpisah 50 ** "Terima kasih, Yun. Kehadiran kamu membuat Irsyad bahagia lagi," kata Tante Lisna sebelum kami pulang.  "Kehadiran kalian juga membuat saya bahagia lagi, Tante. Ibu saya sudah tiada dan tinggal Bapak di kampung," ucapku sambil menunduk.  "Kapan kamu rencana pulang kampung?"  "Tiga hari lagi, Tante," ucapku, "Siapa saja yang pulang, Yun?"  "Kami semua, tetapi Yuni juga gak bisa lama di sana paling lama seminggu karena di sini juga banyak pekerjaan. Setelah Rosita dan Wira sah menikah, aku balik lagi ke sini, Tante," ucapku sambil mengulas senyum. 
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status