Semua Bab Ketulusanku Dibalas Pengkhianatan : Bab 31 - Bab 40
150 Bab
Bab 31
"Mana teh untukku, Sin?" tanya Mas Yudi menghampiriku yang sedang masak nasi goreng dan hampir matang. Kemudian ia menarik kursi dan duduk menungguku menyuguhkan sarapan.Aku tersenyum miring melirik ke arahnya.Tanpa menyahuti pertanyaannya.Aku tuang nasi goreng ke dalam dua piring, dan meletakkannya di meja makan, tepat depan kursi tempat biasa aku duduk, dan di depan kursi biasa Rizki duduk. "Sin, kok nasi gorengnya cuma dua piring, buatku mana, Sin?" tanyanya lagi melihat ke arah nasi goreng yang masih mengepul asap di atasnya. Kemudian menatapku dengan tatapan aneh, tampak bingung."Nasi sisa semalam cuma cukup untuk dua piring, Mas!" jawabku, santai."Lalu aku sarapan apa, Sin?" tanya Mas Yudi, dengan intonasi sedikit meninggi."Bukan kah beberapa hari lalu kamu biasa sarapan bersama calon istri mudamu, Mas!" jawabku sambil mencuci tanganku di wastafel.Mas Yudi membuang napas dengan kasar, sepertinya ia sedikit kesal dengan ucapanku."Bukankah tadi malam, kita udah baikan, Si
Baca selengkapnya
Bab 32
Sekitar tiga puluh menit aku sampai di sebuah Mall yang lumayan besar di pusat kota Surabaya ini. Ting! Bunyi pesan masuk berdenting di ponselku yang tersimpan di dalam tas handbag. Segera aku membuka tas, dan mengambil benda pipih itu. [Sin, langsung ke lantai 3 ya, di food court][Oke] balasku.Aku langsung mengamit tangan Rizki dan berjalan menuju Lift. "Mah, kita mau jalan-jalan, ya?" tanya Rizki. Sambil melihat-lihat ke kanan ke kiri, di tengah keramaian Mall ini."Iya, Sayang!" jawabku singkat. Kami menaiki lift menuju lantai tiga sesuai arahan Hana. Tak butuh waktu lama untu sampai ke lantai tiga, aku edarkan pandangan mencari sosok sahabatku."Sintya! Di sini!" Panggil Hana melambaikan tangan ke arahku yang tak jauh dari lift, tampak ia duduk bersama seorang laki-laki, mungkin itu temannya yang akan membantuku mengurusi urusan ini.Aku balas dengan lambaian tangan, kemudian menghampirinya. "Duduk, Sin!" ucap Hana menepuk kursi di sampingnya."Maaf menunggu lama ya, Han?"
Baca selengkapnya
Bab 33
"Rizki, Mamah duduk di sana ya, sama Tante Hana dan Om Ferdi, Rizki jangan nakal dan hati-hati ya, kartunya juga jangan hilang ya, Nak!" pesanku sebelum meninggalkannya.Aku beranjak kembali ke meja tempat kami duduk, tak lupa juga aku titip pesan pada pengawas arena bermain, untuk membantu Rizki saat akan menggunakan permainan. Makananku sudah tak sehangat tadi, kulirik makanan Hana dan Ferdi sudah tinggal seperempat, mereka makan cukup lama karena diselingi ngobrol. Aku pun mulai makan, sesekali aku sikut lengan sahabatku yang tampak merah merona pipinya. "Mbak!" Ferdi memanggil salah satu waiters untuk datang ke meja ini. "Minta billnya ya! Dan tolong ini di bereskan," ucapnya dengan sopan.Gadis muda yang menggunakan pakaian seragam restoran ini mengangguk."Baik, Pak!" ucapnya dengan ramah, Tak lama seorang temannya datang dan membereskan meja kami, di susul olehnya membawakan bill pembayaran. Ferdi membaca struknya kemudian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada
Baca selengkapnya
Bab 34
Aku menoleh ke arah tempat Rizki, tampak ia masih asyik bermain, aku hendak menemuinya dan mengajaknya pulang.Baru saja aku bangun dari tempat dudukku, dari kejauhan aku melihat sosok yang sangat kukenal, bahkan baju yang di kenakannya itu adalah baju yang aku belikan, pemandangan ini seketika membuat dada ini kembali sesak. Meskipun rasa cintaku pada Mas Yudi berlahan pudar, semenjak aku memergokinya bergumul dengan perempuan murahan itu, tapi tetap saja rasa sakit hati itu tetap ada.Mas Yudi! Yah, yang aku lihat itu Mas Yudi, ia sedang berjalan bersama perempuan jalangnya itu, tangan kanannya merangkul bahu wanita murahan itu, sedangkan wanita itu tampak senang, sesekali mencium pipi lelaki yang masih sah suamiku itu. Aku menatap nyalang punggungnya yang makin menjauh.Ingin kuhampiri mereka untuk meluapkan rasa kesalku, tapi semua itu percuma keduanya sama-sama tak punya adab.Kuurungkan niatku untuk menghampiri mereka, percuma saja jika aku marah-marah pada kedua manusia tak ada
Baca selengkapnya
Bab 35
Aku meraih ponsel pintarku yang tergeletak di atas nakas, aku menghubungi Rizal ingin menanyakan kodisi galeri, apakan semua baik-baik saja."Halo, Rizal! Gimana kondisi hari ini, semua berjalan lancar? Apa hari ini Mas datang ke galeri?" tanyaku bertubi-tubi."Halo, Mbak Sintya, santai Mbak! nanya satu-satu donk!" Terdengar suara Rizal terkekeh, di seberang sana."Maaf ya, Zal! Mbak, kan lagi banyak masalah, jadi begini deh," jawabku."Semua berjalan lancar, Mbak! Kerjasama dengan para klien juga berjalan lancar. Mas Yudi dari pagi di sini, tapi saat makan siang tadi beliau keluar, hingga sekarang belum kembali," jawab Rizal.Sudah kuduga, pasti sedang asyik jalan-jalan bersama wanita jalang itu, di mall. Sudah menjadi tabiat lelaki itu sekarang, jika sudah bermain gila ia akan lupa semuanya termasuk urusan pekerjaannya.Rasanya muak dan aku tak sabar mengambil alih semuanya, aku ingin lihat bagaimana ekspresi dua manusia itu saat menyadari semuanya, aku yang terlihat diam dan lemah
Baca selengkapnya
Bab 36
Pov YudiSintya sudah mengetahui hubunganku dengan Eva, aku sungguh kaget bukan kepalang, tak menyangka Sintya datang ke rumah Eva tepat saat kami sedang melakukan hubungan intim. Rasa kaget, malu, hina semua bercampur jadi satu.Kata maaf yang tulus kuucapkan pun seakan tak berarti apa-apa bagi Sintya. Nasi sudah menjadi bubur, jika aku di suruh memilih Sintya atau Eva, aku ingin memiliki keduanya, Eva sudah menemaniku dari titik nol, bahkan ia rela aku ajak pindah ke kota kelahiranku ini, dan memulai usaha dekor dari nol, ia pun rela memberikan semua uang tabungan miliknya untuk membangun semua impianku.Tapi aku tak bisa menolak pesona Eva yang begitu mampu membangkitkan semangatku, di saat Sintya mulai sibuk di rumah, diam-diam aku menjalin hubungan dengan klienku yang cantik dan mempesona itu.Ah sudahlah, semua sudah terjadi apa mau di kata. Aku yakin, lama-lama Sintya pasti mau menerima Eva, ia sangat mencintaiku dan aku yakin ia akan menerima Eva menjadi madunya. Buktinya kem
Baca selengkapnya
Bab 37
"Mas Yudi, kamu kemana aja sih! Beli minum aja lama banget!" rajuknya."Maaf, Sayang! Tadi Mas sekalian cari ATM, jadi agak lama. Kamu sudah selesai belanjanya? udah donk jangan ngambek," rayuku mencolek pipi mulusnya. Ia sedikit tersipu, karena beberapa SPG toko tersenyum melihat kami."Sudah tuh, di kasir tinggal bayar." Sintya menunjuk kasir dengan dagunya."Berapa total semuanya, Mbak?" tanyaku pada petugas kasir. Setelah semua belanjaan Eva selesai di scan."Totalnya jadi dua juta enam ratus ribu rupiah, Pak!" jawabnya.Deg! Uang cash yang aku ambil di ATM tadi tidak cukup untuk membayar belanjaan Eva, aku sedikit gugup melihat isi dompetku."Kenapa, Mas! Bukanya kamu tadi abis ambil uang di ATM kan? Kenapa bingung gitu?" tanya Eva mungkin melihat ekspresiku."Ng–Nggak apa-apa, Sayang! Mbak, pakai kartu debit bisa ya, Mbak?" ucapku menyerahkan kartu ATMku pada wanita cantik petugas kasir itu."Bisa Pak." jawab petugas kasir bernama Intan, terlihat dari nametag yang tersemat di d
Baca selengkapnya
Bab 38
Sore hari seperti janjiku, aku kembali ke rumah Eva."Mas, kamu kapan akan menceraikan istrimu?" tanya Eva, padaku yang baru saja tiba dan merebahkan tubuhku di sofa."Eva, Kamu tak keberatan kan, jika kamu jadi yang kedua, aku tak bisa jauh dari Rizki anakku," jawabku. Raut wajahnya berubah masam mendengar jawabanku."Kamu tenang aja, Sayang! Aku janji akan lebih banyak waktuku bersama kamu," tambahku lagi merayunya."Bener, ya! Aku mau kamu lebih banyak waktu di sini, sama aku," sahutnya dengan manja. Aku tersenyum. "Dua Minggu lagi jadi kan kamu nikahin aku, aku udah bilang sama orang tuaku, dan mereka akan kemari minggu depan," tambahnya lagi. Aku terdiam sejenak menatap wajah ayunya."Iya jadi donk, Sayang! Kamu udah bilang juga kan sama orang tuamu kalau kita akan menikah secara siri terlebih dahulu?" tanyaku."Iya aku udah bilang kok, dan mereka nggak keberatan, apalagi calon mantunya seorang pengusaha dekor, mereka pasti bangga aku punya suami orang kaya sepertimu, Mas!" Eva
Baca selengkapnya
Bab 39
Malam ini aku akan tinggal di rumah ini sebagai sepasang pengantin baru. Entah kenapa aku justru kepikiran Sintya dan Rizki. Ah, Mungkin karena saat acara ijab kabul tadi Sintya tak hadir di sini. "Mas! Kok bengong, sih!" ucap Eva tiba-tiba, mengagetkan aku yang sedang duduk di teras rumahnya."Nggak apa-apa kok, Sayang!" kilahku melempar senyum ke arah wanita yang sudah sah secara agama ini."Ayo, masuk! Bapak mau bicara," ucapnya kemudian meraih tanganku dan menggandengnya masuk ke dalam rumah.Pak Burhan dan Ibu Ita kedua orang tua Eva, serta Ari adik laki-lakinya tengah duduk di ruang tengah."Duduk Yudi, Bapak pengin ngobrol-ngobrol aja sama kamu," ucap Pak Burhan.Aku mengangguk kemudian duduk berbaur dengan mereka."Jadi kamu ini seorang pengusaha dekor ya Yud?" tanya Pak Burhan."Iya Pak, Alhamdulillah, usaha yang saya rintis dari nol kini mulai berkembang," jawabku santai, sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng yang di hidangkan oleh ibu mertuaku."Gini, Yudi, Bapak s
Baca selengkapnya
Bab 40
Tak berapa lama pesan darinya kembali masuk.[Makasih, Mas! Nanti sore pulang ke rumah Eva lagi ya, Mas.] Disertai emoticon kiss with heart.Aku tersenyum, tadinya aku berencana pulang ke rumah Sintya, tapi ...Tak ada salahnya malam ini aku kembali ke rumah Eva, menikmati masa-masa pengantin baruku bersamanya. Lagi pula aku malas bertengkar dengan Sintya, gumamku.Sore hari aku pulang ke rumah Eva, saat aku sampai di Eva sudah cantik seperti hendak pergi ke suatu tempat."Kamu mau kemana, Sayang?" tanyaku padanya."Aku mau ke salon sebentar ya, Sayang," jawabnya sambil meraih tas tangan yang tergeletak di sofa."Mau aku antar?" "Tak perlu, Sayang. Salonnya deket kok, aku bawa motor sendiri aja," elaknya."Oke, baiklah. Hati-hati ya."Ia mengangguk dan melenggang keluar rumah. Aku sedikit heran padanya, suami pulang bukannya di bikinin teh atau makanan, malah pergi ke salon. Ah, mungkin ia memang sudah ada janji dengan pemilik salon, karena biasanya sebelum ia ke salon, ia membuat ja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status