Semua Bab KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
BAB 31 KESALAHAN AIRIN
BAB 31KESALAHAN AIRIN (21+)Sejak saat itu, mereka mulai dekat. Ardhan sering mengantar sang Mama mengunjungi butik Anita. Tante Halimah, Mama Ardhan pun menyukai pribadi Anita yang sederhana.Di kantor, Airin berusaha menunjukkan perhatian lebih kepada Ardhan. Sayang, Ardhan tak mengindahkannya. Dia lebih tertarik pada kesederhanaan Anita. Satu tahun usai perkenalan, Ardhan melamar Anita. Tak lama kemudian, mereka menikah. Ardhan memboyong Anita untuk tinggal di Bali. Sementara Airin, diminta mengelola butik peninggalan keluarganya.Satu tahun usai pernikahan, Anita melahirkan seorang putri yang cantik. Sayang, tak lama kemudian dia meninggal dunia. Airin tak melewatkan kesempatan itu. Dengan alasan mengunjungi sang keponakan, Airin sering bertandang ke kediaman mereka. Bahkan, tak jarang, dia sering menginap. Suatu hari, setelah Ardhan pulang kerja, Airin masuk ke dalam kamar Ardhan. Saat itu, Ardhan Baru saja selesai keluar dari kamar mandi. "Airin, apa yang kamu lakukan? Harus
Baca selengkapnya
BAB 32 SEPERTI MELIHAT MAMA
BAB 32SEPERTI MELIHAT MAMA“Papa!” sapa Bulan saat melihat keduanya turun dari tangga.“Halo, Sayang! Sudah belajar belum?” tanya Ardhan.“Sudah, tadi diajarin Mama. Iya kan, Ma?” ujar bulan.“Iya, Sayang!” sahut Kienan.“Tadi belajar apa sama Mama?” tanya Ardhan sambil membawa Bulan kedalam gendongannya.Bulan tertawa riang digendong sang Papa.“Tadi Mama ngajarin aku ngerjakan tugas matematika.”“Bulan bisa?” “Bisa dong! Bulan kan anak yang pintar!” sahut Bulan bangga.“Pa, Bulan boleh tanya sesuatu gak?” “Tanya apa?” Ardhan mengernyit heran. “Boleh gak, sekali-kali aku menginap di rumah Tante Airin?” tanya Bulan.“Memangnya kenapa Bulan mau menginap disana?” tanya Ardhan.“Tante Airin yang ngajakin. Kata Tante Airin, dia kangen sama Bulan, lagipula ....” Bulan menghentikan ucapannya.“Lagipula apa?”“Em ... lagipula ....”“Mau ngomong apa sih? Kok ragu gitu?” tanya Ardhan penasaran.“Lagipula, Tante Airin wajahnya mirip sekali dengan Mama,” ujar Bulan lirih.Ardhan menghembuska
Baca selengkapnya
BAB 33 KEHAMILAN KIENAN
BAB 33KEHAMILAN KIENANTok tok tok ....“Sayang, kenapa lama sekali?” tanya Ardhan dari luar.“Sebentar, Mas!” sahut Kienan.Setelah memantapkan hatinya, Kienan memberanikan diri untuk mencoba tespek itu. Tak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkannya kepada Ardhan.“Bagaiamana hasilnya?” tanya Ardhan penasaran.“Gak tahu, kamu saja yang lihat,” sahut kienan.Ardhan tampak memperhatikan tespek itu dengan seksama. Tampak sebuah garis merah disana. Namun, perlahan, samar tampak garis merah kedua. Ardhan tersenyum sumringah. Tanpa aba-aba, dia segera memeluk istrinya dari belakang. Kienan yang sedang emlangkah menuju tempat tidur, merasa sangat terkejut.“Mas, kamu ngagetin saja!” ujar Kienan.“He ... maaf, Sayang! Habisnya, aku seneng banget!” ujar Ardhan seraya membalik posisi Kienan agar menghadapnya.“Selamat ya, Sayang! Kita akan punya anak lagi!” ujar Ardhan sambil tersenyum sumringah.“Mas serius?” tanya Kienan tak percaya.“Iya, Sayang! Selamat, ya!” ujar Ardhan sembari memelu
Baca selengkapnya
BAB 34 PENTAS SENI
BAB 34PENTAS SENI“Papa, ayo cepetan! Nanti kita terlambat!” teriak Bulan.“Iya, sayang! Sabar, ya!” sahut Ardhan. Bulan mengerucutkan bibirnya sambil menunggu Papanya bersiap.“Anak Mama sudah cantik banget! Siapa yang dandanin tadi?” tanya Kienan sambil berusaha bangkit dari tidurnya.“Tante Airin!” sahut Bulan.“Tante Airin? Memangnya dia ada disini?” tanya Kienan heran. Kini dia sudah duduk sambil bersandar di kepala tempat tidur.“Iya, aku yang nyuruh karena Mama lagi sakit, jadi gak bisa dandanin aku!” sahut Bulan polos. Kienan memandang tak suka ke arah Ardhan.“Iya, tadi pagi-pagi dia sudah sampai sini. Aku gak bisa menolak saat Bulan merengek minta diteleponin Airin,” ujar Ardhan memberi penjelasan. Tapi tetap saja, rasanya masih ada yang mengganjal di hatinya.“Sekarang Tante Airinnya mana? Sudah pulang?” tanya Kienan lagi.“Belum. Aku mau ajak Tante Airin lihat penampilan aku,” sahut Bulan. Kienan kembali menatap ke Arah Ardhan. Ardhan yang sedang dipandang, memilih pura-p
Baca selengkapnya
35. PENDARAHAN
BAB 35PENDARAHANKring .... tiba-tiba, ponsel Ardhan berbunyi. Dia meninggalkan ponselnya di meja tempat mereka makan. Airin melirik nama pemanggilnya. My sweet heart. Airin berdecih kesal. Dibiarkannya ponsel itu hingga mati sendiri. Tak lama kemudian, ponsel Ardhan kembali berdering. Dengan kesal, Airin menolak panggilan itu dan menonaktifkan ponsel Ardhan.“Biar tahu rasa kamu!” ujar Airin kesal.***********************Seharian ini, mood Kienan hancur. Hari ini adalah acara pentas seni di sekolah Bulan. Sayang, karena kondisinya yang mengharuskannya bedrest, dia tidak bisa menghadiri acara tersebut. Yang membuatnya semakin sakit hati, ternyata Airin datang menggantikan posisinya. Meskipun dia hadir atas permintaan Bulan, rasanya Kienan tidak rela. Dia tidak suka melihat sang suami dekat dengan mantan adik iparnya itu. Apapun alasannya, Kienan sangat faham jika wanita itu menaruh hati kepada suaminya. Pengalaman kegagalan pernikahannya sebelumnya, membuatnya merasa trauma. Dia tak
Baca selengkapnya
36. KEGUGURAN
BAB 36KEGUGURANArdhan mendengarkan cerita Bi Asih dengan seksama. Kienan sudah mengalami masa-masa yang sulit sebelum bertemu dengannya. Dia berjanji dalam hatinya, tidak akan menyakiti wanita yang dicintainya itu.Tiba-tiba, ruang perawatan terbuka. Seorang dokter tampak keluar, Ardhan dan Bi Asih menghampirinya.“Dokter, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Ardhan panik.“Anda suami Ibu Kienan?” tanya dokter tersebut.“Benar, Dok, saya suaminya!”“Kita bicara di ruangan saya saja!” ujar dokter tersebut, lalu segera melangkah menuju ruangannya. Ardhan mengikuti langkah dokter tersebut dengan pikiran berkecamuk.“Silahkan duduk, Pak!” ujar dokter tersebut.“Terima kasih, dok! Bagaimana keadaan istri saya, dok?” tanya Ardhan tak sabar.“Begini, Pak! Sebelumnya saya ingin bertanya dulu! Apakah Bapak tahu kalau Ibu mengonsumsi obat peluruh kandungan?” tanya dokter tersebut.“Apa, dok? Tidak, dok. Itu tidak mungkin. Pasti ada kesalahan,” ujar Ardhan tak percaya.“Berdasarkan hasil pemer
Baca selengkapnya
BAB 37 KEGUGURAN 2
BAB 37KEGUGURAN 2"Mas, kok perutku kempes? Anakku mana?" tanya Kienan panik."Sayang …," panggil Ardhan lembut."Mas, apa yang sebenarnya terjadi? Anakku mana?" tanya Kienan histeris."Sayang, tenangkan diri kamu dulu!" ujar Ardhan lembut."Mas, anakku mana?" teriak Kienan lagi. Ardhan segera merengkuh Kienan ke dalam pelukannya. Tanpa terasa, dia pun menitikkan air matanya. Ardhan seakan tak tega melihat kondisi istrinya. "Aw …," rintih Kienan."Sayang, jangan terlalu banyak bergerak, lukamu belum sembuh benar!" ujar Ardhan lagi sambil mengusap lembut rambut Kienan. Setelah dirasa Kienan mulai tenang, Ardhan melepaskan pelukannya dan kembali membaringkannya."Mas, apa yang terjadi? Anakku mana?" tanya Kienan lirih sambil menatap sang suami."Sayang … kamu yang sabar, ya!" ujar Ardhan sembari menggenggam jemari Kienan."Mas …," ujar Kienan sambil tergugu. Meski Ardhan belum mengatakan apa-apa, namun dia sudah mulai menyadari apa yang terjadi. Ardhan menggenggam jemari Kienan denga
Baca selengkapnya
BAB 38 MAMA AIRIN
BAB 38MAMA AIRIN“Aw ....,” teriak Ardhan.“Mama sadis deh!” omel Ardhan sambil mengusap bahunya di pukul dengan keras oleh Mamanya.“Biarin! Salah sendiri! Ayo, Kienan, kamu sama Mama saja!” ujar Halimah, lalu segera mendorong kursi roda Kienan ke belakang. Kienan tertawa geli melihat tingkah Ibu dan anak itu. Ardhan pun mengikuti mereka dari belakang.“Mama Airin!” sebuah suara menghentikan langkah mereka. “Iya, sayang! Ada apa?” sahut Airin dari arah belakangnya.“Bunga untuk Mama Kienan ketinggalan di mobil,” ujar Bulan, lalu berbalik kembali ke mobil. Airin pun turut berbalik dan mengikuti langkah Bulan. Setelah mengambil barangnya, Bulan bergegas masuk ke dalam rumah.“Mama Kienan, selamat datang kembali ke rumah!” ujar Bulan dengan senyum sumringah sambil menyerahkan sebuah buket bunga krisan.“Terima kasih, sayang!” sahut Kienan sembari menerima bunga tersebut. Airin mengamati kejadian itu dari depan pintu sambil menenteng barang milik Bulan. “Mama mau mengunjungi makam ade
Baca selengkapnya
BAB 39 CUCU LAKI-LAKI
BAB 39CUCU LAKI-LAKIKienan segera melangkahkan kakinya meninggalkan kantor. Dia sudah cukup lama meningalkan rumah. Saat di perjalanan menuju rumahnya, mata Kienan tertuju kepada sebuah rumah sakit tempat dia menjalani operasi beberapa waktu yang lalu. Refleks, dia membelokkan mobilnya ke rumah sakit tersebut.Cukup lama Kienan duduk di dalam mobil di pelataran parkir. Setelah berperang dengan batinnya, dia segera turun dari mobil dan mendaftarkan diri ke poli kandungan.Setelah melakukan pendaftaran, Kienan segera mengantri di depan ruangan dokter. Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, tiba-tiba sebuah panggilan masuk.“Halo, Bu Kienan!” sapa sebuah suara panik di seberang sana.“Iya, Bi, ada apa?” sahut Kienan.Maaf, Bu, ini non Celine mimisan lagi,” ujar Bi Asih.“Apa, Bi? Ya sudah, aku pulang sekarang!” ujar Kienan, lalu segera meninggalkan antrian.“Ibu Kienan! Pasien atas nama Ibu Kienan!” panggil seorang perawat. Kienan tertegun di tempatnya. Hatinya kembali bergulat. Nam
Baca selengkapnya
BAB 40 PERMINTAAN KIENAN
BAB 40PERMINTAAN KIENAN“Iya, Mama tahu. Tapi kan, Mama pengen punya cucu laki-laki.”“Ma, laki-laki atau perempuan kan, sama saja.”“Mama tidak mau tahu, kalian harus segera memikirkan rencana itu. Mama tidak mau menunggu lebih lama lagi,” sahut Ahlimah tegas.Ardhan menghela napas panjang.“Itu tidak mungkin, Ma!” sahut Ardhan lirih.“Kenapa tidak mungkin?”“Karena ....”“Karena Kienan tidak mungkin punya anak lagi, Ma!” sahut Ardhan.“Apa maksudmu? Bagaimana bisa?” tanya Halimah tak percaya.“Karena ....”“Apa? Cepat jawab! Jangan membuat Mama penasaran!” bentak Halimah.“Karena ... rahimnya sudah diangkat ketika operasi kemarin!” sahut Ardhan lirih.Prang ....Suara gelas jatuh yang beradu dengan lantai mengagetkan mereka.“Kienan!” ujar Ardhan lirih. Matanya menatap sendu ke arah sang istri. Kienan pun menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.Perlahan, dia melangkah mendekati Ardhan. “Sayang, disitu saja! Ada banyak pecahan kaca!” ujar Ardhan.Namun, Kienan tak perduli. Dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status