All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 11 - Chapter 20
614 Chapters
BAB 11. Ika pulang ke rumah.
🌸🌸🌸“Intan cukup! Dia ibumu jadi kamu mulai sekarang harus hormat!” bentak bapak.“Sampai aku mati pun tidak sudi mengakui dia sebagai ibuku. Aku pun tidak sudi punya bapak seperti kamu! Bagiku kamu sudah mati!” Intan menunjuk tepat di wajah bapak.“Mau kamu protes seperti apa pun tidak akan merubah keadaan, Bapak sudah menikah dengan Ika dan Bapak akan mempertanggungjawabkan ini semua,” jawab bapak.Aku jadi bingung, apa bapak tidak tahu kalau Ika ini kekasih gelapnya Mas Arman. Tapi, menurut pengakuan Mbak Sulis bapak tahu kalau Ika waktu itu sedang hamil bahkan bapak yang membawa Ika ke rumah sakit.“Fatki, Bapak minta tolong malam ini Ika tidur sama kamu dulu ya?”“Em ... maaf Pak, tidak bisa, kamarku sempit ada banyak barang juga. Kain yang mau aku jahit aku bawa masuk ke kamar,” jawabku bohong.“Baiklah kalau begitu malam ini Intan tidur sama Ibu Ika, ya?” ucap bapak lagi.“Tidak sudi!” Intan masuk kamar dibantingnya pintu kamar dengan kuat. Disusul ibu.Sebenarnya ada kamar
Read more
BAB 12. Pelakor Ika.
🌸🌸🌸Menikah dan berumah tangga adalah ibadah terpanjang dalam hidup kita. Di dalamnya ada syarat dan rukun ibadah yang harus terpenuhi agar ibadah kita sah dan diterima Allah SWT. Bukan seperti ini, entah rumah tangga seperti apa yang sedang kami jalani. Orang tua yang sejatinya menjadi panutan nyatanya sama saja keblinger dan mementingkan egonya masing-masing. Aku sedang berusaha bisa jika aku lelah dan menyerah aku akan tinggalkan semuanya.~K~U🌸🌸🌸"Kalau enggak mau kasih lebih baik kita pisah!” Baru saja aku terlelap karena minum obat suara cempreng ibu mertuaku memekakkan telinga hingga membangunkanku.“Bu, jangan begitulah. Keuangan kita menipis. Kemarin kan, kamu sudah aku kasih uang 500 ribu rupiah masa sudah habis?” Itu suara bapak mertuaku. Ah, pasi mereka berdebat masalah uang lagi.“Aku tidak mau tahu! Uang Cuma 500 ribu rupiah sudah habislah, sudah aku belanjakan kebutuhan dapur dan juga skincare. Kamu belikan wanita Lac*r itu spring bed dan lemari saja sanggup. Ak
Read more
BAB 13 Sifat asli Ika.
“Ah, beraninya cuma omong doang! Dengar ya, Ika, jadi manusia itu enggak usah jumawa kamu status istri ke dua saja sombong pakai ngatain aku segala. Apa kamu tidak ingat kemarin-kemarin kamu itu siapa dan temenan sama siapa!” Mbak Sulis mengambil Syifa dari pangkuanku dan berlalu pulang.“Mbak Fatki, aku pulang dulu ya, engap ada penampakan setan di antara kita,” pamitnya. Aku mengiyakan.“Heh, mau ke mana kamu!” Ika mencegatku. Aku diam saja malas mau menjawab.“Jangan masuk dulu! Belikan aku pecel lontong di warung pojok lapangan sana, ya! Jangan pedes. Ini uangnya!” Ika melemparkan uang 10 ribu rupiah tepat di wajahku.Tak menjawab sepatah kata pun aku menangkis tangannya yang menghalangi jalanku lalu masuk rumah. Baru beberapa langkah Ika sudah memburuku dan menarik jilbabku. Kepalaku sampai mendongak ke belakang.“Punya kuping dan mulut itu di pakai. Aku ini ibu mertuamu jadi, kamu harus hormat padaku!” ucapnya lagi.Aku balik badan dan memelintir tangannya ke belakang kuat sekal
Read more
BAB 14. Cinta itu sudah hambar.
🌸🌸🌸“Aku akan adukan semuanya pada Mas Sam!” Ancam Ika. Sam adalah panggilan singkat dari nama bapak mertuaku Samsudin.“Adukan saja, aku tidak takut!” jawab ibu.“Mas sini minta duit aku sama Ibu mau ke pasar mau beli sepatu,” pinta Intan.“Mas enggak ada duit, Tan. Uang Mas sudah Mas bagi dua untuk Fatki dan Reni, ini juga Mas pusing gimana caranya bayar kreditan kasur,” jawab Mas Arman.“Ck, apes banget sih gue. Kenapa harus dilahirkan di tengah-tengah keluarga miskin dan basurd begini,” gerutu Intan.“Pokoknya Ibu tidak mau tahu! Cepetan mana uangnya!”Mas Arman merogoh kantong celananya dan memberi ibu uang 50 ribuan dua lembar.“Cuma segini? Mana cukup!”“Enggak ada lagi, Bu. Kalau enggak mau aku ambil lagi, nih.”“Ayo, Tan. Kita pergi. Nanti kalau kurang kita minta sama bapakmu saja.” Ibu menarik lengan Intan. Mereka berdua pergi.“Sudah sana, Mas kerja.”“Hari ini aku enggak kerja, aku mau berduaan dengan kamu. Lagi pula motornya enggak ada. Aku malas jalan kaki,” jawab Mas
Read more
BAB 15. Reni Hamil
🌸🌸🌸“Dik, aku rindu padamu,” ucap Mas Arman. Kalau dulu sebelum kehadiran orang ke tiga maka aku akan sangat bahagia jika Mas Arman berkata seperti itu tapi, kini jangankan senang hati pun ikut sakit.“Aku ngantuk Mas, aku mau tidur,” tolakku halus.“Kamu tidak bisa seperti ini terus, Dik. Kamu pun istriku. Wajib bagiku dan bagimu memenuhi kebutuhan lahir batin,” ucap Mas Arman lagi.“Lakukan sesuka hatimu, Mas. Aku memang tidak berhak menolak. Anggap saja sebagai baktiku yang terakhir. Barang kali esok atau lusa kita tidak bisa bersama lagi,” jawabku lirih. Air mataku mengalir begitu saja. Aku benar-benar benci keadaanku sekarang.Sepertinya Mas Arman tidak mengindahkan ucapanku dan tidak memedulikanku dia terlalu menikmati permainannya sendiri. Dia tetap memilih menuntaskan hasratnya. Lalu mendengkur menggapai mimpi.Sakit hati jiwa dan raga. Aku benar-benar seperti orang yang tidak punya harga diri. Kuraih selimut untuk menutup tubuhku dan pergi ke kamar mandi membersihkan diri.
Read more
BAB 16. Ika pun hamil.
“Ogah! Uangku itu tidak ada hak siapa pun. Aku juga sudah memberikan separonya pada ibuku. Kamu itu Mas, harusnya kasih aku nafkah bukan malah minta uangku!” pekik Reni.“Aku sudah penuhi kewajibanku. Nafkah untukmu bayar kreditan. Ini sisanya bagi tiga aku, ibu, dan juga Fatki.” Wow aku tersanjung dengan ucapan Mas Arman. Dia kesambet jin mana ya, kok jadi benar gitu otaknya.“Oh, tidak bisa! Fatki sudah bisa cari duit sendiri. Ibu lihat sendiri jahitannya banyak dan sudah ada Susanti anak tetangga yang bantu dia jahit,” tolak ibu.“Benar yang Ibu bilang. Mendingan uangnya untuk aku aja Mas, aku juga berhak dapat bagian,” ujar Intan.“Hah, kalian ini apa-apan si! Kenapa jadi kalian yang ngatur aku! Pusing tahu enggak! Uang segitu diributkan. Pokoknya aku tidak mau tahu keputusanku tetap tidak bisa diganggu gugat!” teriak Mas Arman. Kalau Mas Arman sudah marah begitu maka baik Intan ataupun ibu langsung diam.“Ini uangnya. Fatki, ini bagianmu!” Aku menghampiri mereka yang duduk di sof
Read more
BAB 17. Maju kena.
Aku tidak mau menyimpan di dapur yang ada nanti hilang tak berbekas. Biar saja aku dibilang pelit pasalnya mereka para penghuni rumah ini jika membeli makanan aku sama sekali tidak pernah dikasih.“Mas, apaan sih! Malu tahu!”“Kenapa musti malu, kamu kan, istriku?”“Malu dilihat orang. Meski suami istri, tapi tidak boleh menunjukkan kemesraan secara langsung pada orang lain.”“Enggak ada orang, kok!”“Itu Susanti kamu anggap hantu?” Tadi Susanti mau masuk tidak jadi karena ada Mas Arman yang tiba-tiba memelukku dari belakang. Jadilah, dia balik badan dan menunggu di luar.“Eh, kok! Perasaan tadi enggak ada siapa-siapa.” Mas Arman tampak salah tingkah.“Ada apa sih, Mas. Kayaknya lagi seneng.”“Hem ... aku memang lagi seneng, Dik. Kamu tahu kan, kalau Reni hamil.” Hatiku mencelos. Aku tadi lupa tentang kehamilan Reni. Sekarang justru suamiku sendiri yang mengingatkannya.“Oh, iya.”“Kok, jadi manyun gitu bibirnya? Meski Reni hamil aku tidak akan melupakanmu, Dik. Makanya sekarang aku m
Read more
BAN 18. Mundur pun kena.
“Iya, lah. Aku enggak bisa tidur kalau panas. Enak pakai baju begini,” jawabnya cuek.“Kamu ngapain di situ, Mas?”“A—aku tadi ketiduran nonton bola, tahunya si Ika sudah merayuku,” jawab Mas Arman terbata.“Aku sebentar sudah malas berurusan dengan hal beginian, tapi kalau sikapmu masih tidak dirubah besok lebih baik kamu pergi dari sini pulang ke kontrakanmu. Kata Bapak kamu sakit-sakitan ini kok, kamu sehat walafiat,” tegasku.Baik, ibu maupun Reni ke luar kamar. Pasti mereka heran kenapa ada ribut-ribut.“Ada apa, Mas? Loh, kok, kancing bajumu kebuka? Kok, Ika pakai baju begitu?” tanya Reni.Ika semakin jumawa dia justru membusungkan dadanya. Merasa jadi pemenang.“Eh, dasar perempuan enggak ada akhlak. Kegatelan!” Ibu tiba-tiba memukul kepala Ika pakai remot TV.Ika yang tidak terima dengan serangan ibu pun membalas dengan melempar bantal sofa.Hitungan detik mereka terlibat gulat. Mas Arman berusaha memisahkan, tapi sepertinya percuma. Teriakan dan tangisan saling bersahutan.Ak
Read more
BAB 19. Paket dari Fais.
Hanya inilah yang bisa mengalihkan duniaku. Beruntung aku punya skill menjahit jika tidak, maka aku bisa stres dan meratapi nasib setiap hari.Di dalam rumah tangga hal yang paling terpenting adalah kejujuran. Semua pasangan hidup pasti tahu itu. Jika, kita jujur maka kepercayaan yang kita dapat.Pun sama halnya dengan rumah tangga yang aku jalani. Di sini sudah tidak lagi kejujuran antara Mas Arman denganku, maka dari itu aku sama sekali tidak percaya lagi padanya. Apa pun yang dia lakukan sekarang di mataku hanya sebatas tanggung jawabnya saja. Ucapannya pun sulit sekali untuk kupercaya.~K~U🌸🌸🌸Pagi ini aku masak capcai dan ayam goreng untukku dan Mas Arman saja.Reni rupanya mau dengar nasihat Mas Arman dia setiap pagi masak bedanya dia juga masak untuk ibu dan Intan.Di ruang makan ini hanya terdengar suara denting sendok beradu dengan piring. Entah apa yang merasuki mereka semua. Sepatah kata pun tidak terucap. Kurasa inilah saatnya aku speak up.Ika tidak ikut sarapan. Ent
Read more
BAB 20. Siapa Fais?
“Insya Allah secepatnya, San, tentu kita tinggal di sana.”“Memang bisa, ya, bayar separo dulu? Kemarin Mbak bilang uangnya baru ada separo.”“Mudah-mudahan bisa, San. Separonya kita bayar 2 atau 3 bulan lagi. Semoga Ibuku bisa membantu.”“Aamiin, Mbak ... Aku jadi tidak sabar.”“Sama, Mbak juga, he he ....”“Mbak bagi uang dong, aku mau beli buku. Enggak banyak cuma 200 ribu rupiah saja,” pinta Intan dia sudah rapi mau berangkat ke kampus. 200 ribu enggak banyak katanya. Itu setara tenagaku 1 hari. Lagi pula aku tidak percaya dia minta untuk beli buku. Palingan juga untuk nongkrong di kafe bareng teman-temannya.“Enggak ada,” jawabku singkat.“Pelit amat Mbak? Kan, Mbak sewa ruko aja bisa masa aku minta duit 200 ribu rupiah saja tidak dikasih?”“Terserah akulah, mau kasih atau tidak. Kan, duit-duitku.”“Mbak, tolong ... please sekali ini saja,” rengek Intan.“Baiklah, tapi aku bukan kasih gratis, ya? Aku kasih pinjam. Tiga hari lagi kamu kembalikan.”“Da—pat uang dari mana aku, Mbak
Read more
PREV
123456
...
62
DMCA.com Protection Status