All Chapters of Gara-gara Status Facebook Istri Pertamaku: Chapter 31 - Chapter 40
72 Chapters
Bertemu Mantan Lagi
Siang ini, Tama mengajak Lolita ke pusat perbelanjaan. Hari Minggu, ia merasa bosan hanya berkutat di dalam rumah saja. Awalnya Lolita menolak, tetapi Tiara yang mendengar pembicaraan orang tuanya menjadi antusias dan bersemangat ingin pergi. Tama dan Lolita pun akhirnya memenuhi keinginanTiara. Ingin menyenangkan putri satu-satunya mereka.Lolita memilih sebuah mall untuk melepas penat. Pun karena atas permintaan Tiara. Akhirnya tempat itu menjadi kesepakatan bersama.Tama menggenggam tangan Lolita saat memasuki mall. Tiara tampak berceloteh dengan riangnya. Bocah berkuncir dua itu membayangkan akan segera menemui aneka permainan yang pernah ia kunjungi sebelumnya.Mereka langsung menuju lantai tiga, tempat di mana hanya ada arena permainan di sana.“Mama ajak Tiara, gih. Papa tunggu di sini aja.”Tama menunjuk sebuah bangku yang digunakan sebagian pengunjung untuk menunggu anak-anak bermain. Tama mengamati keduanya dari kejauhan sambil berencana memainkan ponsel.“Oke. Papa mau mama
Read more
Teman Lama
Menjalani rutinitas baru bagi Tama bukanlah sesuatu yang membosankan. Ketika disambut baik oleh Lolita, ia merasa sangat diperhatikan.Lebih-lebih karena dirinya dalam masa merebut hati Lolita kembali. Pastinya, apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan kepercayaan.Namun, lain halnya jika ketidakharmonisan mereka tercium oleh orang lain yang tak menghendaki rumah tangganya membaik, Tama pun harus mengambil tindakan tegas.Dengan matanya sendiri, ia memergoki Deka berusaha mendekati Lolita. Ia bukan tak mau menegur di depan umum atau menghajarnya sekalian,tetapi itu bukan cara yang elegan baginya. Ia punya jabatan dan nama baikyang harus dijaga. Hal itu yang membuat Tama hanya membiarkan Deka berlalu begitu sajausai menemui Lolita.Tama berpura-pura tidak mengetahui dan anehnya, Lolita pun tidak mengatakan apa-apa. Ia memutuskan mengintai Deka, pria seusianya yang masih sendiri oleh sebab penyesalan yang menghukumnya.Deka bukan orang asing di hadapan Tama. Deka salah satu orang andalan
Read more
Jalan Hijrah
Lolita memutuskan mengakhiri perjumpaan dengan sahabat lama. Sore menjelang dan Tiara sudah merengak meminta pulang.Ada banyak hal yang membuat ia merasa lega sore ini. Bertemudengan Renata yang menceritakan perjalanan hijrahnya. Renata adalah temannya saat masihduduk di bangku perkuliahan. Mereka jarang bertemu semenjak Renata memutuskan menikah di usia muda, semester enam kala itu. Renata memilih menyibukkan diri mengabdi pada suami, di sisa waktu kuliahnya. Sang suami seorang dosen agama di kampus lain. Sehingga tidak heran jika Renata harus mengimbangi kehidupan suaminya yang agamis.“Mama kenapa senyum-senyum begitu?”Lolita tersentak ketika Tamasudah berada di sampingnya. Ia yang sedang berbaring, mendadak menunjukkan beberapafoto berdua dengan Renata.“Ini loh, Pa.”“Siapa dia? Temen Mama? Kok papa gak kenal?” tanya Tama beruntun.“Ish, tanyanya kayak wartawan saja. Dia ini temen lama Mama pas kuliah dulu.” Lolita menjelaskan. “Cantik kan, Pa?”Pertanyaan yang seketika membua
Read more
Tuduhan
“Nggak ada, Ma. Papa memang menemuinya pas kebetulan papa sedang di kafe itu dan dia sendirian. Papa cuma menasehatinya agar tidakmelakukan tindakan bodoh. Dia dinikahi pria berumur lo, Ma. Duda yang sudah memiliki cucu. Papa cuma mengingatkan doang, selebihnya ya-““Ya ikut memikirkan,” potong Lolita geram. “Dia sudah menentukan pilihan, jadi biarkan dia menjalaninya. Mana tau kebahagiaan Namira menjadi seperti itu.”“Bukan itu yang papa tangkap dari pernikahan dengan duda kaya itu, tetapi ada unsur kesengajaan.”“Papa paham amat!”“Bukan ... aduh ...! Sudah ngomong sama Mama.”“Yang susah itu Papa. Kalau sudah gak cinta, berartigak perduli. Kalau masih sekepo itu padanya, berarti memang Papa gak ada niat buat memperbaiki hubungan kita.”Lolita beringsut ke tengah ranjang, lalu merebahkan tubuhnyadi sana.“Mama, sumpah demi apapun, Papa tidak ada niat buat balikan sama Namira. Papa Cuma kasihan saja. Kasihan kalau hidupnya disia-siakan dengan berbuat seperti itu.”“Terserah! Silahkan
Read more
Salah Sangka
“Jujur! Jujur bagaimana? Aku nggak ada perasaan apa-apa samakamu. Aku Cuma kasihan, jangan sampai kamu terjerumus. Kamu bakal dapat masalah besar kalau tidak mendengarkan aku, Na!”“Oke, aku akan mendengarkan Mas Tama, aku akan berpisah dengannya, tetapi semua yang aku lakukan demi Mas Tama. Bagiamana?”“Bagaimana apanya?”“Kita akan balikan kan, Mas. Gak ada laki-laki sehebat MasTama. Aku sudah terlanjur mencintaimu.”“Na! Dengar, itu nggak mungkin! Aku gak mau kita ada urusan lagi.Oke?” Tama mengingatkan.“Terus, kenapa kemarin mendatangiku, hah? Kalau gak perduli, kenapa masih khawatir?”“Kamu salah paham. Aku gak ada niat balikan lagi sama kamu. Sekarang, keluarlah. Aku nggak mau ada yang salah paham. Terlebih kamu sudah istri orang Sekarang.”“Keterlaluan. Mas Tama kejam. Sekarang setelah bosan, aku dibuang-buang seperti sampah. Ingat dulu, bahkan Mas Tama sampai minta tambah-tambah-““Na, cukup! Keluar sekarang!”“Huh! Lihat saja, aku akan tetap mendatangi Mas Tama. Gakesok atau
Read more
Kebaikan Deka
Baru ketika masalah skandal si Bos, Tama dengan Namira terkuakke publik, Deka menampakkan wujudnya. Ia sakit melihat wanita yang dari dulu sangatia jaga hatinya itu sedang terpuruk. Lebih-lebih lagi, berkali-kali Tama menyakitiLolita. Hatinya terasa sakit, tak ikhlas tetapi tak mampu berbuat apa-apa selainmenatap dari kejauhan. Pun kesempatan untuk dirinya sudah tertutup rapat. Sebab,Lolita tak pernah sekalipun membalas pesan atau mengangkat panggilan teleponnya.“Pulanglah! Tinggalkan aku sendirian di sini. Makasih sudah membawa pergi.” Lolita berucap.Deka bergerak tetapi bukan pergi. Ia duduk menjajari mantan kekasihnya.“Aku tunggu sampai kamu merasa baikan. Atau aku carikan taksi untuk mengantarmu pulang?”Lolita menggeleng. Ia kembali mengusap wajah.“Kalau mau cerita, aku siap mendengarkan,” ucap Deka setelah membiarkan Lolita berdiam beberapa saat.Waktu paling baik bagi seseorang yang terluka adalah memberinya jeda untuk menarik nafas. Minimal untuk memperbanyak stok oksigen
Read more
Gara-gara Boneka
Namun, kenyataan berkata lain. Sesakit apapun wanita itu, akantetap bertahan demi satu alasan, yaitu adanya buah hati di antara keduanya.Deka merambat melewati pagar dengan gerak perlahan. Lalu, mendekati motor dan menstarternya.Seketika, Lolita menoleh ke arah suara motor itu. Menelisik tempat yang mulai gelap dan mendapati punggung Deka sudah menjauh.“Kenapa, Sayang? A-ada apa?”Tama mengikuti arah mata Lolitamemandang. Ia masih dapat melihat punggung seorang pria menjauh sebelum menghilang di antara padatnya lalu lintas.“Kita pulang. Tiara sudah menunggu. Ayo.”Tama merangkul bahu Lolita. Mereka berjalan bersisian.Lolita masih sesenggukan. Sementara Tama mengusap pelan bahu istrinya agarmerasa tenang.Selama perjalanan, Lolita enggan menanggapi ucapan Tama. Iamemilih membuang pandangan ke samping kiri.Tama mengerti ekspresi itu. Membiarkan Lolita diam adalahsalah satu solusi meredam kemarahan. Tanpa aba-aba, Tama meraih jemari Lolita, tapi dengan sigap Lolita menepisnya.Tama
Read more
Syarat yang Diajukan Lolita
“Setelah papa tolak, eh dia gak mau keluar dari mobil. Kan papapanik, jangan-jangan ketauan sama karyawan.”“Bilang aja kesempatan. Mumpung berdua aja itu.”“Mama ... papa serius. Sudah itu, dia papa bentak biar keluar.Akhirnya keluar dia, Ma. Tapi bukan si-““Mama nggak mau namanya disebut!”“Em, iya. Tapi dia tak malah mengetuk pintu mobil terus nyosorgitu aja. Papa rasa ... dia mengetahui kedatangan Mama sebelumnya. Buktinya dialangsung menunjuk ke arah Mama.”“Papa pikir, Mama percaya. Malas mendengarkan pengakuan Papayang banyak dramanya.”Lolita berdiri, lalu meninggalkan ruang kerja Tama.“Mama ...! Is, lokal tambah lemburan ini,” keluhnya. Ia mendekatilaptop dan menyentuh tanda shut down.Tama berlari kecil mengikut Lolita. Tak lupa menyambut bonekadi atas mejanya.“Mama!”Tama memeluk Lolita dari belakang begitu sampai di dalam kamar.“Lepaskan!” pinta Lolita. Tangannya sibuk membuka kaitan tanganTama yang melingkar di perutnya.“Papa, lepaskan!”“Nggak. Papa nggak ngapa-ngap
Read more
Nyonya Teguh Nugroho
emarinya yang lentik, sibuk membolak-balik majalah fashion yangbaru saja ia beli. Netranya tajam merekam setiap jejak penglihatan pada setiap modepakaian terkini.Bibirnya bergumam. Lalu, mengumbar senyum ketika mendapatkansesuatu yang diinginkan.Tak puas dengan itu, ia membuka ponselnya dan berselancar disana. Menapaki setiap model pakaian terkini pada aplikasi online.“Dapat,” gumamnya sambil meletakkan majalah, kemudian terfokuspada layar pipih.“Sayang,” ucapnya manja saat seseorang keluar dari kamar mandi.Rambutnya basah, bahkan masih menetes. Ia buru-buru menyambar handuk untuk mengusapnya.“Kenapa?” balasnya.“Mami mau ini, dong.”Jemari lentiknya menunjuk pada sebuah pakaian.“Kemarin sudah beli. Lagian, uang yang kemarin kemana?”“Ck, pelit. Kemarin kan aku ulang tahun, Pi. Uangnya habis buatmakan-makan sama temen-temen kuliah. Papi yang belum kasih hadiah, ucapan juga nggak.”Bibir itu mengerucut sedemikian rupa, sehingga membuat si lelaki yang dipanggilpapi menjadi gemas.“
Read more
Teror Namira
Di lantai yang dingin Lolita membentang karpet bulu.Televisi sudah menyala, Tiara duduk di sofa, kemudian berpindah ke bawah usaimamanya menyediakan tempat untuknya.Ia mengambil dua bantal untuk dirinya dan Tiara. Bocah ituasik berceloteh, menyebutkan semua tokoh kartun yang sedang ia tonton. Lolitaberbaring di sisi putrinya sambil mendengarkan setiap kata yang ia dengar.Cukup lama berdiam di sana. Sampai Tiara membangunkannya.“Mama, kapan kita main ke kantor papa?” tanya Tiara sambilmenepuk pipinya. Ia terjaga, padahal hampir terlelap.“Kapan-kapan,” jawab Lolita menggumam.“Besok ya, Ma?” tawar Tiara.“Hu’um,” jawab Lolita asal.“Hore ... Tiara mau bawain Papa buah yang dipotong-potongya, Ma?” Tiara kembali menanyai.“Hu’hum,” jawab Lolita, ia sudah terpejam tapi masihmendengar celoteh anaknya.“Mama ... HP Mama bunyi, tuh.Tiara menyodorkan ponsel ke dekat mamanya. Lolita meraih dansegera membuka.[Bukan KW ya?]Dua pesan langsung terbuka. Lolita langsung membaca pesankedua dan
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status