Semua Bab Bunga Ilalang, Mahkota perawan desa : Bab 21 - Bab 30
53 Bab
21. Bulan madu 2
Bunga Ilalang Part15_Bulan_madu_2Aku pun buru-buru masuk rumah, sedangkan Mas Adit meneruskan menjemur baju sambil teriak-teriak masih saja mengomeli orang-orang di bawah pohon mangga tadi."Sekarang kalian kenapa diam, nggak godain aku, hah? Dasar laki-laki mata keranjang! Seneng amat nggodain bini orang. Godain tuh sana gadis yang masih bebas!" "Ayo, ah, bubar ... bubar ... bubar!" teriak mereka."Syahdu, aku mau cari sarapan dulu ya, kamu kunci pintunya. Jangan keluar-keluar sebelum aku pulang. Di sini banyak buaya liar!""Buaya, Mas? Syahdu takut! Syahdu mau ikut Mas Adit saja!""Nggak usah, pokoknya diam di dalam, jangan keluar. Nonton TV saja."Setelah Mas Adit pergi, aku pun buru-buru mengunci pintu karena ketakutan. Tak berapa lama Mas Adit sudah datang menenteng plastik."Eh, Dinda udah bangun," sapa Mas Adit sambil menciumi Dinda yang sudah duduk menonton TV."Udah dong, Om. Kan Dinda laper mau makan," ucapku mewakili Dinda."Masih manggil Om juga?! Kamu lupa sekarang aku
Baca selengkapnya
22. Bulan madu 3
Bunga ilalang Part16_Bulan madu 3"Balik ke kontrakan, yuk. Aku nggak tahan, ada yang nyesek nih di bawah.""Nggak mau! Syahdu belum puas muter-muter naik motor!""Iya, nanti habis dari kontrakan kita muter-muter lagi. Cuma sebentar saja, kok.""Mau ngapain?""Bikin adiknya Dinda!""Mas Adit, berhenti! Berhenti!" Kupukul pukul punggung Mas Adit supaya berhenti."Apa sih, Syahdu? Bikin kaget saja!" Mas Adit menepikan motornya dan berhenti."Apaan? Ngganggu orang berimajinasi saja! Nafsuku jadi ilang!""Syahdu mau es krim itu!" Kutunjuk gerobak es krim yang berhenti tak jauh dariku."Ih, malu-maluin kamu Syahdu! Kayak anak TK saja. Lihat badan kamu itu! Sudah emak-emak juga masak jajan es krim di pinggir jalan!""Minta duit!" "Belum juga aku dikasih apa-apa, udah malak duluan kamu. Nih, uangnya! Buruan! Aku tinggal, nih!""Tungguin Syahdu, jangan di tinggal."Iya, sana, buru!" Aku pun berlari ke arah gerobak es krim. Entah kapan terakhir kali aku makan es krim. Dulu setiap Bapak ke
Baca selengkapnya
23. Akhir bulan madu
Bunga Ilalang Part 17_Akhir bulan madu"Sudah diem nangisnya!""Mereka jahat sama Syahdu! Mereka mau menyakiti Syahdu!" Aku masih saja tergugu walaupun Mas Adit sudah memelukku dan mengusap-usap kepalaku dalam perjalanan kami ke tempat parkir motor."Kamu tadi sudah lihat, kan, orangnya sudah kutonjok! Suamimu ini jago, Syahdu. Kamu tenang saja. Nggak bakal ada yang berani menyakitimu lagi.""Makasih, Mas Adit.""Apa?! Coba ulang, Syahdu! Nggak denger!""Makasiiiih, Mas Adit!" teriakku."Cium!" Dia memegangi pipinya dengan jari telunjuknya tapi aku nggak ngerti maksudnya."Apa?""Kamu cium pipiku sini, Buruuu!" Karena dipaksa, akhirnya kucium juga pipinya dan dia senyum-senyum tak jelas sambil mengusap usap pipinya. "Kamu cepet sembuh, dong, Syahdu.""Memangnya Syahdu sakit.""Nggak, cuma nggak nyambung! Buruan naik ke motor!" Baru saja motor mau jalan, ada yang manggil-manggil Mas Adit dari arah belakang."Tunggu, Dit!""Apa, apa, Sap?""Besok Sabtu rencana anak anak Mapala mau me
Baca selengkapnya
18. Pulang kampung
#BUNGA_ILALANG#Part18_Pulang_kampungIni pertama kalinya aku naik bus. Perutku rasanya tidak enak. Kepalaku juga pusing. Keringat dingin terus mengucur dari dahiku. Aku coba tahan dengan menyandarkan kepala di kursi dan memejamkan mata tapi tetap saja pusing dan mual."Mas Adit, aku mual, mau muntah.""Kamu mau mabuk? Tahan! Awas aja ya kalau muntah sekarang! Tadi plastik yang kusuruh bawa mana?" Mas Adit terlihat panik."Di tas. Aku nggak tahan, Mas!" "Tahan! Aku ambil plastik dulu. Udik kamu, Syahdu, naik bus bagus masih aja muntah!" gerutu Mas Adit sambil mengaduk-aduk tas yang ada di bawah kakiku mencari plastik.Aku berusaha menahan tapi isi perut terus terdorong keluar dan akhirnya keluar juga tepat di punggung Mas Adit yang sedang menunduk di depanku mengacak-acak tas yang ada di bawah mencari plastik.Lega rasanya. Rasa mual hilang, kepala pun jadi enteng."Syahduuuuuu! jorok kamu! Dasar nggak tahu sopan santun. Dibilangin tahaaaaaan!" "Aku nggak tahan. Mas Adit ngapain lep
Baca selengkapnya
19. Ketemu mertua
#Bunga ilalang #part 19_Ketemu_mertua"Perkenalkan, Ma, Pa, ini Syahdu istriku.""Kamu pikir Mama bakal kaget terus pingsan gitu dengar itu. Mama sama Papa sudah hafal dengan keisenganmu.""Eh, kali ini beneran, Ma, Adit nggak iseng. Ini bini baruku.""Jangan-jangan kamu nemu perempuan gila ini di jalanan terus kamu bawa pulang, Dit.""Iya, Ma, bener. Nemu dijalanan terus kunikahi. Kasihan, Ma, terlunta lunta di jalanan.""Adiiiiiiit! Sudah hentikan bercandamu itu. Siapa pun perempuan itu, bawa keluar dari rumah ini. Apa kata tetangga nanti. Dikiranya papamu bawa madu ke rumah.""Kebenaran lah. Enak kan Madu. Manis. Adit aja suka.""Pokoknya Nih, habis makan bawa pergi perempuan itu!""Mana bisa, Ma. Syahdu sudah sah jadi istriku. Kemana Adit pergi dan tinggal, Syahdu bakalan ikut aku. Sebentar, Ma." Mas Adit pergi menuju kamarku tapi tak berapa lama datang lagi membawa 2 buku kecil."Ini, Ma, Pa, buktinya kalau Syahdu itu menantu Mamak sama Abah dan Dinda cucu Mamak sama Abah."Mas
Baca selengkapnya
26. Surga Dunia (1)
"Mas Banyu!" secara spontan nama itu keluar dari mulutku lalu buru-buru kututup dengan telapak tangan, takut Mas Banyu bangun.Tapi tiba - tiba tubuhnya menggeliat lalu wajahnya menghadap ke arahku. Sontak Mas Banyu bangkit, terperanjat, matanya membulat menatapku."Syahdu!"Kakiku gemetar, aku ingin cepat-cepat berlari menjauh dari pintu kamar tapi kenapa kakiku begitu sulit diangkat. Dengan susah payah aku terus melangkah cepat tapi baru saja sampai di ruang depan, Mas Banyu berhasil mencekal lenganku lalu menariknya masuk ke kamar kemudian menutup pintu kamar."Syahdu, ini benar kamu kan, Syahdu? Aku nggak mimpi, kan? Alhamdulillah, akhirnya kita dipertemukan. Kamu baik-baik saja, Syahdu? kemana saja kamu? Kamu tahu aku hampir gila mencarimu." Cerca Mas Banyu tanpa jeda dengan mencekal lenganku menatapku dengan mata berkaca kaca lalu menyandarkan tubuhku pada tembok. Dadaku berdebar debar mencium aroma tubuhnya yang begitu dekat dan wajahnya yang tepat di depanku, sangat dekat."
Baca selengkapnya
27.Surga dunia 2
"Jangan sakiti aku, ya, Mas!""Bagaimana mungkin aku menyakitimu! Kamu perlu tahu, Syahdu, aku itu sayang kamu! Ngerasa nggak sih, kalau kamu kusayang?! Kebangetan kalau nggak bisa ngerasain!" Mas Adit membalikkan tubuhku, mencium keningku dengan lembut lalu matanya menatapku lama. Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di bibirku. Dia lumat habis-habisan. Kupukul pukul dadanya. "Kenapa, Syahdu?" Mas Adit akhirnya menghentikan ciumannya."Syahdu nggak bisa napas!" Aku terengah engah sambil mengatur nafasku, rasanya seperti kehabisan napas."Itu karena kamu tegang. Rileks ... nikmati, Syahdu. Ini tuh rasanya dasyat banget."Aku tak bisa menikmati karena di pikiranku masih saja ada Mas Banyu. Mataku terpejam ketika bibir Mas Adit kembali mengecup bibirku dan kali ini dia melakukannya dengan sangat lembut. Aliran darahku mulai berdesir desir. Apalagi ketika bibirnya berkelana ke sekujur tubuhku.Aku mulai tidak bisa mengendalikan diri. Kata-kata yang keluar dari mulutku mulai aneh. Meracau,
Baca selengkapnya
28. Mas Adit vs Mas Banyu
Pagi ini, setelah mandi keramas lagi dan salat subuh, Mas Adit mengajakku jalan-jalan. "Mas Adit, Syahdu susah jalan.""Kenapa, Syahdu?""Perih.""Sini, kutiup ya, biar perihnya ilang.""Nggak mau!""Ha ... ha ... ha. Atau mau lagi?""Mas Adiiiit!" teriakku gemes sambil kupukul pukul dadanya tapi buru-buru Mas Adit mencekal lenganku dan memeluk lalu menciumi keningku bertubi tubi. "Sudah, ah, takut kesetrum lagi. Ayo, Syahdu buruan berangkat, keburu siang." Dengan rambut yang masih sama-sama basah, kami pun menyusuri jalanan yang masih sepi, menikmati udara sejuk desa ini.Di sepanjang jalan, Mas Adit menggandengku, sesekali memeluk bahuku walaupun kadang kusingkirkan lengannya kalau berpasasan dengan orang, malu."Mbah Syahdu? Ini Mbak Syahdu, kan? Dan ini pasti suaminya Mas Syahdu," setiap ketemu orang pasti menyapaku begitu."Kamu terkenal juga ya, Syahdu, di desa ini. Mantan bunga desa ya.""Itu tadi kan tetangga-tetangga Syahdu. Teman Bapak." "Teman Bapak? Kenapa kamu tadi
Baca selengkapnya
29. Cerai ?
#BUNGA_ILALANG#Mahkota_perawan_desa#Part 22_Cerai?Sepeninggal Embah, kita tinggal bertiga sama Dinda di ruang tengah. Aku memangku Dinda yang sedang mainan panci sama sendok. Sedangkan Mas Banyu duduk di depanku bercandain Dinda."Dinda sekarang udah gedhe, ya. Dah pinter Anak siapa sih ini?" tanya Mas Banyu sambil mengusap usap rambut Dinda."Papa dit, Papa Adit," jawab Dinda polos yang membuat Mas Banyu mengernyitkan dahi."Kok Papa Adit, sih. Salah, Dinda. Dinda anak Ayah Banyu. Ayo bilang A-yah Ba-nyu," pelan -pelan Mas Banyu membimbing Dinda."Ndak mau! Ndak mau!" ucap Dinda sambil menggeleng gekengkan kepala."Siapa sih, Syahdu, Adit itu? Bener dia suamimu?" Aku mengangguk lalu kutundukkan Kepala dalam-dalam karena takut dimarahi."Dia kan yang memaksa menikahimu? Kamu dipaksa kan, Syahdu? Jawab, Syahdu! Karena Mas Banyu tahu, cuma aku satu satunya laki-laki di hati kamu!" Cerca Mas Adit meledak ledak dengan muka berang, seperti menahan amarah."Mas Adit baik seperti Mas Ban
Baca selengkapnya
30. Sayang Mas Banyu
#BUNGA_ILALANG#Mahkota_perawan_desa #Part23_Sayang_Mas Banyu"Mas Adit, seumpama Syahdu meninggalkan Mas Adit, Mas Adit sedih nggak?""Memangnya kamu mau kemana? Kamu tega ninggalin aku? Nanti aku nggak ada teman naik ke puncak lagi.""Syahdu pengin nyusul Bapak. Syahdu pengin dikubur juga supaya bisa nemenin Bapak.""Jangan ngelantur, Syahdu. Terus Dinda?""Dinda kuajak.""Edan kamu!" "Daripada kamu ngelantur, kita jalan-jalan yuk ke kota. Entar kujajanin soto.""Mau ... Mau! Dinda?""Dinda biar di rumah sama embahnya. Pengin pacaran sama kamu, Syahdu. Mumpung Dinda ada yang momong. Nanti kalau sudah di Jakarta susah mo pacaran."Setelah aku dan Mas Adit ganti baju, kita pun pamitan pada mamanya Mas Adit dan Dinda. "Kalian itu ya, mentang-mentang ada baby sister gratisan, pacaraaaaan mulu!""Kapan lagi, Ma. Mumpung Dinda punya Embah baik.""Bocah gemblung!" "Dinda, Papa sama Mama pergi dulu, ya. Dinda main sama Embah putri, ya." Pamit Mas Adit dan Dinda pun mengangguk berulang-
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status