All Chapters of TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU: Chapter 61 - Chapter 70
123 Chapters
61. Bagaimana Aku Bisa Percaya
Arkasa berjuang keras semalaman. Kepalanya sekarang berdenyut pusing karena memaksakan diri untuk tidur di sofa ruang kerjanya. Semuanya semata- mata dia lakukan untuk menghindari Alana. Bagaimana dia bisa tahan tidur tanpa memeluk Alana jika wanita itu berada disampingnya? Ia melirik jam di meja kerja, hampir semalaman tak bisa tidur. Ia tertawa miris, baru satu hari tidur terpisah dan dera sakit di kepalanya sudah separah ini? Sihir macam apa yang Alana gunakan untuk menjeratnya selama ini? Kalau bukan karena jiwa kompetitifnya yang bergemuruh, Arkasa tak akan mau mengiyakan tantangan menyebalkan dari istrinya ini. Tentu dia tak mau menyakiti dirinya sendiri. Langkahnya belum begitu stabil, namun Arkasa tentu tak mau terlihat lemah. Sebisa mungkin ia tepuk- tepuk wajah dan berusaha mendapatkan kesadaran penuhnya. Saat ia membuka pintu ruang kerja, hal pertama yang dilihatnya adalah istrinya telah siap dan rapi duduk di meja makan sembari melirik fokus tabletnya. "Sudah mau ber
Read more
62. Rencana Baru
"Kamu gak ada kelas hari ini, Kay?" Arkasa mengusap sudut bibirnya setelah menyeruput tetes terakhir kopi buatannya. Mata elang dibalik kaca mata itu menatap was-was namun tegas seolah meminta konfirmasi.Kayla yang baru saja menyelesaikan sesi pertama wawancara bersama Alana mengangguk kecil. Dibelakangnya terlihat Alana menyusul berjalan masuk dengan cuek seakan tak tertarik akan perbincangan keduanya. Wanita itu dengan sigap merapikan barang- barang dan bersiap untuk berangkat.Arkasa yang tengah merapikan beberapa file dan memasukkannya kedalam tas kerja tak luput ikut menatap mengekori istrinya. Menyadari hal itu, Mikayla mengulas satu senyum misterius."Kenapa? Takut kangen aku kalau gak ketemu di kampus?""Tck!" Arkasa berdecak kasar memandang tak suka kearah Kayla yang memandangnya penuh kemenangan. Alana yang masih sibuk sendiri berlalu menjauhi keduanya. Tak lupa memasang senyum kecil, "aku berangkat duluan!" ucapnya tanpa basa-basi.Ada sesuatu yang terasa hampa. Tak ada
Read more
63. Jangan Sakit
"Kamu pulang lebih awal?!" Arkasa tidak bisa tidak memekik ketika menemukan istrinya telah tiduran santai di kamar di hari yang hendak menjelang petang. Sangat jarang menemukan Alana bersantai di waktu- waktu seperti ini. Ia hampir saja berhambur membelai dan memeluk tubuh Alana kalau saja dia tidak ingat bahwa keduanya sama- sama sedang berada dalam misi. Melihat pakaian santai dan wajah tanpa makeup Alana, jelas wanita itu telah selesai mandi. Arkasa mulai meletakkan tas dan melepaskan kancing teratas kemejanya. Setelah itu duduk di tepi ranjang, menyisakan sedikit jarak diantara keduanya. Mata cantik itu menyipit menatapnya, ada sedikit raut berbeda yang Arkasa tangkap. Kulit mulus tanpa cela namun bibirnya terlihat sedikit pucat. "Sudah makan malam?" tanyanya. Alana menggeleng lemah, cukup untuk menjawab pertanyaan suaminya yang sebenarnya sudah mulai khawatir. "Kamu menginginkan sesuatu?" tanya Arkasa lagi. Dia sungguh menahan diri untuk tidak membelai surai panjang Al
Read more
64. Pesan Misterius
Dering telpon tengah malam mau tak mau membuat Alana membuka matanya secara paksa. Kepalanya masih terasa berat, namun suara ponsel yang mengganggu sama sekali tak bisa dia acuhkan.Dia mengusap layar ponsel, penglihatannya masih cukup buram untuk membaca nomor siapa yang memanggilnya malam-malam begini. Dengan suara sedikit serak Alana menjawab panggilan. "Halo?" Tak ada jawaban. Alana mengernyit heran lalu menilik kembali nomor yang memanggilnya. Jelas nomor itu bukan nomor yang dia kenal. "Halo, ini siapa?" tanyanya lagi. Masih belum ada jawaban yang membuat Alana berdecak malas. Siapa sih orang usil yang mengganggunya malam-malam begini? Tak ada jawaban, namun panggilan langsung dimatikan sepihak. Alana mendengus kesal, apa-apaan maksudnya? Wanita itu hendak kembali tidur saat satu pesan misterius masuk membuatnya kembali mengeryit heran. 'Hati-hati dengan sesuatu yang dekat. Semakin dekat, semakin dalam dia mampu menusukmu. Kata kuncinya adalah kepercayaan. Dua sisi mengi
Read more
65. Pemimpin Bayangan
"Kamu yakin mau tetap berangkat kerja hari ini?" Arkasa tidak bisa tidak khawatir ketika melihat Alana yang sudah siap dengan pakaian kerjanya duduk di meja makan. Pagi tadi dia dengan jelas menangkap seberapa pucatnya wajah sang istri meskipun kini sudah ditutupi sempurna oleh makeup. Namun tetap saja, sorot layu di matanya masih cukup kentara. Alana memaksakan seutas tarikan di bibir, melirik suaminya yang kini membawa gelas kearahnya. "Aku sudah membaik," balasnya singkat. Arkasa menyodorkan segelas air hangat, mendorong Alana untuk meminumnya hingga tuntas. Baru setelah itu dia menyodorkan bubur yang masih mengepul. "Terimakasih," senyuman Alana mengembang meskipun masih samar. Dia menghargai bentuk perhatian, terutama bagaimana suaminya itu berusaha bangun pagi membuatkannya sarapan dan sekarang dengan cekatan memotong beberapa macam buah untuknya. Lengan kemejanya digulung sebatas siku, menampakkan urat di lengan kekarnya yang lincah mengupas dan memotong buah. Di
Read more
66. Jebakan Alana
Alana mengulas senyum puas ketika Rosaline untuk kesekian kalinya berhasil menyelesaikan misinya. Laporan Rosaline pagi ini memang sesuai dengan dugaannya. Wanita serbabisa itu telah berhasil menemukan pemilik nomor asing yang kemarin malam 'iseng' mengganggunya.Ini hanyalah masalah kecil. Dalam sekejap Rosaline berhasil menemukan pemilik nomornya. Siapa mereka yang berusaha main- main dengannya?"Itu dikirim dari ponsel yang sama dengan milik nona Mikayla. Aku rasa dia benar- benar teledor soal ini," ujar Rosaline.Alana mengangguk paham. Gadis muda itu pasti punya tujuan terselubung dengan berusaha main- main dengannya. Tapi mengapa dia begitu tidak hati- hati? Apa menurutnya, Alana sebodoh itu?Dia merubah rautnya menjadi lebih dingin, temperamennya yang mulia menguar secara alami. Alana bangkit dari kursi kebesarannya lalu menjentikkan jarinya untuk mengirim pesan pada Mikayla. Wanita dua puluh delapan tahun ini tak suka basa- basi, jadi dia akan langsung saja menuju pada intinya
Read more
67. Upaya Pengungkapan
"Aku punya penawarnya disini. Terlambat lima menit dan kamu akan pergi dari dunia ini," Alana berjalan santai. Pandangannya bengis terpaku pada wanita muda yang fitur wajahnya manis namun meringis dengan mata merah itu."Apa yang berusaha kamu lakukan? Arkasa dan keluarganya pasti membencimu jika tahu tindakanmu ini!" Mikayla merongrong. Nampaknya dia benar- benar tak bisa lagi menahan kekesalannya terhadap kejutan dari Alana.Alana nampak tak terpengaruh, sebaliknya dia justru berjongkok dengan jarak aman, "aku tidak peduli dengan hal itu," ucapnya acuh. Jemari rampingnya memainkan plastik yang berisi satu kapsul itu dengan seringaian menyeramkan terpampang di wajahnya. Mikayla merasakan dadanya sesak dan menggeliat panik, kini dia memohon dibawah kaki Alana. "Aku akan lakukan apapun asal mbak bersedia memberi penawar itu padaku," mohonnya. Biar bagaimanapun, sekarang ini nyawanya adalah yang terpenting. Mikayla tidak bisa mati seperti ini.Alana berdecih meskipun dia sebenarnya se
Read more
68. Melemparkan Diri Sendiri
Alana telah mengacuhkan belasan panggilan Arkasa. Dia sengaja mengaktifkan mode senyap dan bersiul mengerjakan hal- hal yang memang seharusnya dia prioritaskan. Alana sangat tahu apa yang sedang terjadi dan menikmati setiap detiknya. Rosaline masuk kedalam ruangan membawa selembar kertas bertuliskan alamat rumah sakit ternama. Begitu dia menyerahkannya pada Alana, wanita dengan temperamen dingin nan memukau itu tersenyum miring. "Sebenarnya aku tak mengharapkan ini, namun ternyata terkaanku benar, ya?" Alana merapikan tas kecilnya, sudah saatnya dia kembali dan masuk lagi melengkapi drama yang Mikayla telah ciptakan sendiri. "Bu Alana perlu saya antarkan saja?" tanya Rosaline. Alana menggeleng, "tidak perlu. Aku sudah cukup sehat sekarang. Apalagi aku tengah bersemangat," ujarnya. Rosaline mengangguk hormat lalu mengantarkan Alana keluar dari ruangannya. Alana mantap melajukan mobilnya menuju rumahnya sendiri. Semua skenario yang dia rancang hari ini terasa sempurna dan sebe
Read more
69. Panik Beruntun
Alana masih mengulum tawanya sendiri. Setelah mengunci pintu, ia melihat sekeliling dengan cermat. Mematikan lampunya sebentar dan mendeteksi apakah ada alat mencurigakan lain yang dipasang. Tak menemukan apapun, Alana menyalakan kembali lampunya dan tertawa kecil. Sungguh, melihat wajah konyol yang Mikayla suguhkan tadi membuatnya terhibur. Wanita muda itu sepertinya memang terlalu banyak mengkonsumsi drama sehingga berpikir semuanya bisa semudah itu. Sebenarnya Alana masih bisa mentolerir jika Mikayla hanya sebatas membencinya karena memiliki Arkasa. Siapapun jelas tahu tatapan macam apa yang wanita muda itu tampilkan ketika bertemu Arkasa. Itu bukan hal yang aneh menurutnya.Sayang sekali, Mikayla mulai melewati batas dan Alana bukan orang sabar yang bisa berbaik hati melewatkan hal itu. Semua harus dibayar sepadan. Meskipun masih terlalu dini, bukankah mengungkap secepat mungkin adalah jalan terbaik untuk mencegah kemungkinan lebih buruk di masa depan?Alana tak tahu apa yang A
Read more
70. Tragedi Adara
Alana memekik kaget saat ia menemukan sahabatnya bersimbah darah di dekat tangga. Wanita itu tak bisa menyembunyikan kepanikan dan berhambur mendekati tubuh tak sadarkan diri milik sahabatnya itu. Dia berusaha menggapai kesadaran Adara. Mata itu tertutup dan kondisinya yang mengenaskan membuat Alana histeris. Untung saja tadi dia telah memanggil bantuan darurat dan sekarang orang- orang itu telah mengelilinginya. Mereka mengangkat tubuh bersimbah darah itu. Alana menggenggam tangan sahabatnya dengan histeris. Dia berada di mobil yang sama dengan Adara yang tak sadarkan diri menuju rumah sakit. Di tengah tangisnya, dia baru sadar bahwa panggilan Arkasa masih tersambung. "Kami menuju Rumah Sakit Pelita. Aku takut ini akan berhubungan dengan janinnya, haruskah kita memberitahu ayah dan mama?" tanyanya gemetar. Arkasa tak kalah panik. Terutama karena dia mendengar bagaimana histerisnya Alana dan kegaduhan disekitar mereka. "Tunggu aku disana. Tetap jaga Adara!" titah Arkasa yang pa
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status