All Chapters of Perjanjian Leluhur: Chapter 81 - Chapter 90
282 Chapters
81. Keputusan Tak Terduga
Jaka Slebor tiba-tiba saja jadi trending topik di kampung terdekat dengan Hutan Gerimis.Pendekar Lembah Cemara telah mengangkat Gentong Ketawa menjadi penguasa di kerajaan Timur, dan ia berasal dari kampung ini.Mereka sangat bangga meski bukan sanak famili, bahkan kenal saja tidak. Dan memuji setinggi langit Jaka Slebor yang dianggap sangat merakyat.Kebanggaan mereka tidak menjadi penyesalan walau pengangkatan itu berdampak buruk pada situasi kampung. Makhluk di dataran ini ternyata sangat banyak yang tidak suka rakyat kecil jadi penguasa, dengan modus beraneka ragam.Kampung yang semula tenteram dan damai mendadak banyak terjadi kekacauan akibat ulah sekelompok pendekar yang mengaku pendukung setia Pangeran Tengkorak dan si Setan Jagat.Tiap malam terjadi huru-hara, pembakaran pos jaga, perusakan fasilitas umum, dan penculikan perempuan. Kepala kampung jadi pusing tujuh keliling. Bantuan keamanan dari kadipaten sangat kurang
Read more
82. Penculik Bertopeng
Kedatangan kereta pedati raksasa disambut penduduk dengan antusias. Mereka berdiri di sepanjang jalan melambaikan tangan kepada puteri mahkota yang muncul di jendela.Rombongan kerajaan memutuskan untuk tidak menyamar setelah mengetahui kampung di tepi Hutan Gerimis dalam situasi kurang aman. Kehadiran puteri mahkota menghibur rakyat sehingga termotivasi menggalang kekuatan menghadapi para pengacau.Warga kampung sebenarnya kecewa tidak menemukan Jaka Slebor dalam rombongan. Pendekar Lembah Cemara telah mengharumkan nama kampung dengan mengangkat Gentong Ketawa jadi penguasa tertinggi di kerajaan Timur.Patih Mahameru memutuskan untuk menginap di kampung itu karena kuda butuh istirahat setelah seharian melakukan perjalanan.Dewi Anjani menolak untuk beristirahat di penginapan. Ia memilih tidur di pedati raksasa sehingga memudahkan penjagaan. Patih Mahameru terpaksa menyewa perlengkapan tidur dari penginapan. Prajurit berjaga-jaga di sekitar pedati secara bergantian.Menjelang malam,
Read more
83. Calon Menantu Tak Dianggap
Rasa kecewa begitu kental mewarnai wajah Jaka. Si Gemblung seakan tahu kalau majikannya lagi galau, maka ia berlari sekencang-kencangnya untuk segera mencapai tujuan. Keterlambatan adalah kematian bagi Gentong Ketawa dan kawan-kawan.Tapi untuk sampai ke istana kerajaan Timur butuh empat hari perjalanan tanpa istirahat, dan itu tidak mungkin. Jaka masih berada di Hutan Gerimis padahal sudah lewat tengah malam. Jalur perdagangan umum yang merupakan wilayah tak bertuan masih jauh. Di sepanjang jalan itu banyak penginapan dan ramai oleh rombongan saudagar dari berbagai negeri.Jaka terpaksa berhenti dan beristirahat di bawah pohon besar dan rindang sehingga terlindung dari hujan gerimis yang tidak biasanya turun lewat tengah malam."Ini dinner untukmu, Gemblung," kata Jaka sambil menyodorkan beberapa potong pizza dengan toping organ intim kuda betina, dan lemonade satu panci penuh. "Selamat menikmati hidangan.""Yang Mulia tidak makan?" tan
Read more
84. Pendekar Bayaran
Ki Gendeng Sejagat pergi menghilang di angkasa."Main pergi saja," omel Jaka. "Aku mau nanya soal nama tongkat petir dan jubah Raja Agung."Jaka melemparkan jubah ke udara. Jubah itu menghilang, lalu memanggilnya dengan asal, "Jablay datanglah."Jubah Raja Agung melesat turun dari angkasa. Jaka menangkapnya, kemudian dilemparkan lagi ke udara. Matanya terpejam dan memusatkan pikiran ke jubah. Pakaian kebesaran itu muncul lagi dari udara. "Sialan," maki Jaka. "Aku kena tipu. Jubah ini tak bernama. Jangan-jangan tongkat petir juga sama."Jaka memejamkan mata dengan pikiran fokus ke tongkat petir. Tongkat itu melesat dari udara dan hinggap di tangannya."Dasar kakek edan," gerutu Jaka. "Aku kena tipu. Tongpet...Jura...apaan itu? Untung tidak ada yang menganggapku gila."Jaka melemparkan benda pusaka itu ke angkasa. Jaka memejamkan mata untuk beristirahat. Ada getaran sambung kalbu dari Dewi Anjani. Ia membuka pin
Read more
85. Kawasan Kuliner
Jalur perdagangan umum adalah jalur bebas dilalui oleh rombongan kabilah dari seluruh negeri. Namun jalur itu kadang tidak aman dari para perampok, terutama untuk saudagar besar.Saudagar besar biasanya membawa barang kebutuhan sehari-hari sangat berlimpah sehingga memancing para perampok untuk menguasainya. Kemudian melempar barang-barang itu ke pasar gelap. Tapi mereka kebanyakan menyandera rombongan kabilah untuk minta tebusan pada kerajaan atau menuntut pembebasan temannya yang ditahan.Jadi tidak aneh di tempat-tempat peristirahatan sepanjang jalur perdagangan ramai berkeliaran para pendekar kelas satu dan prajurit, di samping saudagar dan awak kereta.Saudagar besar berani menyewa para pendekar dengan bayaran tinggi untuk menambah kekuatan prajurit yang dikirim kerajaan secara cuma-cuma, sedangkan saudagar kecil cukup dengan bantuan pengawalan dari kerajaan.Di sebuah rumah makan yang merupakan bagian dari penginapan mewah, tampak ramai peng
Read more
86. Bidadari Dari Perbatasan
Jaka terkejut. Penasehat istana adalah pejabat yang harus disingkirkan. Ia sudah membuat kekacauan di wilayah Nusa Kencana dengan tujuan licik.Tapi sungguh tak disangka, penasehat istana ternyata kerabat dekat dari Ratu Sihir. Apapun perlakuan terhadapnya akan berdampak pada perang dingin antar kerajaan.Herannya, perseteruan Ratu Nusa Kencana dengan Ratu Sihir di masa lalu tidak berpengaruh terhadap sikap Puteri Rinjani. Ia tidak menaruh benci terhadap keluarga istana Nusa Kencana, bahkan sempat akrab dengan Dewi Anjani saat mereka sekolah mode dan kecantikan di kerajaan Bunian.Hubungan mereka merenggang setelah Pangeran Bramantana berusaha memaksakan cinta, padahal Dewi Anjani sudah terikat dengan perjanjian leluhur.Jaka jadi pusing tujuh keliling. Ia tidak memiliki alasan untuk berangkat terpisah dengan Puteri Rinjani. Mereka memiliki tujuan sama, pergi ke istana kerajaan Timur. Puteri mahkota itu sampai membeli beberapa ekor kuda untuk perg
Read more
87. Menunggu Perubahan
Warga kadipaten di perbatasan sangat mendukung perubahan. Banyak peraturan mencekik rakyat kecil dan menguntungkan kaum bangsawan dan penguasa. Mereka berharap pemimpin baru membawa angin segar. Pro rakyat tidak sekedar slogan untuk menarik simpati.Ketika Pangeran Tengkorak dan si Setan Jagat tewas di tangan Pendekar Lembah Cemara, rakyat kadipaten pesta sampai pagi. Namun saat terbangun siang harinya, mereka dihadapkan pada kenyataan; tidak ada pembesar dan kroni istana yang pantas menduduki tahta untuk mengisi status quo. Mereka cuma beda penampilan, sedangkan otak sama.Semangat mereka hadir kembali tatkala terdengar kabar tentang kemunculan Raja Agung dari Lembah Cemara, dan mengangkat Gentong Ketawa untuk menjadi raja di kerajaan Timur. Mereka menyambut kedatangannya di sepanjang jalan dengan gegap gempita.Adipati kadipaten di perbatasan juga sudah muak dengan kebijakan istana yang banyak merugikan warganya. Semua kekayaan alam diangkut un
Read more
88. Kata-kata Tabu
"Kau tidak tahu risikonya," gerutu Puteri Rinjani sambil naik ke atas pelana dan menghela kuda meninggalkan rumah makan. "Ngomong seenak-enaknya.""Kamu sudah sering berkunjung ke negeri manusia," kata Jaka. "Masa baru tahu sekarang kalau manusia suka seenak-enaknya?""Aku baru ketemu manusia kayak kamu. Aku diam bukannya mikir, mulutmu makin kurang ajar.""Aku salah banget apa?" tanya Jaka santai. "Sampai segitu sewotnya?""Sebutan istri bukan bahan candaan di duniaku. Saat kamu bilang aku dan kelima pengawal adalah istrimu, maka benar-benar begitu kenyataannya. Aku tidak mau kena karma dari Raja Sekalian Alam.""Yang ngomong kan aku, masa kamu yang kena karma?""Karena aku obyeknya.""Oh, jadi di duniamu obyeknya yang kena tulah, bukan pelakunya?""Pelakunya wajar kena juga.""Terus aku harus bagaimana biar kalian tidak kena karma?""Kamu harus mengadakan ritual penyatuan dengan kami."
Read more
89. Jalan Semakin Terjal
Jalan untuk pulang ke rumah semakin terjal. Ia harus menghadapi masalah baru gara-gara bicara sembarangan. Puteri Rinjani tidak mau menunggu tujuh purnama untuk menghilangkan karma dan kutukan. Terlalu lama."Urusanku dengan Dewi Anjani saja belum selesai," kata Jaka."Selesaikan dulu urusanmu dengannya.""Baru kita melakukan ritual penyatuan?""Aku sudah bilang kita berendam di Sungai Suci.""Berendam semalaman di Sungai Suci bisa mati beku. Berat banget.""Tahu berat banget, kenapa ngomong sembarangan?""Kamu itu suka ngulang-ngulang apa yang sudah kejadian. Lama-lama jadi ilfeel.""Bodo.""Apakah ada batas waktu untuk jadi pasangan suami istri gara-gara itu?""Aku tidak mau berbatas waktu. Harapan setiap puteri mahkota adalah satu pangeran untuk selamanya. Tapi tidak mungkin, karena si Anjani lebih dulu hadir di dalam hidupmu. Kau bisa bayangkan bagaimana beratnya hidupku nanti."
Read more
90. Sang Raja
Gentong Ketawa disambut dengan gegap gempita oleh rakyat yang menginginkan perubahan di sepanjang jalan menuju istana.  Puncak penyambutan terjadi di Kotaraja. Masyarakat datang berduyun-duyun dan berdiri berjejer di pinggir jalan mengucapkan selamat datang kepada Gentong Ketawa dan rombongan. Ia sampai pegal membalas salam hormat mereka.Mereka berharap banyak pada raja baru. Gentong Ketawa tersenyum seakan sangat paham penderitaan mereka. Padahal ia menyembunyikan kebingungannya bagaimana menanggulangi persoalan yang demikian banyak dari setiap mulut.Selama ini tugasnya hanya membuat puteri mahkota gembira. Tentu sangat berbeda dengan membuat rakyat gembira. Tapi sementara ia akan melawak untuk menyenangkan mereka. Menurutnya, lebih baik raja jadi pelawak daripada pelawak jadi raja.Ketika tersiar kabar raja masih lajang, puteri bangsawan berbondong-bondong keluar dengan dandanan terbaik dan melambaikan tangan ke arah sang raja.Gento
Read more
PREV
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status