“Insya Allah secepatnya, San, tentu kita tinggal di sana.”“Memang bisa, ya, bayar separo dulu? Kemarin Mbak bilang uangnya baru ada separo.”“Mudah-mudahan bisa, San. Separonya kita bayar 2 atau 3 bulan lagi. Semoga Ibuku bisa membantu.”“Aamiin, Mbak ... Aku jadi tidak sabar.”“Sama, Mbak juga, he he ....”“Mbak bagi uang dong, aku mau beli buku. Enggak banyak cuma 200 ribu rupiah saja,” pinta Intan dia sudah rapi mau berangkat ke kampus. 200 ribu enggak banyak katanya. Itu setara tenagaku 1 hari. Lagi pula aku tidak percaya dia minta untuk beli buku. Palingan juga untuk nongkrong di kafe bareng teman-temannya.“Enggak ada,” jawabku singkat.“Pelit amat Mbak? Kan, Mbak sewa ruko aja bisa masa aku minta duit 200 ribu rupiah saja tidak dikasih?”“Terserah akulah, mau kasih atau tidak. Kan, duit-duitku.”“Mbak, tolong ... please sekali ini saja,” rengek Intan.“Baiklah, tapi aku bukan kasih gratis, ya? Aku kasih pinjam. Tiga hari lagi kamu kembalikan.”“Da—pat uang dari mana aku, Mbak
Last Updated : 2022-07-15 Read more