Semua Bab Gara-gara Status Facebook Istri Pertamaku: Bab 21 - Bab 30
72 Bab
Balas Dendam pada Namira
Lolita terdiam. Jauh di lubuk hati, sebenarnya tak sampaihati memperlakukan Namira dengan keji. Bahkan ia juga merasa sudah keterlaluan.Namun, lagi-lagi rasa cemburu dan ego yang sudah melebihi batas, membuatnyamenggeleng di hadapan Tama.“Mama gak mau melepaskan Papa bertemu dengannya. Barusan, tanpa memikirkan hati mama saja Papa masih menemuinya. Siapa yang bisa menjamin kalau Papa bakal menjatuhkan talak? Atau jangan-jangan malah mengulang kemesraan.”“Terus ... Mama maunya bagaimana?”Tama melunak. Sebab, keputusan Lolita sudah tak bisa digoyahkan lagi. Ia merengkuh Lolita dalam dekapan, hingga wanita itu jatuh bersandar di dadanya.“Gimana-gimana, maunya Mama bagaimana?”Lolita tak menjawab.“Oke, Mama ikut mengantarnya pulang. Tapi kasih papa waktu buat bicara berdua dengannya. Deal, ya?”Tama mencium pucuk kepala Lolita bersamaan dengan anggukan yang diberikan sebagai tanda setuju.**Lolita menunggu Tama hingga sore. Kemudian memutuskan langsung pulang.“Mama mau menemui dia
Baca selengkapnya
Dipermalukan
“Ngomong aja. Apa benar Namira pernah-““Iya, Bu. Tapi saya jangan disangkutpautkan ya, Bu?”“Nggak. Di mana? Kapan?”“Sering, Bu. Tapi dulu sebelum ketauan sama Ibu. Terakhir sayalihat pas ulang tahunnya non Tiara. Di sini, di meja makan ini.”Tergores perih mendengar ucapan Ipah. Bahkan di rumahnya sendiri,mereka melakukan hal yak senonoh. Lolita kembali menekan dadanya.“Ipah.”“Ya, Bu.”“Apapun yang terjadi, siapapun yang bertanya tentang keadaanrumah ini, kamu harus bilang baik-baik saja.”“Iya, Bu, saya mengerti.”“Kamu tau, kan, kalau teman-teman saya bukan orang-orang sembarangan?Jangan sampai orang lain mengetahui apapun yang terjadi di sini. Termasuk juga keluargamu.”“Iya, Bu. Saya mengerti.”Ipah kembali mengangguk ketika Lolita mengutarakanmaksudnya. Wanita tambun itu memang mengetahui banyak hal tentang hubungan Tamadengan adik angkatnya, Namira. Tetapi tidak cukup berani mengutarakan kebenaran.Akhirnya di malam itu, Ipah memergoki sendiri pasangan nikah siriitu bertemu
Baca selengkapnya
Tak Mau Mengalah
“Murahan!”Tidak puas sampai di situ, Lolita menyambur gagang sapu di sampingpintu. Ia melayangkan ke arah Namira.“Ma!”Tama meraih tangannya hingga sapu itu hanya mengambang di udara. Merebutnya, lalu melempar ke samping.“Mama sabar! Mama bisa menyakitinya.”“Ini semua gara-gara Papa! Ini salah Papa! Papa yang membuat mama jadi begini.”“Ma! Iya-iya, semua memang salah Papa. Maafkan Papa. Tapi tidakbegini caranya menyelesaikan masalah.”“Aku ingin menghajarnya. Bisa-bisanya dia mengakui istri Papadi hadapan teman-teman arisan Mama. Memangnya kamu pikir, kamu siapa, hah? Mimpikalau kamu mau menjadi sepertiku!”Lolita menunjuk-nunjuk Namira. Sedangkan gadis itu masih memegangi pipi dengan isakan tangis yang menyayat.“Mama! Papa minta maaf. Sudah, kita ke atas saja. Mama butuhistirahat.”“Lepaskan dulu.”“Ma!”“Namira! Kamu salah sudah berurusan denganku. Lihat setelahini, aku akan melakukan sesuatu yang gak akan kamu lupa seumur hidupmu.”“Aku nggak takut. Aku juga istri Mas Tama. A
Baca selengkapnya
Pembalasan yang Lebih Kejam
Pagi buta, Tama menuruni tangga menuju kamar Namira. Ia menggenggam ponsel sembari membaca setiap komentar yang mampir di postingan Namira.“Na, bangun!”Tama menggedor pintu. Tak mendapat jawaban, ia mendorong handel hingga pintu terbuka.“Na!”“Apa, Mas?” jawab Namira di belakang Tama.“Dari mana kamu?”“Ngepel, kan tugasku-““Mana ponselmu?” tanya Tama bernada marah.“Kenapa memangnya?” jawab Namira santai.“Kenapa-kenapa! Cepet halus postingan status Facebookmu sebelum Lolita membacanya.”Tama masuk ke kamar. Mencari ponsel Namira.“Bukan hanya dia yang bisa pamer. Aku pun bisa pamer suami, pamer barang-barang mewah dan pamer liburan.”“Na! Keterlaluan kamu. Sekarang semua orang sudah tau hubungan kita. Kamu tau gak apa akibatnya?” Tama menghardik. Ia berteriak di hadapan Namira.Tanpa sepengetahuannya, Namira mengunggah foto bersama Tama. Foto saat berlibur, barang-barang branded pemberian Tama dan foto pernikahan mereka.“Kamu tak hanya menghancurkan kepercayaanku, tapi juga sud
Baca selengkapnya
Saling Menyerang
“Teman-teman, pesananku apa sudah datang?” Lolita berucap mendekati teman-temannya.“Nih,” jawab salah seorang yang mendekat membawakan plastik hitam.“Apa itu?” Namira mulai khawatir saat Lolita mendekat.‘Jangan-jangan ular!’ pikirnya.“Ini sebenarnya hadiah untukmu. Gak seberapa, sih. Sebagai pelajaran aja. Lagipula baumu lebih busuk dari bau benda ini.”“Apa maksud Mbak Lita.”Lolita mengeluarkan isian dalam plastik dan langsung melemparkannya ke arah Namira.Namira menjerit ketika sebutir telur mendarat tepat di kepalanya. Bau busuk menguar. Namira menutup hidung.“Hadiah karena kamu sudah merebut Tama dariku.”Belum sempat berbalik dan melawan, Lolita sudah melempar telur busuk yang kedua. Kalo ini tepat mengenai punggung Namira.“Itu untuk uang suamiku yang melayang tak berguna karena kamu pakai untuk mempercantik diri.”“Hentikan!” Namira berteriak. Ia mengeluarkan hardikan sesekali memuntahkan isi perut, tetapi tidak berhasil.“Ini untuk tas, sepatu, perhiasan dan barang-bara
Baca selengkapnya
Kepergian Namira
“Na!”Tama meraih tangan Namira agar mendengarkan penjelasannya. Minimal, ia ingin meminta maaf atas perbuatan Lolita yang sudah sangat keterlaluan.“Kamu mau ke mana kalau pergi dari sini? Aku minta maaf atas perlakuan Lolita baru saja.”“Untuk apa minta maaf? Aku malah beruntung diberi lucutan semangat dengan penghinaan dia di hadapan teman-temannya. Aku semakin bersemangat jika harus pergi dari kehidupan kalian dan harus segera bangkit untuk membalas perlakukannya.”Namira menyentak tangan Tama. Marah, ia marah sekali. Apalagi setiap mengingat bagaimana Lolita begitu keji memperlakukannya.“Tunggu dulu. Jangan pergi saat sedang emosi.” Tama berusaha mencegah. “Gak perlu sok perduli. Oya, aku lupa.”Namira menurunkan tas punggungnya. Membuka dan mengeluarkan dompet dari sana.“Ini aku kembalikan. Kartu kredit dan rekening darimu. Di dalam sana, barang-barang pemberianmu masih utuh. Tak ada satupun yang kubawa pergi.”“Na, kamu gak akan bisa hidup susah.”“Siapa bilang hidup susah.
Baca selengkapnya
Hambar
Setelah meminta baby sitter menjaga Tiara, Lolita buru-buru mengganti pakaiannya. Ia berniat menemui Mita di butiknya.Satu pesan balasan masuk ke ponselnya. Mita membalas pesan yang baru saja Lolita kirim.[Ke kafe aja. Aku di sini.]Lolita segera mencari uang dalam laci. Sebab, ia lupa menarik uang tunai sebagai persiapan. Terlebih Tama sudah menyita semua ATM dan kartu kreditnya.Empat lembar ratusan ribu berhasil diketemukan. Ia tersenyum senang, lalu gegas meninggal rumah.Dalam perjalanan, Lolita sempat membaca-baca pesan yang belum sempat ia buka. Satu pesan berhasil menyita perhatiannya. Sebuah pesan dari mama mertua.Baru saja hendak membalas, tiba-tiba ponselnya berdering.Papa calling ....Sebenarnya, Lolita enggan menjawab panggilan Tama. Tetapi Tama akan marah jika ia sengaja mengabaikan panggilannya. Terlebih ia pergi dengan keadaan marah.“Halo, assalamualaikum, Pa.”“Waalaikumsalam. Mama mau ke mana?” tanya Tama. Seketika Lolita mengeryit. Ia lupa jika Tama selalu mema
Baca selengkapnya
Diri Seorang Dika
“Buru-buru?” tanya Deka.“Eh, iya. Sudah ditunggu soalnya.”“Aku antarkan, boleh?” Deka menawarkan diri. Lolita hanya tersenyum, tak enak hati menolak tawaran Deka.“Oh, bawa mobil, ya?” Deka menggaruk-garuk kepala.“Iya,” jawab Lolita segan.“Iya ya, kamu seorang Nyonya sekarang. Jadi ... ya-ya sudah. Silahkan!” Deka memberi jalan agar Lolita bisa pergi.“Lit,” panggil Deka. “Kapan-kapan kita ngobrol, ya?” lanjutnya.Lolita yang tadinya sedang menarik pintu mobil menjadi urung.“Em ... iya kapan-kapan. Bilang aja kalau mau berkunjung ke sini.”“Oke. Oh, iya, aku izin minta nomor ponselmu ke Mita, ya?”Lolita tampak berpikir sejenak. Lalu, mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban.Ia bergegas memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan kafe Mita dan seorang laki-laki yang berasal dari masa lalunya.Deka sebenarnya bukan orang lain bagi Lolita. Ia adalah mantan kekasih Lolita sebelum Lolita memutuskan menikah dengan Tama.Hubungan keduanya berjalan cukup lama, tiga tahun lamanya. Deka
Baca selengkapnya
Menutup Diri
**“Ma, papa sudah pesan dua tiket untuk ke Lombok. Kita bisapergi sekalian liburan.”Tama meletakkan ponsel ke pangkuan Lolita. Wanita itumeraih dan mengamati tampilan di layar. Sebuah aplikasi online jasapenerbangan.“Berapa hari?” tanya Lolita.“Dua hari. Papa ada lima kali pertemuan di sana. Nantidisela-sela waktu itu, kita bisa pergi jalan-jalan. Buruan siap-siap.”Tama duduk menjajari Lolita. Tangannya meraih jemari lentik itu.“Papa akan menebus kesalahan. Izinkan papa melakukan apapunyang membuat mama senang, ya?”Lolita tak tampak menjawab. Ia malah bergeser dan merebahkantubuhnya di ranjang.“Ma.”“Iya. Masih besok kan?” Lolita menyahut“Sekarang, Ma.”“Hah!” Lolita berjingkrak kaget.**Penerbangan sore dipilih Tama. Ia mengajak Lolita menginapdi hotel kenamaan di sana. Tiara tak diperbolehkan ikut, karena harus sekolah.“Mama mau makan apa? Keluar apa dibawakan kesini?” tanyaTama sesaat setelah mereka sampai di hotel.“Dibawa ke sini aja. Mama capek,” jawab Lolita.“Oke.”
Baca selengkapnya
Jenuh
Berhari-hari Lolita tidak keluar rumah. Ia lebih banyak berdiam diri di kamar. Bersama Tiara jika gadis kecil itu sedang di rumah. Tiara juga sama seperti Tama, ia punya jadwal tersendiri di luar jam sekolah.Dalam diamnya ia berpikir keras, tentang pernikahan yang dijalani bersama Tama. Belum pun genap lima tahun menjadi istri dan nyonya Aditama, tetapi langkahnya semakin berat saja.Berhari-hari merenung, berharap menemukan jawaban atas apa yang sebenarnya ia kehendaki. Hingga sering kali tanpa sadar mengabaikan kehadiran Tama, sepertimalam itu.“Mama gak merespons saat papa ajak bicara. Ada masalah, Ma?” Tama mengancingkan piyama usai membersihkan diri.Lolita menggeleng. Ia duduk di depan meja rias, kemudian menolehke arah Tama yang baru saja duduk di ranjang. Entah kenapa, rasa yang dulu menggunung kini berkurang jauh sekali. Rindu yang dulu selalu menggebu-gebu, sirna karena sebuah penghianatan.“Mama mau menyampaikan pendapat," ucap Lolita.Tama langsung memandang istrinya deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status