Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Senja sudah sibuk mempersiapkan sarapan kecil untuk Gabriel dan Azriel. Anak kembar itu masih setengah mengantuk, duduk di kursi makan sambil mengucek mata.“Gabriel mau susu,” ucap Gabriel manja.Azriel mengangguk, suaranya serak. “Aku juga!”Senja tersenyum lembut, menuangkan susu hangat ke dua gelas kecil. “Pelan-pelan ya, jangan buru-buru.”Gabriel menguap, lalu memeluk lengan Senja. “Mbak Maira, jangan pergi,” ucapnya cadel, khas anak berusia tiga tahun.Ucapan polos itu membuat dada Senja sesak. Ia mengusap rambut ikal Gabriel dengan lembut. “Mbak nggak akan pergi. Mbak ada di sini untuk kalian.”Bersamaan dengan itu, suara langkah berat terdengar. Sagara masuk dengan setelan kerja, dasinya sudah terikat rapi. Ia berhenti di ambang pintu, menatap pemandangan itu dengan sorot mata sulit ditebak.“Seharusnya aku senang melihat kedekatanmu dengan anak-anak,” ucapnya pelan, “tapi entah kenapa hatiku berkata lain.”Senja buru-buru menunduk. “Anak-a
Terakhir Diperbarui : 2025-10-05 Baca selengkapnya