All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 31 - Chapter 40
197 Chapters
31. Rahasiaku dan Noni
Aku minta izin pada nenek untuk melihat keadaan Noni di kamar, “Nek.. saya bisa lihat Noni di kamar?” tanyaku. Nenek memberiku izin, “Silahkan nak Danu..” ucap nenek. Perlahan-lahan aku dorong pintu kamar Noni dan aku masuk. Di kamar yang sempit itu aku melihat Noni terbaring di tempat tidur single bed. Aku hampir Noni yang sedang lelap tertidur, hatiku sangat terenyuh menatapnya. Aku raba keningnya dengan punggung tanganku, suhu tubuhnya sangat panas. Tiba-tiba Noni terbangun saat tahu ada yang merasa keningnya, dia tidak menyangka kalau aku datang, “Om Danu kapan datang.. “ Tanya Noni dengan lirih. “Baru aja sayang.. Om sengaja datang untuk kamu.” Ucapku. Noni tersenyum menatapku, tapi sejenak kemudian di bertanya, “Om kenapa menangis?” tanya Noni. Aku tatap Noni dengan perasaan iba, “Om sedih melihat keadaan kamu, kamu cepat sembuh ya sayang.” Ucapku. Karena sebelumnya aku tidak pernah panggil sayang pada Noni, kali ini dia merasa aneh dan dia tanyakan padaku, “
Read more
32. Kontak Batin
Aku baru menyadari kenapa aku sangat sayang pada Noni, sehingga aku sendiri menganggap perasaan itu sebagai sesuatu yang tidak wajar. Ternyata inilah jawabannya, Noni adalah darah dagingku. Sekarang aku yang bingung bagaimana aku harus mengatakannya pada nenek atau Noni, tentang siapa aku sebenarnya. Saat aku bicara dengan nenek tiba-tiba Noni keluar dari kamarnya, “Om.. kok aku ditinggal sih?” tanya Noni. Aku hampiri dia dan aku ajak duduk di ruang tamu bersama nenek. “Kenapa Non bangun? Panas gak badannya?” tanya nenek. Aku pegang kening Noni dengan punggung tanganku, suhu badannya normal. Di depan nenek aku katakan pada Noni, “Nanti kalau kamu sudah sembuh, kamu kerja di kantor om yang di Bandung ya.” Kataku. Noni sangat senang mendengar apa yang aku katakan, “Om serius? Noni kerja dibagian apa om?” tanya Noni. Aku katakan padanya bisa jadi resepsionis atau sekretaris. Nenek sangat senang mendengar itu, “Alhamdulillah nak Danu.. kasihan Noni kerjanya ga
Read more
33. Mengubah Hubungan
Aku kembali teringat masa laluku dengan Widarti. Saat itu aku sudah bekerja di Bandung dan usiaku sudah 35 tahun, sementara Widarti berusia 22 tahun. Widarti mahasiswi yang magang di perusahaan tempat aku bekerja. Posisi aku mengawasi mahasiswi yang magang, dan aku jatuh cinta dengan Widarti. Setelah selesai magang di perusahaan tempat aku bekerja, Widarti bekerja diperusahaan lain. Tapi, aku dan Widarti terus menjalin hubungan. Karena usiaku sudah cukup, orang tuaku menjodohkan aku dengan kerabat dekat keluargaku. Padahal saat aku menikah Widarti sedang hamil dan aku tinggalkan begitu saja. Noni membuyarkan lamunan ku, “Apa om akan selalu ada untuk Noni? Apa kita gak bisa melakukannya lagi om?” tanya Noni dengan raut muka sedih. “Non.. kamu anakku, gak mungkin kita melakukan itu lagi, sekarang om papa kamu.” Aku tegaskan itu pada Noni. Meskipun dia sangat sulit menerima kenyataan itu, namun aku harus ubah hubunganku dengan Noni. 
Read more
34. Memberikan Noni Pekerjaan
Keesokan harinya aku telepon pak Anggoro, aku ceritakan tentang hubunganku dengan Noni dan cerita masa laluku dengan ibunya Noni. Pak Anggoro kaget mendengar cerita itu, “Terus sekarang pak Danu gimana dengan Noni? Apa yang ingin bapak lakukan selanjutnya?” tanya pak Anggoro. Pertanyaan pak Anggoro itu seperti memberikan pintu masuk bagi aku untuk meminta pekerjaan untuk Noni, “Ya saya harus bertanggung jawab sama Noni pak, kalau bapak gak keberatan saya minta pekerjaan buat Noni di kantor cabang Bandung.” Jawabku. Pak Anggoro menyerahkan sepenuhnya padaku untuk mengaturnya. Beliau sangat men-support aku untuk membantu Noni dan nenekknya. Bagi pak Anggoro itu merupakan apresiasi perusahaan terhadap kinerjaku selama bekerja di perusahaannya. “Pak Danu atur saja dengan kepala cabang di sana, nanti saya akan menyetujuinya.” Ucap pak Anggoro. Aku bersyukur semua niatku untuk bertanggung jawab terhadap Noni dimudahkan Tuhan. Mungkin Tuhan ingin menguji niatku,
Read more
35. Noni Cemburu pada Adriana
Entah apa yang ada dibenak Noni, saat aku mau pulang ke Jakarta dia membisikkan di telingaku, “Pa.. jangan pacaran sama Adriana ya, Noni gak rela.” Bisiknya. Aku tidak terlalu hiraukan ucapannya, aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala sebagai tanda aku mengiyakan permintaannya. Aku jadi kepikiran dengan ucapan Noni, karena biasanya apa yang dilarang itu akan datang sebagai cobaan. Isteriku sendiri kalau sudah curiga pada gerak-gerikku sering mengingatkan aku. Tapi, selalu apa yang diingatkannya menjadi kenyataan yang tidak bisa aku lawan. Inilah yang membuat aku takut tidak bisa melawan apa yang dikhawatirkan Noni. Aku kembali mengingat tentang Adriana, apa yang menjadi kelebihan Adriana yang membuat Noni begitu cemburu pada Adriana. Padahal semua gadis yang aku kencani selalu aku ceritakan pada Noni, tapi tidak ada yang membuatnya cemburu. Tapi, pada Adriana Noni sangat cemburu. Mungkin sesama wanita dia bisa menilai kalau dalam pa
Read more
36. Ingin Diperlakukan Seperti Noni
Pertanyaan pak Anggoro itu sangat menohokku, dan apa yang dikatakannya adalah benar, “Saya percaya kalau itu karma yang harus saya terima pak, karena saya sudah menyia-nyiakan ibunya.” Jawabku. Aku katakan juga pada pak Anggoro kalau aku akan menebus kesalahanku dimasa lalu. Bagi pak Anggoro sendiri apa yang aku alami adalah pelajaran yang perlu dia petik, karena dia sendiri sekarang sedang terjebak cinta dengan ABG. Dia juga sadar kalau hal seperti yang aku alami akan terjadi pada dirinya. “Memang susah pak melawan hawa nafsu, saya sendiri berkali-kali mau menghindari. Tapi, saat Grace ingin ketemu tetap saja saya layani.” Ujar Pak Anggoro. Kepada pak Anggoro aku minta bantuan agar Noni bisa segera masuk kerja. Ternyata pak Anggoro sudah memberikan persetujuan apa pun yang sudah diputuskan pak Supriatna. Pak Supriatna sudah membuat pemanggilan pada Noni, yang akan dikirimkan besok ke alamat Noni. Aku pikir tidak ad
Read more
37. Memanjakan Adriana
Secara fisik Adriana memang lebih dibandingkan Noni. Tapi, Noni memiliki daya tarik yang khas dan tidak dimiliki gadis lainnya. Entahlah mungkin karena dia darah dagingku. Sehingga dia menjadi godaan bagiku sangat mendambakan gairah anak gadis seusianya. Itulah yang membuat aku terperosok dalam jebakan ABG seperti Noni. Di bawah selimut aku peluk Adriana layaknya aku memeluk Noni. Adriana sangat menikmatinya dan dia merasakan elusan kasih sayang yang menyusuri tubuhnya yang polos tanpa dibaluti sehelai kain pun. Aku merasakan dan mendengar desah nafasnya yang mulai menggelora. Kadang tubuhnya menggeliat menikmati setiap telusur tanganku menyusuri lekuk lembah dan bukitnya yang menantang. Adriana membalikkan tubuhnya membelakangiku, aku mencumbu punggung lehernya yang jenjang dan menyusuri bahu dan punggungnya. Aku tidak sampai hati memanjakan Adriana dengan membayangkan Noni yang ada di dalam pelukanku, seperti yang diinginkan Adriana. Aku hanya memp
Read more
38. Instink Seorang Isteri
Aku sangat hapal karakter isteriku yang instinknya sangat kuat, kalau aku melakukan perselingkuhan melampaui batas dia selalu mencecarnya. Saat aku sampai rumah, Sri isteriku bertanya, “Mas.. kamu gak punya mantan di Bandung kan?” Tanya Sri tiba-tiba sembari mengeluarkan pakaian kotorku dari tas ransel. Dengan sikap biasa-biasa saja aku jawab pertanyaan Sri, “Itu kan 20 tahun lalu Sri, kalau pun ada dia udah jadi nenek-nenek.” Aku jawab pertanyaan Sri dengan guyonan. “Tapi perempuan sekarang umur lima puluhan masih bahenol lho mas..” Sri mulai menyelidiki juga dengan guyonan. “Kalau aku mau.. jelas aku akan pilih yang muda-muda Sri. Masalahnya mas mu ini udah gak mau Sri.” Seketika aku merasa takut akan ucapan aku sendiri. Biasanya kalau aku katakan gak mau melakukan, yang terjadi malah aku lakukan. Inilah yang kadang-kadang tanpa aku sadari, mudah mengatakan sesuatu seakan tidak sadar bahwa manusia itu
Read more
39. Kalah karena Salah
Saat sarapan pagi, aku seperti menghadapi sebuah mahkamah peradilan. Anakku Rani bertanya, “Pa.. kapan kita bisa quality time? Kok jarang sekali kita sarapan pagi bersama?” Tanya Rani anakku yang paling tua. Melihat Rani, aku jadi teringat dengan Grace sahabatnya yang aku kencani. “Mungkin suatu saat nanti kita akan bisa quality time, tidak lama lagi Papa pensiun.” Jawabku. Anakku yang paling kecil Priska tidak bisa menerima jawabanku, “Kok harus tunggu pensiun dulu? Emang gak bisa Papa cuti satu atau dua hari?” Pertanyaan Priska sangat menohok. Isteriku menimpali, “Kalau mas bisa meluangkan waktu untuk orang lain, harusnya mas juga bisa meluangkan waktu untuk keluarga.” Timpal isteriku. Ucapan isteriku serasa menampar wajahku, aku merasa kalau isteriku sudah tahu apa yang aku lakukan di luar rumah. Hanya saja dia masih menunggu aku menceritakannya. Selera makanku tiba-tiba hilang, namun aku tetap paksakan untuk menghabisi sisa makanan yang ada dipiringku.
Read more
40. Melawan Godaan
Kadang perilaku baik dan buruk dalam diri manusia itu hanya setipis kulit ari. Terlebih lagi kalau tidak berpegang teguh pada keimanan. Tapi, keimanan juga tidak cukup kalau tidak mempunyai niat baik. Menjadi labil karena memang tidak memiliki pegangan, sehingga mudah terombang ambing keadaan. Aku mungkin tergolong manusia yang seperti itu. Apa yang lepas di mulut tidak sesuai dengan tindakan. Ucapan tujuannya baik, tapi yang dilakukan lagi-lagi kesalahan. Baru tadi pagi aku berniat untuk meninggalkan perbuatan burukku, sekarang aku sudah dihadapi berbagai godaan. Setelah sekian lama aku tidak bertemu Ita, sejak pak Anggoro memintanya untuk sebagai sugar baby-nya. Aku tidak pernah lagi tahu gimana kabar Ita, hari ini tiba-tiba dia mengajakku untuk bertemu. Setelah sambungan telepon dengan Noni terputus, ada panggilan masuk dari Ita. Ita mengatakan padaku, “Om.. hari ini ada waktu gak?” tanya Ita lewat sambungan telepon. “Ada apa Ita
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status