Semua Bab 100 Hari Bilang Sayang: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Bab 21 - Cucu Mantu
Matahari menempati posisinya agak lebih rendah. Beberapa jam lagi akan mendekati sore. Aku masih saja asik mengobrol dengan Nyonya Mirna sampai tidak ingat waktu harus menyelesaikan misi kelompok. “Bagaimana Nyonya Mirna, apakah nanti anda tertarik untuk mendaki bersama?” ajakku menghibur. “Boleh, itu ide yang bagus, kabarkan saja kepadaku nanti ya.” Balasnya dengan senyum sumringahnya. “Oh iya, kamu ini pacarnya Prabu?” tanya Nyonya Mirna yang spontan membuatku kaget. Mataku melirik ke arah Prabu. Dirinya hanya melengos. “Bu-bubu-bukan Nyonya, saya hanya peserta pelatihan proyek. Dan saya berada dalam tim yang dimentori Pak Prabu,” kataku menjawab. Namun, tak disangka setelah dijawab, ekspresi kekecewaan tergambar dari muka Nyonya Mirna. “Yah, aku harap hubungan kalian lebih dekat lagi. Jadi, kamu bisa sering-sering ke sini buat jenguk nenek. Kalau bisa jadi istri, nenek mau cucu mantu seperti kamu,” ungkap Nyonya Mirna yang membuat mataku dan Prabu terbelalak. “Hem, maksud Nyon
Baca selengkapnya
Bab 22 - Rooftop Garden
Pak Emil dan anggota timnya bersiap untuk menemui Pak Nofal. Mereka kemudian menunggu di ruang seminar, karena Pak Nofal ditempatkan di sana yang khusus untuk pegawai Dinas Pendidikan. Tak lama, pintu terbuka. Pak Nofal memanggil Pak Emil untuk segera masuk. Sampai akhirnya mereka keluar dengan rasa bahagia, karena lembar pengesahan sudah tertanda tangani oleh Prabu dan Pak Nofal. Kerja keras mereka membuahkan hasil. Mereka kemudian menuju ke Balairung Hastinapura untuk menyerahkan hasil dan lembar pengesahannya sebagai syarat mengambil sertifikat serta undangan acara penutupan Proyek Modul Nasional yang akan dilaksanakan pada hari sabtu besok. Mereka pun merayakan dengan selfie bersama sambil menunjukkan sertifikatnya. “Alhamdulillah, selesai juga hari ini. Lega rasanya gak ada drama revisi lagi,” ucap syukur Pak Emil “Iya, rasanya kaya habis siding skripsi terus acc habis itu tinggal nunggu wisuda,” imbuh Bu Zeva. “Bagaimana, kita habis ini jalan-jalan?” usul Pak Emil. “Jangan da
Baca selengkapnya
Bab 23 - Black Mamba
Prabu menyeretku keluar layaknya ia menarik koper di Bandara dan hampir telat penerbangan. Aku mengerung sakit tapi Prabu tak mengindahkannya. Sampai akhirnya Aku mulai memberontak. “Lepasin, Sakit!” racauku yang kemudian dengan sekuat tenaga melepaskan cengkraman dari Prabu. Prabu yang ngeh hanya terdiam. “Eh, malah diam. Gak bilang minta maaf lagi,” imbuhku. Tapi, percuma juga. Prabu tak menggubrisnya. Batinku bergejolak dengan amarah karena sikap Prabu yang gengsian untuk mengatakan satu kata empat huruf “Maaf”. Tapi, kemudian terdasar dengan janji yang dibuat Prabu semena-mena kepada Nyoya Mirna. “Pak, kenapa tadi berbohong kepada nenek? Kan yang beli buah Bapak, kenapa kok jadinya bisa saya yang bawa?” cecarku kepada Prabu. “Sudahlah, ikuti saja perintahku.” Jawab singkat Prabu. Kemudian Aku teringat sesuatu. “Ah, iya. Pak, kenapa Bapak buat janji seenaknya sih. Kenapa Bapak gak bilang kalau mau buat janji dengan Nyonya Mirna lagi? Kan saya dua hari nanti ada acara jalan-jala
Baca selengkapnya
Bab 24 - Pemberitahuan
Prabu mengomeliku sepanjang jalan, karena Aku yang absen dari jam 10.00 pagi dan tidak menjenguk Nyonya Mirna. Lampu jalanan berganti menjadi warna merah, mobil pun terhenti. Mengapa harus ada acara lampu merah? Kali ini sudah tidak tahu bagaimana caranya agar bebas dari jeratan Prabu. “You! Give your phone to me!” Menunjuk telunjuknya ke arahku. Dengan tangan yang gemetar, Handphone diserahkan karena ketakutan. Prabu kemudian menyautnya dengan cepat dan mencoba menghubungi melalui ponselnya. Kemudian, ia menekan tombol loudspeaker."Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi sesaat lagi," Mata terbelalak.Ternyata benar dugaan Prabu, sulit sekali menghubungi karena Aku telah memblokir nomornya. Dengan mata melotot ke arahku, ia nampak kesal dengan kelakuanku. Belum lagi, beberapa kali dia harus memutar otak ketika Nyonya Mirna menanyakan kehadiranku. Sudah beberapa kali, Prabu menghubungiku karena keresahan Nyonya Mirna yang menungguku dan stok jawabannya sudah habis.
Baca selengkapnya
Bab 25 - Kesialan Liburan Hari Pertama
ALL (Acute Lymphoblastic Leukaemia) atau Leukemia Limfoblastik Akut, merupakan suatu jenis kanker darah dan sumsum tulang yang memengaruhi sel-sel darah putih. Perawatan mungkin termasuk kemoterapi atau obat khusus yang ditargetkan untuk membunuh sel kanker. Nyonya Mirna sudah berjuang menghadapi penyakit ini selama 4 tahun. Syukurlah, Nyonya Mirna masih bertahan. Tak lama, Prabu menunjukkan sebuah hal yang mencenangkan. Ia kemudian menunjukkan perbandingan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah kehadiranku datang di kehidupannya. Ternyata, kehadiranku justru menambah kondisi nenek Prabu tersebut sehat kembali. “Look at this one,” Menunjuk sesuatu di kertas. “Setelah berbincang sama lo, kondisinya mengalami kenaikan yang bagus. Biasanya nenek sehabis pengobatan membutuhkan empat kantong darah, sekarang ia butuh satu kantong saja,” kata Prabu menjelaskan. “Dokter mengatakan, hal yang paling penting saat ini adalah yang membuat dia bahagia. Karena dengan dia bahagia, ia bisa mengalahkan
Baca selengkapnya
Bab 26 - Jalan Buntu
Aku merasa was-was jika Pak Emil turun dahulu, makanya Aku meminta Prabu menurunkannya bersama Pak Emil, agar bisa kabur dari omelan Prabu. Sayangnya, Pak Emil tak mendukungku. Leader gak peka!“Pak, saya turun sama Pak Emil saja. Terima kasih atas tumpangannya ya Pak Prabu,” pintaku kepada dosen galak itu.“Loh, Bu Eka … kejauhan lo bu kalau turun di sini. Nyari angkotnya juga susah,” sanggah Pak Emil.“Gak papa pak, kan ada ojek online. Saya turun sini aja,” kataku memaksa.“Haduh, ueih budak, sesah nyariosna, (Ni orang susah banget dibilangin)” ucap Pak Emil.Dewi fortuna sepertinya memihak Prabu lagi, Pak Emil meminta Prabu untuk mengantarkanku pulang apalagi hari menjelang mau maghrib. Terlebih, di daerah tempat tinggal Pak Emil sedang marak kasus perampokan. Ia trauma jika Aku akan menjadi korban dari kejadian tadi, jika saja masih ada sisa-sisa komplotan perampok yang masih bertebaran dan belum tertangkap oleh aparat polisi.“Pak Prabu, tolong antarkan Bu Eka pulang ya. Saya tak
Baca selengkapnya
Bab 27 - Healing Jakarta
Prabu sengaja memasang perangkat pelacak lokasi agar mudah untuk menemukanku. Prabu tahu kelakuanku yang suka main kabur-kaburan, maka ia terpaksa harus memasang perangkat tersebut agar tak bisa kabur dan lebih mudah untuk bersama-sama ketika berhadapan dengan keluarganya. Pak Emil kemudian meneriakiku dan Prabu karena kelamaan berbincang.“Bu Eka, lama sekali. Lagi ngobrolin apa sih ? ayo masuk!” teriak Pak Emil yang sudah masuk terlebih dahulu di kursi belakang bersama Bu Zeva dan Nafis. Aku kemudian mendekati mereka.“Ah, itu saya mau tanya kira-kira sopirnya aman gak ya. Soalnya saya takut kalau ugal-ugalan,” jawabku sambil menyindir cara menyetir Prabu kemudian dibalasnya dengan mengernyitkan alisnya.Aku kemudian memasuki mobil. Karena kelamaan dengan Prabu, terpaksa Aku harus duduk di barisan belakang sopir yang mana harus sebaris dengan Prabu karena barisan belakang sudah terisi penuh oleh Trio Bu Zeva, Pak Emil dan Nafis.Sopir Prabu kemudian mulai menyalakan mesinnya. Pak Em
Baca selengkapnya
Bab 28 - Alibi Prabu Bagaskara
Percaya gak? di dunia ini ada aja orang yang biasanya kenal dengan kesehariannya tiba-tiba sifatnya berubah 180 derajat. Kalau orang masuk penjara terus tiba-tiba berubah si masih oke, tapi kalau seperti Prabu Bagaskara yang tadinya suka marah-marah, rewel, bawel tiba-tiba memberikan eksklusif service kepada kelompok tiga itu, mungkin gak dia lagi merencanakan sesuatu atau beneran taubat? Aku yang tak habis pikir, apakah ini caranya untuk membalas dendam kepadaku? Sehingga saat Prabu terpancing oleh omonganku, saat itulah Aku menanyakan loyalitas. Karena biasanya dimana-mana orang-orang seperti kamilah yang harus loyal kepadanya. Dan yang menyebalkan lagi, Prabu yang tamu tidak diundang (lebih tepatnya tidak mau diundang) malah ikutan nimbrung.“Yakin Pak, loyalitasnya kepada kelompok kami aja? Yang lain enggak, gitu?” tanyaku dengan frontalnya yang membuat Prabu tersedak saat meminum kopinya. Nafis yang berada di sebelah kiriku menegurnya karena tak sopan berbicara saat Prabu sedang
Baca selengkapnya
Bab 29 - Inside Hotel
Aku kebingungan karena Prabu tiba-tiba membawanya ke sebuah hotel dan memesan sebuah kamar Presidential Suite. Jadi teringat omongan Nafis pagi tadi, dimana ia menceritakan sebuah drama korea yang baru ia tonton dimana seorang CEO membawa seorang wanita yang polos ke sebuah hotel berbintang dan memesan sebuah kamar Presidential Suite. Dan tak disangka, ia memang menjebak wanita tersebut agar bisa menikmati satu malam dengannya. Seketika, Aku pun mulai khawatir apakah nasibku juga akan sama dengan drama yang diceritakan oleh Nafis tadi pagi?“Pak Prabu! Kenapa saya dibawa ke hotel?” kataku yang mulai panik. Prabu tak mengindahkannya dan segera menyelesaikan pembayarannya menggunakan ATM.“Follow me!” ajak Prabu.Prabu kemudian berjalan cepat menuju ke sebuah lift. Aku yang mulai panik berencana untuk kabur darinya. Saat itu juga, mengendap-endap ke arah pintu keluar agar bisa kabur, karena tidak mau kebanggaanku direbut malam ini. Perjalanannya mencari jodohku masih panjang. Sayang seri
Baca selengkapnya
Bab 30 - Menikah Tak Sebercanda Itu
Menikah, siapa sih yang menolak hal tersebut. Banyak yang bilang, menikah itu mendatangkan banyak rezeki. Terlebih, menikah merupakan penyempurna agama. Bisa berbagi banyak hal dengan orang yang kita cintai dan saling menjaga juga berkomitmen bersama-sama. Itulah yang selama ini diajarkan oleh Kakekku. Namun, Aku terkejut dengan sikap Prabu yang merancang sebuah “pernikahan” yang isinya hanya sandiwara. Hanya memberi panggung di depan penonton saja. Tapi, di belakang panggung kembali seperti semua dan memiliki kehidupan masing-masing.Aku pun teringat, saat itu Nyonya Mirna pernah bercerita mengenai Prabu. Kebetulan juga, Prabu sedang pergi keluar sehingga nenek berani terang-terangan di depanku.“Nak Eka, sudah punya pasangan?” tanya Nyonya Mirna secara dadakan kaya tahu bulat.“Ah … belum nek. Saya, dari lahir masih jomblo. Hehe … “ jawabku dengan guyonan.Dengan tersenyum, Nyonya Mirna membalasnya, “Nenek yakin, pasti kamu bakal ketemu sama jodoh Nak Eka yang baik. Nanti akan ada sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status