Semua Bab Cinta dan Dendam: Bab 41 - Bab 50
73 Bab
Chapter 41
Tampak Maylin tengah menopang kepalanya yang menyamping dengan satu tangan di atas meja. Kerutan di keningnya makin dalam, larut dalam pemikirannya mencari cara agar bisa lolos dari pengawal Elian.“Ini pesanan Anda, Miss,” tiba-tiba muncul seorang pria berbadan besar, memberikan paper bag berisi makanan dan minuman kepada Maylin.“Gosh! Kau mengagetkanku!” maki Maylin.“Maaf telah mengejutkan, Miss.”“Terima kasih. Kau boleh istirahat. Aku tak akan ke mana-mana. Atasan bosmu memintaku makan siang bersamanya.” Maylin menerima paper bag dari Glax dan dibalas pria itu mengangguk.*****Mata besar Valo melirik angka di sudut kanan layar komputernya. Kurang dari lima menit lagi, jam makan siang akan tiba. Merasa tidak ingin membuang waktunya, ia hendak menghubungi sekretaris Elian melalui intercom. Namun, tangannya berhenti di udara tatkala ada ketukan dari pintu.“Makan siang sudah disiapkan, Sir. Anda ingin makan sekarang ata—”“Sekarang saja! Perutku sudah lapar,” Valo menyela dengan c
Baca selengkapnya
Chapter 42
Jantungnya berpacu cepat dan bibirnya bergetar. Bayangan dirinya akan kehilangan wanita itu, membuat rasa cemasnya berlipat-lipat. Ia berdiri di dekat sofa, menatap nanar wanita itu sedang diperiksa oleh Dokter pribadinya.“Bagaimana?” tanyanya begitu melihat Dokter Derloy melepaskan stetoskop yang menggantung di leher. Suaranya terdengar khawatir saat berucap.“Wanita ini mengalami post-traumatic stress disorder.”“Gangguan stress pascatrauma?” Valo tersentak kaget mendengar jawaban Dokter Derloy.“Gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis seperti perang, kecelakaan, bencana alam dan pelecehan seksual. Usahakan hindari pasien teringat pada salah satu peristiwa yang membuatnya trauma.” Dokter Derloy menulis sesuatu pada secarik kertas.Trauma? Dari hal apa? Terakhir dalam perbincangan kami mengenai kekasihnya yang meninggal karena kecelakaan. Apakah hal itu yang memicu penyakitnya kambuh? Pertanyaan berputar dalam benak Valo.“Ini resep obat antidep
Baca selengkapnya
Chapter 43
“Sel darah putihnya menurun. Dengan terpaksa jadwal kemoterapi yang seharusnya lusa, tidak dapat dilakukan. Kita tunggu dalam seminggu dan saya sarankan selama itu nyonya Banara dirawat di rumah sakit untuk diberikan perawatan intensif.”“Baiklah, lakukan yang terbaik untuk adik saya, Dokter. Dia muntah-muntah terus dan nafsu makannya pun menurun drastis.” Tangis yang ia tahan sedari tadi, kini mengalir jatuh membasahi pipinya.“Mual dan muntah memang efek samping yang paling umum terjadi. Selain ini, apa masih ada keluhan lain?”“Rambut mulai rontok, sering mengeluh pusing … umm, lalu ….” Fifi mencoba mengingat-ingat apa saja keluhan yang pernah diucapkan keluar oleh adiknya itu. “Oh ya, adik saya beberapa belakangan ini meringis sakit tulang, Dok,”“Nyeri pada tulang?”“Iya, Dokter. Apakah keluhan itu tidak wajar?” Fifi berbalik tanya saat mendapati ekspresi terkejut di wajah Dokter Reese.“Keluhan itu lebih mirip seperti gejala pada kanker tulang, tetapi mungkin saja itu karena sal
Baca selengkapnya
Chapter 44
“Suara tidak dapat mengukur umur seseorang, Dalbert,” sahut Leonel seraya menggelengkan kepalanya.“Kau melupakan kejadian saat kita sedang menjalankan misi dari klien di salah satu negara Asia Tenggara? Hampir saja aku diperkosa oleh makhluk wanita jadi-jadian itu.” Leonel tertawa terbahak-bahak ketika ingatan itu kembali terbayang.Dalbert memelankan tawanya ketika luka di perutnya terasa perih dikarenakan otot perut ikut bergetar tatkala dirinya kelepasan tertawa keras-keras. “Itu salah Tuan sendiri. Tuan tidak bisa menahan gairah bila sudah bertemu dengan wanita cantik,” ucapnya.“Aku pria normal, Dalbert. Salahkan mereka yang hanya melakukan operasi pembuatan dada, tetapi tidak pada alat kelaminnya.” Leonel menggeleng, masih tergelak tawa. “Siapa yang menyangka di balik wajah cantiknya, tubuh semampainya dan seksi serta suaranya yang halus, ternyata seorang waria.”“Tetapi kejadian itu tidak membuat Tuan jera bermain-main dengan wanita.”“Kau akan tahu sendiri nanti bagaimana ras
Baca selengkapnya
Chapter 45
Valo tahu kamera pengintai di sudut ruangan ini tidak dinyalakan oleh Elian. Kamera itu dipasang hanya untuk memberikan kesan bahwa segala aktivitas dalam ruangan tersebut direkam oleh kamera video.Tak akan ada orang yang bersedia memberikan barang bukti kejahatannya, kecuali bila memang ia tidak melakukan perbuatan tersebut. Oleh karena itu, ia berpura-pura mengatakan akan memeriksa rekaman cctv agar wanita itu mempercayainya.“Ti— tidak perlu!” Dengan cepat Maylin menyergah Valo yang hendak memanggil Riccardo. Kemudian menundukkan kepala untuk menutupi rona merah di wajahnya.“Alright, tetapi kau harus berhenti mencurigaiku,” ucap Valo santai. Tampak senyum kemenangan menghiasi wajahnya.“A— aku tidak curiga! Hanya … lebih bersikap waspada saja!” elak Maylin seraya mengerucutkan bibir. “Salahkan dirimu sendiri yang menyerang seenaknya disaat pertemuan pertama kita sehingga menciptakan citra yang buruk untukmu.”Valo terkekeh dan tersenyum lebar. “Jika aku tahu bahwa kau wanita pend
Baca selengkapnya
Chapter 46
Skotlandia, Sebuah kamar di salah satu hotel berbintang, tampak seorang pria duduk di sofa yang menghadap jendela kaca lebar, disuguhi pemandangan panorama alam yang indah. Namun sayang, keindahan itu tidak mampu menarik perhatian pria itu yang memejamkan kedua matanya. Kerutan dalam di keningnya menandakan dirinya tengah memikirkan sesuatu, entah apakah itu. Seorang pria lain berjalan menghampiri Bosnya itu seraya membawa sebuah laptop hitam di tangannya. “Sir Crusio telah online, Sir,” lapornya. Kelopak matanya terbuka, menunjukkan sepasang mata yang tajam. Hanya sesaat, karena detik berikutnya ia memasang wajah datar. [Bagaimana, Nox? Berhasil meringkus mereka?] Suara bariton berat terdengar bersamaan munculnya wajah Crusio tanpa topeng dari layar laptop setelah kaki tangan kepercayaan Nox meletakkan komputer jinjing itu ke meja. Crusio yang tidak sabar menunggu Nox kembali dari tugasnya dengan segera melakukan meet room. “Terjadi pertarungan. Jasadnya langsung kubakar di dala
Baca selengkapnya
Chapter 47
Tampak Maylin tengah berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Tangan kanannya terlihat memegang sebuah ponsel yang ia tempelkan di telinga sisi sebelah kanannya sementara tangan kirinya masuk ke dalam mulut dan mengigit kuku jarinya demi menenangkan diri akibat perasaan gugup dalam dirinya. Jantungnya kini berdebar lebih cepat dari biasanya.“Kesibukan apa yang sedang dilakukannya? Kenapa kak Leo masih belum juga mengangkat telepon?” keluh Maylin mulai frustrasi lantaran dirinya hendak meminta bantuan pria itu untuk kabur dari penjagaan ketat para pengawal Elian, tetapi Leonel tidak dapat dihubungi.“Aargh!” jeritnya sembari membanting ponsel ke atas ranjang. “Untuk apa menawari bantuan kalau dihubungi saja sulit begini?” decaknya kesal tatkala Leonel masih saja belum mengangkat panggilannya untuk kesekian kalinya.Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar diketuk dari luar, kemudian disusul suara pertanyaan dari salah seorang pengawal, “Is everything alright, Miss Pramanta?”“A— aku bai
Baca selengkapnya
Chapter 48
Lot berusaha merusak jendela yang terbuat dari kaca tempered. Sebuah kaca yang dibuat dengan melalui proses pemanasan dan pencampuran bahan kimia untuk membuat kaca tersebut menjadi lebih kuat dan lebih aman dibandingkan dengan kaca biasa.Hampir seluruh penthouse Elian menggunakan kaca jendela yang terbuat dari tempered glass untuk memberikan keamanan ekstra, juga menghindari kaca tidak mudah pecah apabila mendapatkan tekanan atau benturan yang keras.Sedangkan Glax berkomunikasi dengan rekan tim lainnya melalui earpiece. Salah satu alat komunikasi rahasia yang menempel di telinga dengan cukup mengangkat satu tangan, lalu menyentuh salah satu telinga untuk mendengar laporan atau perintah.“Kami berdua terkurung di balkon kamar Miss Pramanta! Jangan biarkan dia lolos atau kita benar-benar tidak bisa melihat matahari terbit esok hari!” lapornya dalam bahasa Italia.Baru saja mereka mendapatkan laporan tersebut, tiba-tiba sebuah suara barang pecah belah terdengar nyaring di telinga dua
Baca selengkapnya
Chapter 49
Senyum Valo merekah sempurna tatkala melihat wanita yang sedang ditungguinya keluar dari pintu lobby. Dengan cepat ia menghampiri wanita itu dan menarik lengannya yang hendak masuk ke dalam taksi.“Kau ….” Sepasang netranya membelalak besar menatapnya. Tidak berselang lama, ia memelotot sebal. “Lepas!”“Harus kuakui kehebatanmu bisa lolos keluar dari sana, Snowflake. Pantas saja kau begitu percaya diri menolak bantuanku.” Senyum Valo jauh lebih mengembang dari beberapa detik yang lalu.Maylin menoleh ke belakang ketika indra pendengarnya menangkap namanya. Wajahnya tampak panik melihat keempat pengawal itu berlari ke arahnya. “Lepaskan! Aku harus segera pergi!” Berusaha menarik tangannya, tetapi cengkeraman Valo terlalu kuat.“Apa maumu? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk meladenimu!” sentak Maylin kesal, setelah ia meminta sopir taksi untuk menunggunya sebentar.“Kencanlah denganku!” sahut Valo tanpa rasa sungkan.Tentu saja ajakan itu membuat Maylin terkejut. “Kau hanya meminta k
Baca selengkapnya
Chapter 50
“Kau baik-baik saja, Maymay? Ada yang terluka?” tanya Brianna dengan nada penuh kecemasan melihat tubuh Maylin bergetar hebat serta wajahnya pucat pasi.Napas Maylin terengah dengan air mata yang membasahi wajahnya. Mulutnya bergerak, hendak mengucapkan sesuatu, tetapi akibat bibirnya yang gemetar, ucapannya terdengar tidak jelas.“Kau membutuhkan sesuatu? Bicaralah yang jelas, Maymay! Aku tidak paham maksudmu!” Wajah Brianna tampak begitu panik. Air matanya siap tumpah ruah melihat kondisi temannya dalam keadaan tidak baik-baik saja.Matanya melirik cepat ke sisi kanan dan kiri, hendak meminta pertolongan. Akan tetapi, ketika netranya menangkap perbuatan seorang pria yang tengah menggeledah tas Maylin, ia lantas menarik kasar tas itu. “Dasar pencuri! Pergi atau kulaporkan pada polisi!” bentaknya.“Tolong berikan tas itu padaku! Aku harus segera mengambil obat untuknya!” ucap pria itu.“Kau pikir aku mudah dibohongi?” Brianna bersiap akan berteriak, tetapi pria itu merampas tas di tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status