All Chapters of Ketulusanku Dibalas Pengkhianatan : Chapter 11 - Chapter 20
150 Chapters
Bab 11
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, kenapa aku tidak terpikirkan samasekali untuk datang ke alamat rumah Eva. Aku menepuk jidatku merutuki kelalaianku sendiri. Aku mencekal lengan Hana yang mulai beranjak usai memakai sepatunya."Tunggu Han! Kenapa kita nggak terpikirkan untuk datang ke rumah Eva, kan aku ada alamatnya info dari Rizal kemarin!" ucapku pada Hana, dia sontak menjitak pelan kepalaku. Aku hanya nyengir.Saat kami berjalan menuju motor yang terparkir, tiba-tiba ponselku berdering, tertera nama Rizal di layar ponselku. Segera aku geser tombol warna hijau."Halo Assalamualaikum Zal!""Waalaikumsalam, Mbak Sintya! Segera buka pesan dari aku Mbak!" ucapnya langsung tanpa basa basi.Seketika aku melihat tirai layar ponselku, ah benar ternyata Rizal telah mengirimkan pesan sepuluh menit yang lalu."Oke Zal! Mbak segera buka pesan darimu ya!" "Oke, Mbak!" Rizal mengakhiri panggilan usai berpamitan. Segera aku buka pesan dari Rizal, ternyata isi pesannya sebuah gambar, dengan capti
Read more
Bab 12
Tanpa pikir panjang aku raih daun pintu dan membukanya dengan kasar, beruntung pintu itu tak terkunci, entah apa yang ada pikiran mereka sampai lupa mengunci pintu depan dan pintu kamar, atau mungkin ini cara Allah tunjukkan padaku untuk menangkap basah perbuatan hina mereka.Braak!Pintu kamar itu terbuka lebar dengan sekali hentak.Seketika mataku membulat sempurna seakan mau lompat dari tempatnya, darahku seakan naik dengan cepat hingga ke ubun-ubun, melihat pemandangan yang ada di hadapanku, disertai napas naik turun.Lidahku rasanya kelu menyaksikan orang yang masih sah menjadi suamiku kini sedang melakukan hubungan layaknya suami istri dengan wanita lain yang jelas-jelas bukan muhrimnya.Aku menutup mulut ini rapat-rapat dengan jari tanganku. Melihat dua manusia tak ada akhlak itu."S–Sintya!" Mas Yudi terlonjak dari ranjang, ucapanya terbata, saat melihatku membuka pintu kamar itu dengan kasar, ia pasti kaget tentunya. Mungkin ia tak pernah menyangka aku bisa berdiri di sini se
Read more
Bab 13
Aku beringsut mundur dan menarik tangan Hana untuk keluar dari rumah itu, terlihat Mas Yudi gusar duduk di tepi ranjang, menyugar rambutnya, dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Aku dan Hana keluar, dan aku tutup kembali pintu kamar dengan keras, tak peduli jika pintu itu rusak atau jebol, biar sama dengan penghuninya yang rusak.Dengan langkah cepat aku dan Hana keluar rumah itu."Sin, tunggu!" Tiba-tiba Mas Yudi mencekal pergelangan tanganku. Aku hempasan dengan kasar, dengan sekali hentak tangan Mas Yudi terlepas dan melanjutkan langkahku tanpa menoleh Mas Yudi yang masih terpaku, menyusul Hana yang sudah duduk menunggu di motor."Ayo Han!" ucapku saat sudah duduk di jok belakang Hana. Hana melajukan motorku membelai jalanan yang mulai sepi karena kegelapan malam, Sepanjang perjalanan kami saling diam, mungkin Hana ingin memberiku waktu untuk menenangkan diri setelah peristiwa tadi. Aku melirik jam tanganku, waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam.Ah Rizki, ini sudah wak
Read more
Bab 14
Baru saja aku hendak memejamkan mata ini, terdengar suara pintu di ketuk oleh seseorang dan memanggil namaku, dan aku sangat mengenali suara ini. Aku menutup telingaku dengan bantal dan memilih tak menghiraukannya.Tak berapa lama pintu yang terkunci itu di buka dari luar, siapa lagi kalau bukan Mas Yudi. Aku masih belum terlelap, sekelebat terbayang kembali semua kejadian hari ini, yang membuatku muak."Sin! Buka pintunya, Mas tau kamu belum tidur, kita perlu bicara, Sin!" Terdengar suara Mas Yudi di balik pintu kamar, sesekali mengetuk pelan pintu kamar ini."Sin! Buka pintunya! Kita harus bicara!" ucapnya lagi. Aku masih betah berdiam di sini, tak sepatah katapun keluar dari mulutku untuk menyahutinya."Sintya!" Kali ini ia memanggil dengan sedikit keras."Sintya Mas mohon, buka pintunya!" Lama-lama aku pening juga mendengar suaranya yang berisik.Aku menghela napas panjang dan bangkit untuk membuka pintu."Ada apa lagi sih, Mas!" cetusku setelah pintu kubuka dengan kasar."Sin,
Read more
Bab 15
Aku duduk bersandar di ranjang kecil ini, kupeluk bantal untuk temani sedihku. Meskipun aku berusaha tegar dan garang di hadapan Mas Yudi, tapi sesungguhnya dalam hati ini begitu pilu, aku hanya manusia biasa, perempuan lemah yang mengabdi pada suami hingga berada di kota ini, tapi laki-laki yang aku puja itu kini telah menorehkan luka yang begitu dahsyat menyakitkan. Akan di bawa kemana nasib rumah tangga yang sudah tak sehat ini."Sin, apa kamu yakin dengan pilihanmu? Apa tak sebaiknya kamu pikirkan dulu, dia orang jauh." Terngiang ucapan Ayah saat aku akan menikah dengan Mas Yudi dulu.Seketika bulir bening ini luruh tanpa sanggup aku bendung mengingat ucapan beliau. Sekarang ini aku belum menceritakan semua ini pada siapapun, kecuali Rizal dan Hana. Aku tak tau jika ayah yang berada jauh di kampung halaman, tau tentang masalah ini, beliau pasti akan sangat kecewa. Aku terlelap dalam keheningan.***Seperti biasanya waktu subuh aku bangun dan segera menunaikan kewajibanku sebagai
Read more
Bab 16
"Mamah!" teriak Rizki saat aku sampai di ambang pintu. Ia berlari ke arahku dan memelukku dengan erat, aku pun menyambut dengan hangat pelukannya, semalam saja tidak bersamanya rasanya begitu merindu.Hiks, hiks huhu ... hiks Aku terkejut saat merasakan tangis Rizki pecah dalam pelukanku. terasa air matanya menetes di bahuku, apa gerangan yang membuatnya menangis. Apa yang terjadi hingga ia menangis begitu pilu dan sesegukan.Aku renggangkan sedikit pelukannya, kedua tanganku menangkup wajah tampan jagoan kecilku yang masih terisak."Rizki kenapa, Sayang?" tanyaku lembut seraya menyapu air matanya yang membasahi pipi gembilnya."Mama, semalam Rizki mimpi buruk!" jawabnya memekik, menahan sesak di dadanya.Aku mengerenyit, mendengar jawaban itu, mimpi apakah gerangan, yang bisa membuat anak sekecil menangis pilu."Emang Rizki mimpi apa, Sayang!" tanyaku lagi mengelus rambutnya yang halus.Mbak Yanti tertegun melihat pemandangan bak sinetron di depannya, dan Devan masih duduk di dalam
Read more
Bab 17
Terlihat pancaran senyum dari kedua manusia durjana itu. Ah kenapa rasa nyeri di sini kian terasa.[Dia berada di Kafe dekat kantorku]Sebuah kalimat pesan dari Hana, menyusul gambar yang yang baru saja ia kirim.Segera aku menghubunginya.Tak lama Hana menjawab panggilanku."Halo, Sin!" sapa Hana di seberang sana."Iya, Han! Gimana?" tanyaku."Tak salah lagi, Sin! Eva wanita penggoda, dan gila harta," ucap Hana sedikit berbisik."Posisiku tak jauh dari mereka, hanya saja aku duduk membelakangi mereka, nanti akan aku rekam percakapan mereka," tambahnya lagiTut.Hana memutuskan panggilan secara sepihak. Aku mengerenyit mencoba menguasai hati.1 menit kemudian, Sebuah notifikasi pesan suara atau voice note masuk. Segera aku unduh.Aku sedikit mendekatkan benda pipih itu ke telingaku. Untuk mendengarkannya.Meski pesan suara itu terdengar kurang jelas, namun aku bisa mencerna percakapan mereka."Makasih ya Mas kalungnya bagus aku suka! Tapi kenapa nggak sekalian sama cincin dan gelangny
Read more
Bab 18
Mungkin lebih baik jika aku amankan semua aset ini, sebelum jatuh ke tangan wanita itu, aku yakin ia hanya menginginkan harta Mas Yudi.Tiba-tiba terdengar suara motor Mas Yudi disertai tawa kecil berhenti di depan rumahku. Aku kaget, segera aku mengambil berkas itu dan menukarnya dengan kertas biasa.Dengan langkah cepat aku memasuki kamar Rizki dan menaruh semua berkas penting itu di laci paling bawah lemari Rizki. Bergegas aku keluar untuk melihat Mas Yudi, ia pulang bersama siapa, sepertinya bahagia dengan tawa kecilnya terdengar hingga ke dalam rumah.Aku menuju pintu depan, aku singkap sedikit gorden jendela, dan melihat ke luar.Pemandangan di depan rumah mampu membuat mataku terbelalak, aku menggeleng tak menyangka dengan apa yang kulihat, dengan santai dan mesranya Mas Yudi membawa wanita si*lan ke rumah ini. Benar-benar tak punya perasaan. Entah apa Mas Yudi memang sudah tak punya hati dan perasaan, hingga ia tega menabur garam di atas luka yang baru saja ia torehkan.Aku b
Read more
Bab 19
"Sudahlah Sin! Dengan ataupun tanpa izin darimu, Mas akan tetap menikahi Eva!" "Mamah!" terdengar panggil Rizki dari kamarnya, sepertinya ia sudah bangun.Aku segera bangkit dan berjalan menuju kamar Rizki, tanpa menyahuti ucapan Mas Yudi.Aku peluk erat putra semata wayangku, menahan sesak di dada, pasti Rizki akan bingung dengan kondisi ini."Mamah kenapa? Aku kaya denger suara Ayah tadi, Mah?" tanyanya, masih dalam pelukanku, untuk saat ini hanya memeluknya bisa membuat hati ini sedikit tenang."Mamah nggak apa-apa kok, Sayang! Iya itu Ayah udah pulang tapi ayah sedang ada tamu, jadi Rizki di sini aja dulu ya, jangan keluar kamar dulu," ucapku berbohong, karena tak mungkin aku bilang kalau ayahnya pulang bersama calon mama barunya kan, ia pun mengangguk.Aku beranjak hendak kembali ke ruang tamu, namun saat langkahku tengah diambang pintu antara ruang tengah dan ruang tamu, langkah kakiku tercekat melihat dua orang tak tau malu itu bermesraan di rumah ini.Astaghfirullah ... Ucapk
Read more
Bab 20
Aku meletakkan makanan itu di meja makan, dan membukanya. Makanan bento ala Jepang dua porsi, lengkap dengan dua botol juice.Aku berjalan masuk ke dapur dan mengambil sesuatu, aku yakin dengan ini mereka akan merasa tidak nyaman duduk berduaan dalam waktu lama. hatiku tersenyum simpul. Dengan berjalan pelan aku keluar dari dapur dan menuju kembali ke ruang tamu, segera aku membuka bungkusan itu, dan membuka kotak mika bento, semua aku lakukan dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara, kulirik Eva masih sibuk dengan gawainya dengan sesekali senyum-senyum macam orang gila. Enak saja kalian, datang kesini dan pamer kemesraan di depanku. Aku tidak bodoh, aku kerjain kamu Mas, dan calon istrimu itu, biar ngerti sopan santun. Gerutuku dalam hati sambil menaburkan bubuk obat pencuci perut ke dalam salad. Setelah selesai kulakukan aksiku, aku bungkus kembali seperti semula. Dan segera kumasukkan botol obat pencuci perut itu ke dalam saku gamisku.Mas Yudi juga keterlaluan, beli makanan
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status