Semua Bab Mengembalikan Senyum Bidadari : Bab 41 - Bab 50
119 Bab
Part 41
Pandu mendatangi kamar Zea yang telah rapi dan cantik. Nuansa pink dipadukan warna putih membuat kamar itu elegan khas putri remaja. Perlahan, pria itu duduk di atas tempat tidur empuk yang belum tersentuh pemiliknya. Bayangan kedatangan Zea di kamar ini pupus, ketika gadis itu menolak dan memilih tinggal bersama Alina di kontrakkan sempit. Begitu kuat cinta mereka, hingga harta tak mampu menggantikannya.Rosa masuk ke dalam kamar, mendekati Pandu yang terpaku. Pria itu larut dalam khayalan, hingga tak menyadari kehadiran Rosa. “Mas.”Pandu menoleh, menatap wanita yang berjalan mendekatinya. Tak lama, ia kembali menatap bantal empuk yang belum tersentuh. “Aku pria yang tidak beruntung.”“Kita harus bersyukur, Mas. Kamu sangat beruntung memiliki segalanya. Allah memberikan rezeki melimpah, perusahaanmu maju, dan tabungan juga banyak.”Pandu tersenyum miris mendengar perkataan Rosa. “Rezeki itu enggak melulu masalah uang atau kekayaan. Allah memberiku harta yang banyak, tetapi di sisi
Baca selengkapnya
Part 42
Zea segera menaiki anak tangga. Tanpa ragu, gadis itu membuka pintu sebuah kamar. Wajah Zea berbinar, melihat kamarnya yang sangat cantik dengan tempat tidur yang empuk. Zea mengempaskan tubuh di ranjang. Sesekali ia berguling-guling, menikmati kasur lembut yang telah lama tidak ia rasakan.Alina tersenyum melihat putrinya yang begitu bahagia.“Ma, sepertinya Zea akan tidur nyenyak malam ini. Enggak ada nyamuk yang mengganggu serta suara bising motor yang lewat,” ungkap Zea polos.Alina tersenyum. Ia bahagia jika putrinya bahagia. “Maaf, ya, karena selama ini Zea enggak nyaman.”“Enggak apa-apa, Ma. Sekarang Zea senang sekali.”Alina berjalan menuju kamarnya. Tangan wanita itu tampak ragu ketika membuka pintu kamar. Sejenak Alina memejamkan mata, sebelum membuka pintu. Raut wajah wanita itu berubah takjub, ketika kamar yang ia tempati dulu bersama Pandu sekarang berubah menjadi sangat mewah dan indah. Perpaduan warna gold dan putih begitu hangat dan romantis. Ranjang besar dengan ukir
Baca selengkapnya
Part 43
Seorang wanita paruh baya menghampiri, kemudian memberikan sebuah kunci kepada Pandu. “Ayo masuk,” ucap Pandu, setelah pintu berhasil dibuka.Langkah Rosa meragu. Ia heran dengan apa yang dilakukan suaminya. “Ini rumah tempat tinggal kita,” ucap Pandu sambil menggelar sebuah karpet permadani. “Kita tinggal di sini?” tanya Rosa mengulang kembali perkataan Pandu.“Iya.”“Kamu bercanda, Mas?”Pandu menggeleng, kemudian membuka pintu sebuah kamar tidur kecil yang tak jauh dari ruang tamu. Bau apek dan lembap membuat Rosa tak nyaman, apalagi hanya tersedia sebuah kasur lipat di sana. Wajah wanita itu tampak tak bersahabat, apalagi ketika ia memasuki kamar mandi yang menyediakan sebuah kloset jongkok dan bak mandi kecil. Dapur mereka pun sangat sederhana, hanya tersedia kompor satu tungku, tabung gas 3 kilogram, beberapa piring, dan peralatan memasak.“Mas, apa maksud semua ini?” tanya Rosa tak percaya. Dari tadi ia hanya melihat setiap bagian rumah, bahkan baju mewahnya enggan untuk dud
Baca selengkapnya
Part 44
Berbagai hidangan lezat telah tersaji di meja. Bi Mirna sengaja memasak makanan spesial untuk mereka. Alina dan kedua anaknya yang melihat meja makan hampir penuh dengan makanan menjadi bingung.“Ayo, Bu silakan,” ucap Bi Mirna dengan wajah berseri. Semenjak kedatangan Alina dan kedua anaknya, senyum wanita itu kembali. Bahkan, Bi Mirna tak sabar ingin memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. “Zyan sama Zea harus makan yang banyak, biar tambah gede.”“Terima kasih, Bi,” jawab Alina sambil menggeser kursi, kemudian duduk di sana. “Nanti enggak perlu menghidangkan makanan sebanyak ini. Mubazir jika enggak habis.”“Ini perintah Bapak, Bu, agar Ibu dan anak-anak makan enak.”Alina hanya tersenyum. Pandu pasti mengira kalau selama ini mereka tak bisa makan enak. Padahal, Zyan sering membelikan mereka makanan lezat setiap kali gajian, walaupun tidak banyak ragamnya.***Pandu masuk ke kamar Rosa yang tak terkunci. Matahari mulai meninggi, tetapi wanita itu belum juga bangun. Pria itu meng
Baca selengkapnya
Part 45
Keseriusan Fusena patut diacungi jempol. Tanpa ragu, ia menemui Zyan guna membicarakan maksud kedekatannya dengan Alina. Pria itu sangat menghargai Zyan. Meskipun masih muda, tetapi posisinya tak bisa dipandang sebelah mata, karena Zyan adalah wali nasab yang memiliki hubungan darah dengan Alina. “Mama sudah banyak mengeluarkan air mata, Om. Saya enggak mau Mama kembali menangisi kehidupan yang seharusnya membuat ia bahagia.”Fusena mengangguk. Putra Pandu ini sangat dewasa dalam bersikap dan mengerti keadaan yang dialami orang tua mereka. “Kamu bisa pegang kata-kata saya. Saya bukan mencari istri untuk sesaat, tetapi sampai menua.”Zyan menyelami kesungguhan Fusena untuk meminang mamanya. Ia bisa melihat pria ini serius dan akan memperlakukan Alina dengan baik. Zyan pun tak akan membelenggu Alina untuk hidup tanpa suami. Wanita itu masih muda dan ia punya kesempatan bahagia, meski bukan dengan Pandu. “Sebagai seorang anak, saya akan mengikuti keinginan Mama, jika itu yang terbaik un
Baca selengkapnya
Part 46
“Dengar-dengar, usaha Bu Rosa makin maju, ya?” tanya Ratu, istri Bram, salah seorang pengusaha yang hadir.“Alhamdulillah, Bu. Allah sangat baik pada saya, hingga memudahkan seluruh langkah saya,” jawab Rosa sambil melirik Pandu yang duduk di sampingnya.“Apa ada produk baru lagi yang akan di produksi?” tanya salah satu sosialita bermata sipit.“Insyaallah, sekarang saya sedang memproduksi gamis syar’i dengan warna lembut dan enak dipandang. Sasaran pasarnya adalah anak muda, agar mereka mulai tampil syari dari sekarang tanpa ketinggalan mode.”“Wah, Bu Rosa sangat hebat,” puji Astuti.Pujian dan ucapan selamat bertebaran untuk Rosa, kecuali Regina yang hanya diam. Bahkan, ia tak tertarik bicara dengan wanita itu.“Pak Fusena belum datang?” tanya Bagas mengambil alih pembicaraan.“Mungkin beliau ragu, karena belum punya istri,” ucap Bram.Regina yang melihat peluang untuk mengingatkan Pandu segera angkat bicara. “Pak Fusena itu seorang yang cerdas dan berwibawa. Banyak wanita yang me
Baca selengkapnya
Part 47
Senyum dan keramahan yang ditampilkan Alina membuat hati Pandu ketar-ketir. Bukannya ia tak senang dengan kedatangan wanita itu, tetapi ada pria lain yang membawa Alina ke ruangan ini. Pandu terlalu percaya diri. Dulu ia beranggapan bahwa kesendirian Alina selama ini karena cinta wanita itu terlalu besar padanya. Namun, ternyata salah.Alina mengikuti langkah Fusena dan menangkupkan kedua tangan di dada, ketika berkenalan dengan rekan-rekan Fusena. Sesaat, sorot mata Alina dan Pandu bertemu. Namun, wanita itu segera mengalihkan pandangan. Ia terlihat santai dan mampu mengatasi gejolak di hati. Alina sudah memprediksi dan mempersiapkan kejadian ini dari awal. Namun, tidak dengan Pandu. Ia terlihat syok, mukanya mendadak pias. Berkali-kali ia meraup udara, agar bisa menahan rasa yang membuatnya menjadi lemah.Rosa hanya terdiam. Pandangan Rosa beralih pada Pandu yang dari tadi tak putus menatap Alina. Rosa cemburu, karena di saat bersamanya, pria itu menatap Alina tak berkedip. Sorot m
Baca selengkapnya
Part 48
Sepanjang jalan, Pandu tak bersuara. Beberapa kali Rosa mengajaknya bicara, tetapi pria itu tak menanggapi. Meskipun Rosa sudah berulang kali diabaikan, tetapi ia tahu bahwa sikap Pandu kali ini karena pengaruh wanita masa lalunya.“Ternyata semua yang kamu berikan pada Alina, ia gunakan untuk berkencan dengan pria lain.” Ucapan Rosa mampu membuat Pandu terusik. “Aku pikir, ia adalah wanita terhormat yang selalu menjaga harga dirinya untuk enggak berkhalwat dengan pria yang enggak halal dengannya. Ternyata, ia enggak sebaik yang kamu ucapkan.”“Alina enggak berduaan dengan Fusena, tetapi menghadiri jamuan makan malam dengan banyak orang. Kan, kamu juga ada di sana.”Rosa tersenyum sinis. “Selama jamuan makan malam, mereka memang enggak berdua. Lalu, bagaimana dengan perjalanannya dari rumah ke sini? Kemudian kembali lagi ke rumah. Bisa saja, kan, mereka singgah ke mana atau melakukan sesuatu di dalam mobil.”Pandu tersulut, lalu menginjak rem kasar hingga decit ban terdengar beradu as
Baca selengkapnya
Part 49
Pandu duduk termenung di sudut masjid. Tetes demi tetes air matanya jatuh. Sejak pertemuan dengan Alina, pria itu merasa patah hati. Ternyata ia tak bisa kehilangan Alina untuk kedua kalinya. Doa yang ia lantunkan setiap malam pada Sang Khalik membuatnya takut. Pandu takut Allah tak meridai, karena wanita itu terlalu baik untuk dirinya yang berlumur dosa. Inikah hukuman yang harus ia bayar? Kehilangan Alina lebih menyakitkan, daripada kehilangan seluruh harta yang telah ia kumpulkan. “Saya mencintainya, Ustaz, tetapi langkah saya terbatas untuk memilikinya,” lirih Pandu. Ustaz Ahmad yang baru saja bergabung menatap pria yang tertunduk itu lekat. “Cinta itu fitrah. bersama cinta, akan ada keindahan, kedamaian, dan pengabdian. Pada saat seseorang mengetuk hatimu, biarkan akal yang membukanya. Jangan biarkan hati yang membuka. Jadikan akal yang menguasai perasaanmu, jangan jadikan perasaan yang menguasai akalmu.”Pandu terdiam. Dulu ketika ia mencintai Rosa, perasaannyalah yang menguas
Baca selengkapnya
Part 50
Pandu bahagia. Setelah beberapa lama, ia kembali menikmati kebersamaan dengan kedua buah hatinya, mesti hal itu tak lengkap. Namun setidaknya ia bersyukur, Allah memberinya kesempatan untuk menjadi ayah yang baik. “Kapan kamu ke kantor, Papa?” tanya Pandu pada Zyan.“Aku enggak berminat, Pa. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri dan menjadi seorang arsitek.”“Bisnis Papa sangat cocok dengan pendidikanmu. Lagi pula, untuk siapa Papa bekerja keras kalau bukan untuk kalian. Bryan sudah mulai membantu papanya di kantor. Papa juga ingin kamu melakukan hal yang sama.”“Sekarang Papa tinggal di mana?” Zea bertanya.Pandu tersenyum. Ia bahagia, putrinya memanggilnya papa. “Di tempat yang bagus, yang selalu membuat Papa mengingat kalian.”Pandu menghela napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Ia menatap kedua anaknya yang makan dengan lahap. Seulas senyum tercipta. Dulu mereka masih kecil, sekarang sudah besar. Enam tahun telah membuat mereka tumbuh dengan cepat. “Apa mamamu akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status