All Chapters of Gara-gara Status Facebook Istri Pertamaku: Chapter 11 - Chapter 20
72 Chapters
Mengetahui Keduanya
PoV TamaAku terbangun saat ponsel di bawah bantal berdering.“Pa, alarmnya bunyi tu. Katanya mau lembur.” Lolita berucap dengan mata yang masih terpejam.Pukul sebelas malam. Aku beranjak dari pembaringan. Menyambar piyama yang teronggok di pinggir ranjang, lalu mengenakannya. Segera ke luar kamar menuju ruang kerja.Baru saja hendak membuka pintu, terdengar seseorang melangkahkan memasuki ruang sebelah.Penasaran, aku mengikuti bayang di bawah pencahayaan yang temaram itu.Namira? Ngapain masuk ke ruangan gym.Aku bergerak lebih cepat. Lalu, menyambar tubuh itu dan membungkam mulutnya.“Diam, ini aku!" Aku membawanya masuk ke ruang gym."Mas lepaskan, tapi jangan teriak."Perlahan, aku melepaskan tangan pada bekapan mulutnya."Jahat, ih!" Namira memukul dadaku beberapa kali."Jangan berisik. Nanti ada yang dengar." Aku mengingatkan. "Kenapa? Ada apa datang kemari? Kenapa gak bilang mau datang, hah?"Karena panik, aku melontarkan pertanyaan berulang kali."Salah sendiri ingkar janji.
Read more
Sikap Aneh Lolita
PoV TamaNamira, satu nama yang tidak asing. Dia gadis yang rapuh, tapi menyenangkan. Dia berjiwa besar untuk menerima takdir menjadi yang kedua saat aku menyetujui keinginannya.Enam bulan lalu, dia terang-terangan menyatakan perasaannya, kedua kali setelah sebelumnya pernah aku tolak. Saat itu, akupun tetap berpegang teguh menolaknya. Sampai pada peristiwa mencengangkan itu terjadi. Lolita menemukan Namira tengah mabuk-mabukan di sebuah bar. Beruntung seorang teman mengabari Lolita, sehingga malam itu juga Namira dijemput paksa dan berdiam di rumah ini.Sayangnya, Lolita terlalu polos untuk bisa menebak sisi lain dari seorang Namira, sehingga hanya aku yang mengetahui jika Namira memang sengaja menjajakan dirinya di sana. Di hadapanku dia mengaku, jika aku tidak memilikinya, maka dia akan menyerahkan dirinya kepada orang lain yang menginginkannya.Dilema. Aku seperti berdiri di antara jurang yang dalam nan terjal. Di mana jika memutuskan bergerak ke kiri atau ke kanan tanpa perhitun
Read more
Di Sebuah Villa
“Ma, apa untungnya mengoleksi video seperti itu. Nanti malah dilihatin Tiara, HP Mama kan sering dipakai Tiara.” Aku memprotes.“Ck, buat seru-seruan, Pa. Sekarang kan lagi viral pelakoran. Gak Cuma di sini, noh di Korea sana, film yang diangkat juga tentang perpelakoran. Oya, Ma, masih suka nonton film Korea?” Lolita bertanya sambil menghabiskan suapan terakhirnya.“Lama gak pernah nonton,” jawab Namira.“Tenang, Mbak punya banyak koleksi. Malah yang lagi trending juga punya.”“Sudah makannya , Ma. Papa mau berangkat ini.” Aku menengahi. Lolita tampak beranjak mendekati Tiara.“Sudah, Pa. Sayang, baik-baik di sekolah, ya?”“Namira mau ikut sekalian?” aku menawarkan. Basa-basi saja sebagai kedok.“Jangan, Namira mesti cuci piring dulu. Kebetulan pembantu lagi sibuk nanam janda bolong di belakang. Nanti yang bersihin ini siapa?”“Loh, Namira kan mau kuliah, Ma. Nanti dia telat, loh.”“Gak pa-pa. Kebetulan jam pertama kosong, kok.”“Tuh, kan. Namira saja nggak pa-pa, kok.”“Ya sudah, pa
Read more
Menemukan Bukti
POV AuthorBetapa hancur hati Lolita menghadap layar pipih dihadapannya. Layar monitor CCTV yang menghubungkannya seluruh ruangan di rumah itu.Ia meraih kotak tisu di sampingnya dan mengelap kasar pipinya yang sudah basah oleh air mata.“Tega! Kalian benar-benar tak punya adab,” rutuknya.Lolita meninggalkan layar yang masih menyala itu dengan langkah tertatih. Menuju dapur, tempat paling dekat dengan ruang di mana layar itu berada. Ia duduk di sana.Terisak sendiri dalam diam. Ingin berteriak agar seluruh penghuni rumah mengetahui kelakuan mereka berdua, tetapi ia takut malu. Bagaimana pun, Tama adalah kepala keluarga dan memiliki jabatan yang tidak semua orang sanggup memikulnya.Lolita menyambar pintu kulkas. Meneguk botol air putih tanpa menggunakan gelas. Ia tersedak, tetapi masih juga mengulanginya.“Tak bisa dibiarkan,” gumamnya kemudian.“Gadis kecil, kamu sudah merebut kebahagiaanku. Lihat saja, apayang akan aku lakukan padamu.”Ia mendekatkan wajahnya pada wastafel, lalu me
Read more
Keterpurukan
“Mau bilang khilaf? Percuma! Mau minta maaf? Dosamu sudah menggunung.Sudahlah, diam sekarang juga!”Suara Lolita meninggi. Ia mengeluarkan ponsel milik Namira.“Telepon Tama, bilang kamu ingin ketemu sekarang juga. Kalaugak mau, ancam kamu mendatangi kantornya. Cepat!”Lolita melempar sekotak tisu ke pangkuan Namira.“Jangan sampai Tama mendengar tangisanmu. Buruan!”Namira menerima ponselnya, lalu menghubungi Tama. Tak lama kemudian,ia meletakkan ponselnya.“Di mana?” tanya Lolita dengan kasar.“Sebentar lagi di kirim alamatnya.”“Sini!” Lolita mneyambar kembali ponsel milik Namira.Lima belas menit menunggu, akhirnya Tama mengirim alamat ke ponselNamira. Dengan gerak cepat, Lolita memacu mobilnya agar sampai lebih dulu di tempatyang dituju.Bukan sesuatu yang sulit bagi Lolita mencari tempat yang di janjikanTama untuk bertemu dengan Namira.Lolita mengurut dada yang kian sesak. Melihat vila dan seluruh isinya yang mewah. Berada di lokasi yang dipenuhi bunga kesukaannya, anggrek.Ia
Read more
Menyusun Rencana
Lolita membasuh wajahnya yang kusam oleh sebab tangisan. Ia membuka seluruh pakaian, melempar ke sembarang arah. Lalu, mengguyur seluruh tubuh, tanpa terkecuali.Detik demi detik ia rasai resapan air memasuki pori-porikulitnya. Perlahan pengubah panas dalam dadanya menjadi sejuk.Tama telah merusak tatanan rapi dalam hatinya dan Namira sudah memporak-porandakan seluruh dunia yang ia huni. Tak satupun cara dapatmengubah rasa bencinya menjadi sebuah pemakluman.Kata maklum haram baginya saat ini. Bahkan ia akan mendudukan Namira di tempat yang layak.“Sampah akan berada di tempat yang layak. Bukan di istana yangsudah kubangan dengan jerih payah. Akan kutempatkan di mana kamu seharusnya berada, Namira!”Sejujurnya ingin memaki, ingin mempertontonkan keduanya di hadapan khalayak. Namun lagi-lagi, nama baik Tama dan dirinya yangLolita pertimbangkan.Ia seorang sosialita, bahkan menjadi panutan dari followersdan teman-temannya, di mana Tama adalah pangeran berkuda putih yang seringdielu-elu
Read more
Pembantu Baru
“Oke, kita mulai ... main cantik.”Lolita berjalan anggun memasuki halaman dan berakhir di teras.Ia berhenti sejenak, menghela nafas dan menyiapkan mentalnya.Jika dulu ia sangat bersemangat ketika bertemu dengan Namira dengan menyiapkan aneka makanan kesukaan gadis itu, tetapi saat ini yang terjadi sebaliknya. Lolita harus menyiapkan stok kesabaran demi bisa berucap santai tanpa emosi.Lolita mengetuk pintu. Tak berselang lama, Namira membuka pintu. Gadis itu tersekat, tak bisa mengucap salam untuk menyambut kedatangan Lolita.Kedatangan Lolita yang tak disangka-sangka membuat Namira kehilangan tenaga. Rasa takut dan khawatir tiba-tiba memenuhi isi kepala.Lolita menerobos masuk tanpa memperdulikan Namira yang takberkutik, bahkan tanpa berkata-kata.“Silahkan duduk, Mbak,” ucap Lolita akhirnya.“Gak usah.”Namira masih berdiri di pinggir pintu. Lolita yang sudah masuk, melangkah lebih dalam.“Ngapain berdiri di situ?”Namira tersentak. Ia mengikuti langkah Lolita. Sejujurnya, ia sang
Read more
Balas Dendam
Melawan seseorang yang memiliki kedudukan sama dengan bunuh diri. Berharap bisa membalas dendam atau dan membalas sakit hati adalah sesuatu yang tidak mungkin. Namira merasakan itu.Menyadari dirinya yang bukan siapa-siapa, hanya orang lain yang kebetulan bertemu keluarga baik seperti Tama dan Lolita, adalah sebuah keberuntungan yang tidak semua orang bisa mengalaminya.Menilik beberapa tahun belakangan, Namira adalah sosokpribadi yang tertutup. Tak mudah menjelajahi pikiran dan hatinya. Ia cenderung menelan sendiri perasaan, entah sakit atau perasaan senang yang hadir di setiapwaktunya.Namun, keberadaan Lolita dengan penampilan yang diirikan oleh sebagian kaumnya, membuat Namira hanya bisa berdecak kagum.Perfect, Namira menyebut wanita tangguh itu. Tapi sayangnya, pandangan tangguh itu mulai mengabur. Kekaguman yang tersemat di setiap sorotmata pada Namira luruh sudah bersama dengan perlakukan Lolita padanya,dua hari terakhir ini.Alih-alih mendapat pembelaan, Namira malah sama sek
Read more
Memantapkan Pilihan
Di kantornya, Tama tercenung menatap layar ponsel. Wajah Lolita terpampang di sana.“Kenapa kamu berubah jadi wanita yang tega, Ma. Kamu bukan dirimu yang dulu, penyayang, santun dan berwibawa.”Tama mengusap sudut mata.Tak berselang lama, hanya membutuhkan hitungan hari dari tragedi di vila itu, Lolita berubah menjadi pribadi yang sulituntuk ia kendalikan. Bahkan setiap ucapannya berapi-api, emosi dan tidak mencerminkankepribadiannya yang anggun.Ponsel Tama berubah dengan sendirinya. Di layar terpampang Namira calling.Selama dua hari ini, Tama memang hanya satu kali menghubungi gadis itu. Ia lebih memilih meredam situasi yang sedang memanas dengan bersikapadil. Adil baginya adalah harus mendahulukan Lolita, memperhatikan perasaannya yang jelas lebih terluka.“Halo,” ucap Tama.“Halo, Mas.” Namira dari seberang panggilan terdengar menangis.“Jangan menangis. Ini adalah konsekuensi dari keputusan kita.”“Tapi aku sangat tersinggung dengan perlakuan Mbak Lita.”“Anggap saja suatu kew
Read more
Permohonan Maaf
Namira menyambar tasnya, lalu pergi meninggalkan Tama. Ia berjalan dengan langkah cepat, menyeberang jalan menuju kampus yang ditinggalkannya beberapa saat yang lalu.Sementara Tama mengamati dari kejauhan sosok Namira yang mulai menghilang dibalik rimbunnya tanaman. Ia mendesah, menyesali setiapucapan yang keluar baru saja. Namun, ia sadar mengucapkan. Esok atau lusa, kata-kata itu tetap akan keluar juga.Ia mengetik pesan untuk Namira sebelum meninggalkan kampusnya.[Maafkan ucapan Mas tadi. Tapi kamu harus belajar mandiri mulai saat ini. Soal uang kuliah dan biaya hidupmu nggak usah khawatir. Masakan membicarakannya dengan Mbakmu.]Tama meninggalkan warung itu dengan hati yang sedikit lega. Entah diterima atau tidak permintaannya itu oleh Namira, tetapi ia sudah berusaha memberikan solusi. Setidaknya, Namira tidak perlu menunggu-nunggu lagi bagaimana keputusannya.Ia segera berlalu dari kawasan kampus menuju kantornya. Sebab, pesan dari Roy baru saja masuk. Ia mengabarkan jika Loli
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status