All Chapters of JERITAN MALAM PENGANTIN: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
TEROR MBAK ASIH
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 2Pagi harinya para warga di desaku heboh tentang teror semalam, berarti bukan hanya aku dan Dea saja yang diteror oleh Mbak Asih."J*ncuk! Semalam rumahku diketuk-ketuk sama arwahnya si Asih, istriku sampai pingsan gara-gara liat wujud seramnya si Asih," ujar Mas Jaka pada temannya."Loh, sama. Asih juga neror ke rumahku, bahkan tetangga di depanku pun diganggu," jawab Mas Rio.Dea yang dari semalam menginap di rumahku pun terlihat sangat serius sekali mendengarkan obrolan Mas Jaka dan Mas Rio."Mas! Jenengan diteror juga kah?" teriak Dea seraya menghampiri mereka berdua yang sedang berjalan di depan rumahku."Iya, banyak warga yang diteror. Asih minta dicarikan matanya. Soalnya waktu sebagian tubuhnya terbakar, dan api disiram sama beberapa polisi. Tubuh Asih diambil dan ditaruh dekat rumput, habis itu pas jenazahnya mau diambil, bola matanya nggak ada. Apa meleleh ya karena terbakar? Atau diambil orang?" ungkap Mas Jaka."Nah, sukur! Mbak Asih balas d
Read more
DISUSUI MBAK ASIH
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 3Ibu dan Nenek pun mengernyitkan dahi mendengarkan Mas Riski memanggilku Mbak Asih.Saat Mas Riski ingin memelukku, keluarga Mbak Asih pun keluar. Mereka langsung memegangi Mas Riski."Maaf ya, Nduk. Mungkin Riski kangen sekali sama Asih, dan belum bisa menerima kalau Asih udah nggak ada," ujar Nenek Atun bersedih."Nggak papa, Nek. Aku maklum kok," jawabku.Setelah membawa masuk Mas Riski ke dalam kamarnya, kemudian kami dipersilakan masuk. Aku, Ibu, dan Nenek pun masuk dan membawa sembako yang telah kami beli."Ibu, Pak, ini ada sedikit rejeki dari keluarga saya untuk kalian. Mohon diterima ya." Ibu langsung menyerahkan sembako itu pada orang tua Mbak Asih.Nenek Atun langsung memeluk Ibu dan juga nenekku, ia tak dapat membendung tangisnya lagi. Begitupun dengan Kakek Yahyah yang terisak."Terima kasih banyak ya," ujar Nenek Atun seraya menghapus air matanya."Sabar ya, Bu, Pak, Sekar. Selalu doakan Asih, agar Asih tenang di sana," ucap Ibu menenangka
Read more
SIAPA YANG FITNAH?
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 4"Tha, ngapain?" Hampir saja aku berteriak karena seseorang menepuk pundakku yang membuatku terkejut. Ternyata Mbak Sekar yang menepukku."Kenapa, Tha? Kok kaget gitu?" tanya Mbak Sekar terlihat bingung."I--itu, Mbak. Denia nangis dan disusui Mbak As ...." Belum tuntas aku berbicara pas menoleh dan menunjuk ke dalam kamar. Sosok Mbak Asih sudah tidak ada di tempat.Terlihat Denia yang sedang asyik berceloteh menatap ke langit-langit kamar, seperti sedang bercanda dengan seseorang."Tha, kok bengong lagi?" ucap Mbak Sekar, kemudian ia masuk ke dalam kamar."Mbak habis dari mana?" tanyaku."Habis beli pempers untuk Denia ke warung,""Tadi kamu bilang apa? Mbak As siapa?" tanyanya lagi.Ah, tak mungkin aku berbicara tanpa bukti. Yang ada nanti akan membuat Mbak Sekar dan keluarganya bersedih, atau bisa saja mereka marah padaku dan menuduhku berhalusinasi."Nggak jadi, Mbak. Tadi Denia nangis, pas aku mau ke kamar eh malah berhenti nangisnya," kilahku."S
Read more
TAHLILAN MBAK ASIH
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 5"Udah jangan nakut-nakutin deh, orang nggak ada apa-apa di sana," omel Nenek sambil mencubit pelan perutku."Masih ada matahari, jangan nakut-nakutin kamu." Ibu menimpali Nenek lalu menjewer kupingku.Mereka pikir aku hanya menakut-nakuti mereka saja, padahal memang jelas-jelas aku melihat Mbak Asih ada di ujung gang itu sedang menatap ke arah kami.Dengan membaca bismillah aku kembali melajukan motorku pelan, sosok Mbak Asih nampaknya tak mau pergi juga. Rawut wajahnya memperlihatkan kesedihan yang begitu mendalam, ketika melewati Mbak Asih hampir saja kami terjatuh karena tubuhku tak bisa seimbang mengendarai motor."Tha, hati-hati bawa motornya. Kita hampir saja jatuh, kamu ngeliat apaan sih?" omel Ibu."Mbak ...." Belum selesai aku berbicara Nenek malah memarahiku dan menyuruhku untuk melanjukkan motor.Aku menoleh kembali ke belakang untuk memastikan apakah Mbak Asih masih ada di belakang atau tidak. Saat aku menoleh ternyata sosoknya sudah tidak
Read more
Bau Daging Terbakar
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 6Brak!Suara pintu seperti didobrak setelahnya sunyi tak ada suara apapun yang terdengar. Dea menangis dalam diam, hanya tetesan air matanya saja yang berderai.Dinda mencengkram tanganku dengan sangat kuat, seolah tak mau ditinggalkan sendirian. Sementara aku mencoba untuk mengendalikan rasa takutku, walaupun sebenarnya aku pun merasakan takut."Nggak ada suaranya lagi?" Bisik Dinda."Nggak ada, tapi kan kita nggak tau keadaan diluar kamar. Bisa aja Mbak Asih lagi berdiri di depan kamar 'kan?" jawab Dea sambil menghapus air matanya.Tin! Tin!Bunyi suara klakson motor milik Dinda diluar, membuat kami bertiga terjingkrak karena terkejut."Kayanya emang perlu lihat sedikit deh dari jendala, bukanya sedikit aja," tutur Dinda memberi saran.Kini Dea pun setuju dengan ajakan Dinda, perlahan kami turun dari kasur dan mendekat ke arah jendela kamarku. Suara klakson motor Dinda pun masih berbunyi, yang kutahu warga di sini semuanya sedang berkumpul dikediaman
Read more
Warga Ketakutan
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 7Saat aku membuka mata, ternyata semua keluargaku sudah kembali. Keningku dikompres, dan aku tak melihat Dea di sini. Mungkin Dea sudah dibawa pulang orang tuanya. Di sampingku ada Dinda yang sedang meminum teh hangat."Udah sadar, Nduk?" tanya Ibu sambil menyentuh keningku."Ibu kapan pulangnya?" tanyaku seraya melirik jam di dinding, ternyata sekarang sudah pukul 1 pagi."Tadi jam 11, perasaan Ibu nggak enak. Kepikiran kamu terus di rumah.""Tadi ada Mbak Asih, Bu, datang ke rumah. Mbak Asih teriak kesakitan dan meneror kami," ungkapku dengan kepala yang masih terasa pusing."Ya sudah kamu lanjutkan tidurnya. Dinda, kamu juga tidur sana, sudah malam jangan begadang. Nanti Ibu dan Nenek juga akan tidur di sini, bapakmu mau ambil kasur lantai." Setelah mengatakan itu, Ibu langsung keluar kamar.Dinda pun meneguk habis minumannya dan berbaring di sampingku, kami berdua terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Kejadian tadi adalah hal yang paling menak
Read more
SEDANG APA MAS RISKI?
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 8Heh, kowe sing melu ngobong Mbak Asih. Nek Mbak Asih ora mati dipateni ya ora bakal deweke dadi setan gentayangan!" teriakku kesal.(Heh, kalian kan yang ikut ngebakar Mbak Asih. Kalau Mbak Asih nggak mati dibunuh ya nggak bakalan jadi setan gentayangan!)Dua lelaki itu terjingkrak karena suara teriakkan ku, Mas Diki menatapku dengan wajah memerah menahan marah."Opo? Ora terima sama omonganku?" bentakku, yang membuat Dinda menarik tanganku untuk menjauhi dua lelaki br3ngsek itu.(Apa? Nggak terima sama omonganku?)"Sebab musababe digolek disek, ojo sok main hakim dewe. Saiki rasakno sak kampung diteror arwah Mbak Asih!" ucapku lagi sambil memelototinya.(Apa-apanya itu dicari buktinya dulu, jangan suka main hakim sendiri. Sekarang rasain satu kampung diteror Mbak Asih!)Aku masuk ke dalam rumah dan kutinggalkan Dinda sendiri di teras. Emosiku membuncah saat Mbak Asih dijelek-jeleki seperti itu. Bukannya merasa bersalah karena ikut andil dalam kematian
Read more
TINGKAH YANG BERBEDA
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 9"Kayanya Mas Riski nggak sendirian deh di sana, ada orang lain juga di sampingnya," ujarku sambil memperjelas penglihatanku."Apa kita samperin aja, kalau nggak kita ngintip?" ajaknya bersemangat.Kami lalu berjalan pelan-pelan ke arah tempat Mas Riski, sepertinya ia memang tak sendirian. Ada seseorang lagi di sampingnya, dan suaranya seperti suara wanita.Krek!Tak sengaja Dinda menginjak ranting yang berserakan di tanah, menimbulkan suara sehingga Mas Riski menoleh ke belakang. Untung saja dengan cepat aku menariknya bersembunyi di kandang kambing milik Pak Budi."Hampir aja ketahuan lho kita, nggak hati-hati kamu!" bisikku seraya mencubit pelan lengannya."Yo maaf toh, ora sengaja aku, Tha."Tidak dapat terdengar dengan jelas pembicaraan Mas Riski dengan wanita itu, aku pun tidak tahu dengan wanita mana ia berbicara. Apakah itu Mbak Sekar? Tapi untuk apa hujan-hujan begini mereka malah keluar rumah, dengan kondisi Mas Riski yang depresi.Bukankah se
Read more
MEMINTA BANTUAN MELLY DAN INTAN
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 10"Mas, kenapa ngeliatin Thasya kaya gitu?" selidik Dinda menatap lekat Mas Riski.Mas Riski yang ditanya seperti itu langsung salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang kurasa itu tak gatal. Berkali-kali matanya melirik ke sana dan kemari seakan menghindar dari tatapanku dan juga Dinda."Nggak papa. Mas cuma takut Thasya badannya luka aja karena jatuh tadi," ujarnya gugup."Lho, kenapa Thasya aja yang dikhawatirin? Kan kami jatuhnya berdua, lagian kami nggak apa-apa kok. Nggak ada yang luka juga, ya udah sana Mas Riski pulang. Kasian Denia ditinggalin," ketus Dinda."Iya," jawabnya singkat.Mas Riski pergi setelah diketusi oleh Dinda, lagi-lagi ia menatapku dengan tatapan yang tidak kumengerti dan tersenyum lalu meneteskan air mata, namun segera ia menghapusnya.Kulangkah kan kakiku menuju ke rumah Dea tanpa mau melihat lagi ke arah Mas Riski."Assalamu'alaikum," salam kami saat sampai di teras rumah Dea."Waalaikumsalam. Lho, kalian pagi-pagi banget u
Read more
SIKAP YANG ANEH
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 11Suami istri itu terus saja bertengkar, Mbak Sri membanting baskom-baskom miliknya lalu memukul Mas Supro dengan kemonceng."Sakit toh, Sri! Kebangetan kamu!" Mas Supro masuk dan membanting pintu rumahnya. Sementara Mbak Sri terduduk lemas di lantai dan terisak sambil mendekap anaknya.Dea dan Dinda memandang iba pada Mbak Sri, suaminya yang membuat ulah malah dirinya yang diteror Mbak Asih."Kasian lho Mbak Sri, pasti dia ketakutan banget. Wong kita aja yang diteror kalang kabut, apalagi Mbak Sri yang punya anak kecil," gerutu Dinda."Lah, iya, suaminya ora waras! Gendeng!" sahut Dea geram.Seakan tahu kalau dirinya diperhatikan Mbak Sri menoleh ke arah kami, lalu kemudian ja juga masuk ke dalam rumahnya.Ah, pagi ini banyak sekali kejadian yang membuat otakku menjadi pusing. Ingin rasanya mencari tahu dalang dibalik fitnahan Mbak Asih, supaya arwah Mbak Asih bisa pergi dengan tenang."Din, De. Apa kita minta bantuan sama Melly dan Intan aja ya? Kan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status