Semua Bab Mengembalikan Senyum Bidadari : Bab 31 - Bab 40
119 Bab
Part 31
Regina mendatangi Alina yang sedang mengelap meja makan. Wanita itu ikut membantu pekerjaan Alina, meskipun beberapa kali Alina melarangnya. “Enggak apa-apa, ini juga rumah saya. Jadi, sewajarnya jika saya harus membersihkannya,” ungkap Regina, ketika Alina memintanya untuk duduk. Semenjak Alina bekerja di rumah ini. Wanita itu seperti punya teman bicara, apalagi Regina tipe wanita rumahan dan tak suka hidup glamor, ikut arisan tak penting, atau saling pamer kekayaan suami dengan teman-teman sosialita. Ia akan keluar rumah jika menghadiri acara bersama Bagas.“Oh, ya, lulus SMA, Zea mendaftar kuliah di mana?” tanya Regina, kemudian menarik salah satu kursi dan duduk di sana.Alina mendesah, ia tak mengerti apa yang dipikirkan putrinya itu. “Zea enggak ingin kuliah, Bu.”“Bryan pun begitu. Ia enggak berminat kuliah. Karena memang dari awal papanya sudah meminta untuk bergabung di perusahaan. Jadi, ia merasa untuk apa lagi kuliah kalau pekerjaan sudah menanti.” Regina terkekeh, kala me
Baca selengkapnya
Part 32
Bryan berkunjung ke rumah Zea dengan membawa parsel buah dan cheesecake. Walaupun duduk di hamparan tikar, tak mengurai kebahagiaan Bryan kala menjumpai gadis yang ia rindukan. Perasaannya tak bertepuk sebelah tangan, ketika menyaksikan senyum Zea menyambut kedatangannya. Di lantai beralaskan tikar, mereka bercengkerama. Ada keingintahuan yang besar tentang kondisi kesehatan Zea. Namun hal itu tak bisa ditanyakan Bryan, karena Alina berada di antara mereka. Bryan memberanikan diri meminta izin Alina untuk mengajak putrinya jalan bersama. Di rumah ini mereka tak bebas bicara, apalagi mengenai kasus yang menimpa Zea.“Ke mana?” Alina bertanya.“Kita ke Max Cafe, Bu. Sekalian melihat Mas Zyan bekerja,” jawab Bryan.Wanita itu memberi kesempatan. Beberapa kali ia berpesan pada sang putri untuk hati-hati. Entah apa maksud pesan itu, yang jelas ada kekhawatiran dalam diri Alina membiarkan putrinya berduaan dengan Bryan. Meskipun ia tahu bahwa Bryan adalah pria yang baik.Sudah lama Zea tak
Baca selengkapnya
Part 33
Pandu menunggu di depan sekolah menengah atas tempat putrinya menuntut ilmu. Satu per satu siswa dan siswi keluar dari gerbang. Deretan kendaraan telah menunggu mereka untuk kembali ke rumah. Mata Pandu menatap liar satu per satu para siswa yang keluar dari area sekolah. Hingga sekolah itu kosong, tetapi wajah Zea tak tampak jua. Pandu mendatangi dua orang siswi yang berjalan pulang. Ia memberanikan diri untuk bertanya.“Saya enggak mengenal Rayna Zea Dirgantara, Pak,” jawabnya yang seketika membuat Pandu lesu.Zea bukanlah siswi yang menonjol di sekolah. Ia bukan pengurus OSIS atau siswi berbakat dengan prestasi di bidang seni dan olahraga. Zea hanya siswi biasa yang menutup diri dari teman-temannya yang lain. Rasa rindu tak bisa terbendung, Pandu ingin mendekap buah cintanya. Ia rindu kala mereka bersama dan mendengar keluh kesah kedua anaknya menjalani kehidupan. Sekarang, enam tahun telah berlalu, ia tak pernah mendengar cerita mereka. Pasti ada banyak kisah sedih yang disimpan r
Baca selengkapnya
Part 34
Pandu tiba di kantor setelah mediasi selesai. Sebenarnya ia penasaran pada gadis yang dibela oleh Bryan sampai Bagas diminta turun tangan. Namun karena harus mewakili Bagas dalam sebuah pertemuan, terpaksa ia melewatkan kesempatan itu. “Bagaimana mediasinya?” tanya Pandu pada Bryan yang duduk di sofa.“Alhamdulillah, Om, semua berjalan lancar. Bapak Martin menyerah dan meminta maaf langsung pada kakaknya Zee.”“Kenapa enggak dijebloskan ke penjara saja? Biar kapok,” cetus Pandu.“Iya, Om. Saya pun berpikir begitu. Zee dikeroyok, ia mendapatkan luka lebam di wajah dan sekujur tubuh. Ia sakit, tetapi selalu terlihat tegar untuk menyembunyikan luka. Kakaknya bilang, Zee memang begitu, semenjak orang tua mereka berpisah, ia sering menyendiri bahkan menangis sendiri. Di sekolah pun sama, Zee enggak punya banyak teman dan sering melamun seperti memikirkan sesuatu.”Pandu terharu mendengar kisah gadis itu. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sekaligus rasa kasihan pada teman Bry
Baca selengkapnya
Part 35
Kejadian tadi siang membuka begitu banyak cerita. Enam tahun berlalu, entah berapa banyak air mata yang mereka lalui. Pandu terlalu lalai, hingga membuat rasa kecewa kedua buah hatinya makin menebal. Untuk kesekian kalinya, pria itu larut dalam penyesalan. ‘Zee’, gadis yang selalu diceritakan Bryan ternyata putrinya. Gadis pintar yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Gadis yang sering di-bully dan dihina, karena keadaan. Gadis yang mengalami luka fisik, karena dikeroyok teman-temannya sendiri.Tubuh tegap itu bergetar hebat. Tetesan air mata jatuh menyesali perbuatannya enam tahun lalu. Hanya karena seorang Rosa, ia mematahkan hati orang-orang yang seharusnya dijaga. “Papa akan bawa kalian kembali ke sini. Bagaimanapun caranya.”Pandu tak akan lagi membiarkan mereka menderita, hidup dalam keterbatasan, dan menjadi hinaan orang. Sudah cukup kesedihan yang mereka lalui. “Papa akan kembalikan apa yang seharusnya milik kalian.”Pandu bangkit, kemudian berjalan menuruni anak tangga menuju
Baca selengkapnya
Part 36
Alina terbangun, ketika suara isak terdengar dari sisi tempat tidur. Wanita itu mendekat pada sosok yang berbaring membelakanginya. Ia menatap lekat wajah putrinya di keremangan malam. Ada rasa khawatir, ketika melihat buliran air jatuh dari sudut mata Zea yang terpejam. Alina membelai kepala Zea dan menyelimuti putrinya. Alina ingin bertanya, tetapi urung ia lakukan. Mungkinkah Zea sedang bermimpi buruk, atau ada masalah yang sedang ia hadapi?Wanita itu bangkit dari pembaringan, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk menyucikan diri sebelum menghadap Sang Khalik. Langkah Alina terhenti, saat mendapati putranya berbaring di tikar plastik tipis ditemani sebuah bantal sebagai penyangga kepala. Tubuh Zyan meringkuk menghalau dingin.Alina berjongkok, mengambil selimut yang tak menutupi tubuh jangkung itu. Dibukanya selimut itu lebar, kemudian dihamparkan menutupi tubuh Zyan. Alina terpaku menatap putranya yang terpejam. Air matanya menetes melihat anak laki-lakinya yang begitu berta
Baca selengkapnya
Part 37
Pandu sengaja menunggu kedatangan Bryan di kantor sore ini. Hari ini ada beberapa berkas yang harus ditandatangani pria muda itu. Bagas telah mempercayakan pengurusan proyek mereka kepada putranya secara total, hingga tanda tangan pria delapan belas tahun itu begitu bernilai saat ini.“Bisakah kamu bercerita tentang Zee?” tanya Pandu pada Bryan, setelah sekretarisnya mengambil berkas-berkas dari tangan Bryan.Seketika hati Bryan menjadi bahagia. Dia sangat senang mengingat, bahkan bercerita tentang Zea. Entah kenapa, semua yang berhubungan dengan Zea begitu indah di matanya. “Zee itu anak yang pintar, cantik, dan galak.” Bryan tersenyum mengingat bagaimana juteknya Zea ketika mereka tak akrab dulu. “Dia galak cuma pada cowok yang mengejarnya, lain dari itu enggak.”Pandu tersenyum. Zea mewarisi sifat Alina yang juga galak ketika ia kejar cintanya.“Di saat semua teman sedang bahagia atau senang hangout pulang sekolah, Zee memilih menyendiri. Ia sering melamun seperti memikirkan sesuat
Baca selengkapnya
Part 38
Puas menyesali diri, Pandu minta izin untuk bicara dengan Alina. Ia berjalan perlahan menuju kamar sempit yang tak jauh dari ruang tamu. Perlahan, kaki jenjang itu masuk ke ruangan 3x2 meter tersebut. Hatinya terenyuh, menatap Alina yang duduk bersandar di dinding. Kedua mata wanita itu basah dan dadanya tampak sesak.Pandu mendekat, kemudian berjongkok di depan Alina yang masih menangis. Jika tak ingat hubungan mereka bukan suami istri lagi, ingin rasanya ia mendekap wanita itu, mencurahkan semua rasa yang masih tersimpan utuh untuk Alina. “Lin.” Pandu menatap wanita yang bergeming di hadapannya. “Terima kasih sudah menjaga mereka.” Seketika, bayangan kesusahan Alina hadir di pelupuk mata. Pandu tak bisa melanjutkan kata-kata. Ia banyak salah, bahkan sekadar memohon maaf saja rasanya tak layak. Pria itu bersimpuh, menyejajarkan diri dengan Alina. Tubuh Pandu bergetar. Air matanya mengalir deras di depan wanita yang dulu halal baginya. Jika waktu bisa diputar, ia tak ingin mengenal R
Baca selengkapnya
Part 39
Rosa terkejut. Rasanya, seperti sebuah batu besar menghantam tubuh mendengar pengakuan Pandu. Seketika hati Rosa terasa nyeri. Istri mana yang ikhlas, jika suami kembali bertemu dengan mantan istrinya sampai pulang menjelang pagi? Rosa tak menyangka, Pandu dan Alina bermain di belakangnya. Rasa cemburu dan curiga mulai menghampiri Rosa. “Apa kalian melakukan sesuatu hingga pulang dini hari begini?”Mendengar pertanyaan Rosa, Pandu menjadi marah. “Alina wanita terhormat, jangan pernah mencurigainya.” Pria itu membuka sepatu dan mengambil pakaian dari dalam lemari. “Besok aku akan membawa mereka ke sini. Sebelum mereka datang, ada baiknya kamu pindah ke rumah itu.”Rosa menggeleng. Seketika hatinya tambah sakit mendengar permintaan Pandu yang seolah mengusir. Pandu dan Alina pernah hidup bersama, dan Rosa yakin, pria itu sangat mencintai Alina. Jika keduanya kembali hidup serumah, pasti akan membuka kembali peluang mereka untuk bersama. “Jika kamu membawa Zea dan Zyan ke sini, aku masih
Baca selengkapnya
Part 40
Pandu kecewa ketika kedua anaknya menolak untuk tinggal bersama. Walaupun Alina telah membujuk, tetapi keduanya tetap tak bersedia. “Mereka akan ikut, jika kamu juga ikut serta, Alina.” Wanita itu menggeleng. Ia masih ingat bagaimana kasarnya Pandu ketika mengusirnya dulu. “Maaf, Mas, aku sadar diri, tempatku di sini, seperti katamu dulu bahwa aku—”“Lin, tolong jangan ungkit kesalahanku yang dulu. Terlalu menyakitkan jika mengingatnya,” potong Pandu cepat. Ia tak ingin suasana yang mulai membaik menjadi kacau karena perdebatan kisah enam tahun lalu. Alina menghela napas lemah ketika Pandu memohon. Mungkin, bagi Pandu sangat mudah melupakan kejadian lalu, tetapi tidak dengannya. “Jangan bawa kami ke rumahmu, Mas. Rosa enggak akan sanggup melihatnya. Aku sudah merasakan apa yang akan dirasakan Rosa, jika aku dan anak-anak tinggal di sana. Sangat sakit. Jangan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kali dengan wanita yang berbeda.”“Aku akan bicara dengan Rosa.”“Jangan, Mas! Kamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status