All Chapters of JERITAN MALAM PENGANTIN: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
TUTI MENINGGAL
Setelah Ustaz mengusapkan air ke wajahku, aku jadi sedikit lebih tenang. Nenek langsung mendekapku dan mengusap rambut hitamku yang dikuncir kuda.Hoeeekk ....Hoeeekk ....Tuti kembali memuntahkan darah segarnya, kali ini ia muntah lebih banyak. Matanya kini sendu setengah terpejam.Grookkk!Grookkk!Tuti menggelepar seperti ikan yang kehabisan air, serta menyuarkan seperti lehernya tengah di gorok seseorang."Aarrrghh ... sakit, Bu," teriak Tuti. Matanya masih mendelik ke atas, napasnya mulai sesak. Tuti menghembuskan napas terakhirnya dengan mulut menganga, serta mata yang melotot menatap ke atas langi-langit rumah."Innalillahi wainnalilahirojiun ...," lirih suara Pak Ustaz sambil mengusap mata Tuti yang mendelik ke atas."Maksud Pak Ustaz apa ngomong kaya gitu?" ucap Pak Guntur dengan suara bergetar."Tuti sudah pergi, Pak Guntur. Mohon untuk di ikhlaskan kepergiannya." Pak Ustaz berkata sambil mengusap bahu Pak Guntur."Nggak mungkin anakku mati." Pak Guntur langsung mendekap tu
Read more
KECELAKAAN
Seminggu sudah kematian Tuti, kini desa kembali sepi. Jika malam-malam kemarin ramai. Itu karena warga mengadakan tahlilan selama seminggu untuk tuti.Suara burung Gagak terdengar jelas di luar rumah. Bau kembali melati menguar kembali.Kakek dan Paklik sedang berada di ruang tamu. Mereka sedang asyik menyesap masing-masing kopinya."Pertanda apa lagi ini, Pak?" tanya Paklik pada Kakek."Semoga aja nggak terjadi apa-apa lagi," jawab Kakek sambil menyesap kopinya."Burung Gagak rupanya daritadi selalu bolak-balik, perasaanku jadi nggak tenang.""Berdoa saja semoga hal yang buruk tidak terjadi!"Aku dan Intan mendengarkan pembicaraan mereka di ruang tv. Ruang tamu dan tv itu jaraknya sangat dekat. Jadi aku bisa mendengarkan semuanya pembicaraan Kakek dan Paklik."Mel, tinggal di sini kaya uji nyali ya kita?" kata Intan."Hemm ... begitulah,""Aku gregetan lho siapa dalang dibalik semua ini!" sungut Intan."Lho, aku pun sama!""Kepalaku rasanya mau meledak ini, aku banyak yang aku curiga
Read more
JADI TUMBAL
Suara sirine ambulance datang ke TKP serta beberapa mobil polisi pun datang.Orang tua Yuni tak hentinya menangis, apalagi ibunya Yuni yang jatuh pingsan berkali-kali.Saat tubuh Yuni diangkat dan ditaruh di pembungkus mayat berwarna orange, ada bagian anggota tubuh yang jatuh. Ternyata mata Yuni yang jatuh.Astagfirullah ... begitu tragis sekali kematianmu, Yun. Aku masih nggak nyangka kalau kamu bakalan pergi secepat ini."Ayo kita pulang!" ajak Kakek.Kakek membantuku untuk berdiri, rupanya Kakek dan Paklik datang mengendarai mobil temannya tempo hari."Kok pakai mobil, Kek?" tanya Intan."Ada teman Paklik mu datang, jadi kami pinjam."Kami pun langsung masuk ke dalam mobil, aku dan Intan duduk di belakang. Lalu Paklik pun mengendarai mobilnya. Motorku dititipkan di rumah ibu-ibu yang kutumpangi, nanti akan diambil lagi sama Paklik."Kok bisa Yuni tertabrak?" Paklik membuka pembicaraan."Nggak ngerti aku. Tau-tau dari arah belakang bunyi dentuman dan Yuni langsung terkapar di dekat
Read more
JIWA YANG MINTA DIBEBASKAN
Nanti malam adalah malam tahlilan ke tiga Yuni. Karena dua hari lalu aku dan Intan tidak datang ke sana di karenakan aku masih belum sehat. Maka malam ini aku memutuskan untuk menghadiri tahlilan ke 3 hari Yuni. Aku dan Intan juga akan datang dengan Ayah kami dan juga Kakek dan Paklik."Badan kalian udah benar-benar enakan belum, Nduk? Kalau belum sebaiknya nggak usah ikut," saran Kakek."Udah sehat, Kek. Aku juga ingin bertemu ibunya Yuni. Aku ingin menguatkan beliau," ucapku."Ya udah kalau gitu, ayo kita siap-siap!"Aku dan Intan langsung ke kamar untuk berganti pakaian dan memakai hijab instan.Setelah selesai berganti baju, kami pun kembali ke ruang tamu."Ayo, kami udah siap!" ujar Intan.Kami pun langsung masuk ke mobil ayahku, dan menuju ke rumah Yuni.***Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, kami pun sampai di pelataran rumah Yuni.Setelah Ayah memarkirkan mobilnya, kami pun turun bersamaan."Assalamu'alaikum," ucap kami."Wa'alaikumsalam,"Kakek, Paklik, Ayah l
Read more
BERMAIN JELANGKUNG
Pagi ini ponselku terus bergetar, ternyata banyak pesan di WAG yang masuk. Mereka telah merencanakan apa-apa saja untuk nanti malam. Ya, nanti malam adalah malam jum'at. Sesuai kesepakatan, kami akan bermain Jelangkung untuk memanggil para arwah korban tumbal.Hanif sudah mempersiapkan semuanya untuk nanti malam. Mulai dari boneka yang dibuat dari batok kelapa serta bambu, dibuat sedemikian rupa hingga menjadi boneka Jelangkung. Hanif juga sudah mengirim lokasi untuk nanti malam.Aku bingung mencari alasan apa untuk keluar nanti malam. Apalagi keadaan kampung lagi genting seperti ini. Apakah aku dan Intan dibolehkan untuk keluar."Tan ... ki ngoncekno brambang!" pinta ibunya.(Tan ... ini kupasin bawang!)"Nggih, Bu!" jawab Intan.Intan langsung mengupas bawang merah, dan mengirisnya tipis-tipis untuk dijadikan taburan sup ayam nanti. Sedangkan aku sibuk memotong sayurannya.Tring!Tring!Ponselku berdering. Hanif mengirimkan hasil boneka Jelangkung yang ia bikin."Bagaimana?" tanya H
Read more
JELANGKUNG 2
Makhluk seram itu menggeram seperti marah. Angin terus saja berhembus semakin kencang. Lolongan anjing saling bersahutan. Benar-benar malam jum'at yang mencekam."Gimana ini, Mel?" tanya Intan dan Irma panik."Kita berdoa, semoga semuanya baik-baik aja!" jawabku.Kami semua berdoa, memohon perlindungan kepada Allah. Hanif, Ridwan dan Kak Sarah masih terus memegang boneka Jelangkung itu.Terdengar deru napas yang memburu dari belakangku. Tengkuk leherku meremang kala seperti orang yang meniupkan angin.Allah ... sekita badanku melemas ketika kutengok siapa di belakangku. Yuni ada di belakangku.Lebih tepatnya arwah Yuni ada di belakangku. Dengan kepala yang h4ncur serta bola mata yang menjutai ke bawah."Bebas ... bebaskan jiwa-jiwa yang terbelenggu!" ucapnya lirih.Yuni memandang tajam ke arah kami semua. Tatapannya nyalang seakan penuh dendam, kobaran api kebencian terlihat di rawut wajahnya."Yu--Yuni, siapa yang membunuhmu?" tanya Irma dengan nada gemetar, serta tangis yang tertah
Read more
BERSEKUTU DENGAN IBLIS
Kami terus berlari tak tentu arah menghindari kepala buntung itu, yang terus mengejar kami."Capek, Mel. Nggak kuat lagi gue," ucap Intan"Sabar, Tan. Terus berdoa dalam hati!" perintahku.Irma terus menoleh ke belakang, mencari tahu apakah setan itu masih membuntuti kami atau tidak."Udah nggak ada, udah ilang," ucap Irma."Alhamdulillah," ucapku dan Intan.Kami berhenti sejenak di atas rerumputan, sinar rembulan begitu terang malam ini. Tak di sangka ternyata kami berlari ke arah sungai kecil."Mel, Tan. Ini kita larinya kejauhan sampai ke sungai," ujar Irma mengok kanan dan kiri."Iya, Ir, kita terlalu jauh larinya. Udah jam berapa ini?" tanyaku."Jam 11 malam. Hp gue batrenya tinggal 15 persen lagi," dengus Irma."Hah! Jam 11? Gila hampir tengah malam kita di sini. Hp gue juga mati lagi," ucapku kesal."Gue malah nggak bawa hp," ujar Intan.Ah, si4l. Kenapa bisa bersamaan seperti ini sih hp pakai acara mati segala. Hanif dan lainnya juga menghilang. Apa mereka sudah pulang duluan?
Read more
KAKEK MURKA
Intan menjambak dan menampar Irma begitu kencang, hingga menyebabkan kemerahan pada pipi Irma. Irma meringis sambil mengusap pipinya."Kalian keterlaluan!" bentak Irma."Lu yang keterlaluan, ngapain lu jambak-jambak Melly begitu. Gue sebagai saudaranya nggak terima ya lu kaya gitu sama Melly!" jawab Intan tegas."Udah nggak usah berantem. Mending kita cari yang lain, mungkin mereka masih di sekitar sini," ucapku."Cari aja sana berdua!" Irma pergi setelah mengatakan itu pada kami. "S1nting!" teriak Intan pada Irma yang mulai menjauh."Lu nggak papa, Mel?""Nggak papa, kok, ayo cari yang lain!"Kami pun pelan-pelan berjalan mencari yang lainnya. Ku telusuri ke arah sungai kecil ini, namun tidak ada siapa-siapa di sini. Angin malam membuat aku kedinginan berada di luar. Bekas tamparan Irma masih terasa panas di pipiku. Kenapa dia sampai seperti itu."Mel ... udah malam banget nih, pulang aja yuk! Serem tau malem-malem cuma berdua doang kaya gini. Bukan cuma takut setan, tapi gue juga t
Read more
SAJEN PENCARI TUMBAL
Setelah aku dan Intan selesai mandi, kami sudah ditunggu di ruang tamu untuk di sidang."Motor Paklik-mu mana?" tanya Ayah."Ada di rumah, Panjul, temannya Hanif," jawabku kikuk."Lah, ngapain kalian taruh di sana, Mel, Tan?" tanya Ayah sambil menatapku lekat.Aku menjelaskan apa yang terjadi dengan kami barusan. Aku jelaskan dengan sejelas-jelasnya. Tidak ada lagi yang aku tutup-tutupi, aku menyesal telah berbohong pada keluarga. Aku juga menceritakan tentang perkataan arwah Yuni, yang bilang aku harus berhati-hati dengan orang-orang yanga ada di sekitarku. Kakek dan Ayah sepertinya tahu bagaimana kebingunganku saat ini, untuk mencaritahu siapa pelaku sebenarnya. Aku pun menceritakan soal Ridwan yang bersekutu dengan iblis. Soal cinta segitiga, Ridwan terluka dan segalanya aku ceritakan pada keluargaku di ruang tamu ini.Mereka mendengarkanku tanpa memotong ucapanku sama sekali, Ayah manggut-manggut mendengarkan semua ceritaku. Intan pun menceritakan soal kami melihat Pak Cipto dan k
Read more
RIDWAN BERSIMPUH
Hanif langsung melempar sesajen itu, setelah ada suara ancaman dari makhluk tak kasat mata. Semuanya langsung berlari dan meninggalkan tempat di mana sajen itu diletakkan."Ya Allah, kaget gue. Setan semprul!" Maki Hanif."Itu anak kecil kasian lho jadi korban selanjutnya," ucap Intan dengan napas yang tersengal."Ya ... mau gimana lagi, kita nggak bisa berbuat apa-apa," sahut Panjul."Tuh bocah juga anaknya siapa, sih, cepet banget ngilangnya abis ngambil makanan," sambung Panjul lagi."Ya udahlah, sekarang mending lanjutin pergi ke rumah Ridwan. Keburu sore, nanti diomelin sama keluarga lu, Mel," ucap Ridwan sambil memakai helmnya.Akhirnya kami semua memutuskan untuk melanjutkan pergi ke rumah Ridwan. Jika besok ada kabar anak kecil meninggal, mungkin itu anak kecil yang kami cegah tadi. Tapi semoga saja mereka tidak kenapa-napa, semoga Allah melindungi mereka. Jujur aku sangat takut jika anak kecil itu sampai jadi korban selanjutnya. Apalagi sajen masih ada di sana, bagaimana jika
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status