All Chapters of Nafkah Terakhir sebelum Ditalak: Chapter 11 - Chapter 20
100 Chapters
Rumah Baru
Fatih terdiam tanpa menimpali. Membiarkan Alina menangis dan mengumpat. Sudah seharusnya Alina mengetahui hubungannya dengan Anita.“Silahkan membenci. Aku dan mbakmu sudah lama saling mencintai jauh sebelum mengenalmu. Jadi, perasaan kami tidak mungkin bisa hilang dalam hitungan hari.”Alina menutup telinga, dadanya terasa panas oleh pengakuan yang Fatih baru saja ia dengar.“Kenapa kalian nggak ngomong sebelum kita menikah?”“Karena papamu sakit. Apa kamu nggak lihat bagaimana ibu berusaha meyakinkan papamu kalau sebaiknya tidak melanjutkannya perjodohan itu?”“Aku nggak tau. Kalau aku tau kalian saling mencintai, aku nggak mungkin menyetujui perjodohan itu.”“Bulshit! Kamu keliatan tenang-tenang saja tanpa berusaha bertanya pada mbakmu yang berusaha menutupi luka batinnya.”“Aku benar-benar nggak tau kalau mbak Nita sering menangis karena masalah itu.”“Cukup! Tak perlu membahasnya lagi. Toh tidak akan mungkin mengembalikan keadaan seperti semula,” ucap Fatih dengan nada ketus.“Ak
Read more
Bertahan
Dalam perjalanan pun, Fatih dan Alina masih saja berdebat. Alina yang tak berdaya dengan perintah Fatih, akhirnya mengikuti perkataan Fatih untuk berpindah dari kosan itu.“Kalau nanti rumahnya tidak membuatmu nyaman, kamu boleh mengubah semua tatanan di sana sesuatu seleramu biar kamu betah, ucap Fatih sambil menjalankan mobil.“Kenapa nggak sekalian dibuat sesuka hati Mas Fatih saja? Aku jadinya nggak perlu memilih ini dan itu. Buat apa jika ujung-ujungnya apapun pilihanku tidak dianggap.” Alina menanggapi.“Aku nggak mau berdebat lagi. Capek,” balas Fatih.“Aku lebih capek lagi. Hidup dibikin mainan sama kalian berdua.”“Sebaiknya kamu diam mulai sekarang.”“Jika aku diam dan mengalah, bukan berarti pasrah. Aku butuh jeda demi menata hati,” ucap Alina.“Sudah, dong, Al. Aku hanya ingin kalian mendapat tempat tinggal yang layak. Jangan berlebihanlah!”“Kemarin Mas bilang, kalau aku harus mandiri, harus bisa menyelesaikan masalah sendiri, dan jangan tergantung kepada orang lain.”“Bi
Read more
Kecurigaan Fatih
“Kenapa? Kamu mau mempermainkan aku?” Anita mulai bernada tinggi.“Tidak untuk saat ini, Nita. Apa kamu nggak tau kalau adikmu itu sedang hamil?”“Ha-hamil!”Anita terkejut, tapi bukan karena mendengar Alina hamil. Melainkan karena mengetahui bahwa Fatih mengetahui Alina sedang hamil.“Alina gak bilang?”“Ng-nggak. Aku sudah empat hari ini gak ketemu Alina.”“Nita dengarkan, kita gak bisa buru-buru menikah. Aku harus menunggu kelahiran Alina dulu.”“Jadi ... harus diundur lagi?”“Nita, hanya sembilan bulan. Bahkan gak nyampe. Aku ingin memastikan kalau Alina dan bayinya dalam keadaan baik sampai lahiran. Aku mengharapkan anak itu.”Fatih menggenggam jemari Anita, meminta agar bersabar.“Aku sudah menunggu bertahun-tahun, Fatih.”“Aku tau. Yang penting, Alina sudah aman di rumah yang baru. Dia pasti akan baik-baik saja.”“Benar dugaanku, kamu membelikannya rumah.”“Tempat tinggal untuk anakku, Nita. Aku nggak mau anakku terlantar. Lagipula, tidak semewah rumah yang akan kita tinggali n
Read more
Keputusan Fatih
Fatih bukannya tidak tau tentang perubahan sikap Anita yang akhir-akhir ini sering bepergian ke luar kota. Awalnya, Anita memberikan alasan pekerjaan. Padahal saat itu, dari kantor Anita tidak sedang mengerjakan proyek.Kedua, kejanggalan-kejanggalan yang tidak masuk logika.“Aku pergi ke luar kota, Yang, ziarah ke makam saudara papa.”“Oh,” hanya itu respon Fatih. Jika ke makam saudara papanya, kenapa Alina tidak diajak? Bahkan Alina tidak pernah mengunjungi makam itu.Fatih menjalankan mobilnya, mengikut arah mobil Anita yang dikendarai seorang diri. Ia ingin memastikan jika, Anita menuju arah yang sama dalam penyelidikannya.“Halo.” Fatih berucap melalui sambungan telepon.“Ya , pak.”“Mobil warna silver yang berada tepat di depanku.”“Iya, siap!”Fatih menepikan kendaraan. Mengamati dari kejauhan badan kendaraan Anita yang semakin jauh meninggalkannya. Posisi Fatih saat ini digantikan oleh seseorang yang ia sewa untuk menyelidiki keberadaan makam yang sering dikunjungi Anita.Ia m
Read more
Hambar
“Kamu sudah mengenalku hampir satu tahun. Masih juga tersakiti dengan watakku yang seperti ini, Alina-Alina!”“Karena ucapanmu tidak pernah menenteramkan hati. Ucapanmu selalu menghakimiku seolah-olah hanya aku di sini yang bersalah. Aku gak bisa didikte seperti ini, Mas.”“Hey!” Fatih menghentikan aktivitasnya, lalu duduk di samping Alina.“Aku tidak pernah mendiktemu. Kamu dan aku akan melakukan peran masing-masing.”“Tau gak, kamu menyulitkan aku.”“Siapa yang menyulitkan siapa di sini, Al? Aku taukah kamu yang menjadi korbannya, hah!”“Kalau aku mengaku salah, lantas Mas akan melepaskan aku begitu saja?”“Tidak akan. Karena kamu sudah menjadi hal penting di kehidupan anakku nanti.”“Aku capek, kita sudahi saja kesulitan ini.”“Apanya yang mau disudahi, kita tidak pernah memulai.”“Cukup, Mas! Aku nggak bisa jika hidup tertekan seperti ini.”“Alina! Bukan aku yang menekan, tapi sifat manjamu itu yang seolah memenjarakan kamu makin jauh dari kemudahan. Stop menganggap aku penyulit h
Read more
Rey!
“Ini uang untuk satu bulan.”“Untuk apa?” tanya Alina bingung.“Biaya makan.”“Aku masih punya uang yang—““Jangan membantah, ambil saja.” Fatih mendekatkan amlop itu ke tangan Alina.“Biaya makan. Kurasa cukup juga untuk menggaji seorang pembantu.”“Iya, terima kasih.” Alina menarik amlop yang berisi uang itu.“Satu lagi ...,” ucap Fatih menggantung.Alina mengernyitkan dahi menunggu sambungan ucapan Fatih, tetapi lelaki itu diam saja. Malahan, tatapannya mengarah kepada Alina tanpa berkedip membuat Alina salah tingkah, lalu menunduk.“Apa?” tanya Alina akhirnya dengan rasa penasaran.“Karena kita tinggal satu rumah, jadi ... Aku merujukmu menjadi istriku, Alina.”Seketika itu juga, Alina terhenyak. Buliran-buliran bening berjatuhan.“Kenapa menangis? Terharukah?”Pertanyaan Fatih menjadikan hatinya dua kali lebih sakit.“Aku tau hukum. Tidak mungkin tinggal serumah tetapi tidak mejadikan kamu halal bagiku.”“Terserah Mas. Aku sudah capek. Jadi, menurut saja.”“Tumben nggak mendebat,
Read more
Ingin Menyerah
“Mas.” Fatih menoleh mendengar panggilan Alina. “Makam malamnya sudah siap.” Alina berpaling meninggalkan Fatih yang segera menutup layar ponselnya.Alina menyiapkan menu yang berbeda. Sedikit berkreasi untuk menaikkan selera makan yang akhir-akhir turun drastis, entah karena sedang mengidam atau karena masalah yang akhir-akhir ini beruntun menghantamnya.Fatih memperhatikan menu di atas meja, ayam goreng, tahu goreng sup dan sambal. Alina memperhatikan respon Fatih pada masakannya. Ia merasa, lelaki itu tidak menyukai menu malam ini. Ia mengambil handphone yang tergeletak di atas lemari dapur dan duduk di hadapan makanan yang sudah terhidang.Alina membuka sebuah aplikasi online yang memang sudah terpasang lama di dalam handphone-nya. Fatih beralih pandang dari makanan ke handphone milik Alina yang kini ada di hadapannya.Alina menyodorkan beberapa menu spesial pada layar.“Silahkan pilih. Maaf, aku Cuma bisa menyediakan menu seperti ini,” ucapan Alina menohok Fatih. Lelaki itu mener
Read more
Perubahan Kecil
Fatih mencari-cari kemeja di dalam lemari, semua tidak ada. Ia baru ingat jika kemeja yang ia bawa hanya terbatas dan semuanya sudah habis terpakai.Fatih merutuk kesal, ia berniat menelepon butik langganannya untuk menyiapkan pakaian kerja. Belum juga tersambung, Alina sudah muncul dengan menenteng jas, celana dan kemeja yang tergantung pada hanger.“Mendadak menggosoknya tadi. Maaf, agak lama. Ini, sudah siap, kok."Alina meletakkan pakaian itu tanpa melihat ekspresi Fatih, kemudian pergi keluar kamar.Fatih mengangkat pakaian dengan aroma pewangi yang menyeruak. Ia mengenakan dengan membayangkan betapa repotnya Alina menyiapkan semua ini.“Bisa juga beres kamu, Al, si manja yang cengeng,” gumam Fatih bersama tawaan.Baru selesai merapikan dasi pada lehernya, Fatih dikejutkan lagi dengan kedatangan Alina yang menentang sepatu.“Ternyata, sepatu yang kusemir kemarin nggak cocok sama pakaian Mas hari ini.” Usai berucap, Alina meletakkan sepatu di bawah kaki Fatih yang masih bergeming
Read more
Bujukan Anita
“Al ....”Alina menoleh ketika mendengar sebuah panggilan, lalu mengakhiri pekerjaan dengan memencet kontrol S pada keyboard layar laptopnya.“Kenapa?”“Lo nggak benar-benar ingin resign kan?” tanya Meli berbisik.“Gue nggak punya uang untuk bayar denda.” Alina menjawab. Tangan kanannya menyambar botol air mineral, lalu meneguknya.“Syukur, deh. Gue nggak kehilangan teman.”“Lagian, Gue juga butuh pekerjaan buat persiapan lahiran.” Alina menggeser tempat duduknya, mendekati meja Meli.“Nggak salah, lo. Pak Fatih ‘kan tajir. Emmm maksud gue, ayah dari bayi lo.”“Bayi Gue yang punya hak menerima bantuannya, bukan gue. Itupun kalau dia ingat punya benih dalam rahim gue.”“Maksud, lo?”“Nanti kalau dia sudah nikah sama wanita lain dan wanita itu hamil juga, kelar hidup gue. Apalagi status gue nantinya Cuma mantan.” Alina berucap seperti sudah tau persis kejadian yang akan menimpanya.“Tapi lo tetep beruntung. Minimal baby yang ada dalam kandungan lo, punya kesempatan buat jadi artis.” Mel
Read more
Mengulang Kehangatan
“Sama sekali tidak, jika Alina seorang diri, tapi sekarang dia sedang mengandung anakku. Jadi, keselamatannya adalah tanggung jawabku.”“Oh ... iya. Aku baru sadar, kalau Tuan Fatih Alfarizi ini sekarang adalah dewa penolong Alina.”Anita menatap tajam Fatih sebelum ia turun dari mobil.“Selamat, Tuan. Anda salah satu target berikutnya.” Usai berucap, Anita benar-benar meninggalkan mobil dengan air mata berderai.Baru hendak memasuki mobil miliknya sendiri, tatapannya tertaut pada sosok yang akhir-akhir ini mengganggu kejiwaannya. Ujung jilbabnya menjuntai, berkibar diterpa angin.Dengan gerak lambat, ia mengenakan helm, lalu melajukan motor maticnya dengan perasaan hancur. Alina terbawa dalam lingkaran rumit kisah cinta suami dan kakaknya. Ia mengusap air mata, bersamaan dengan Anita yang melajukan kendaraan di belakang Alina.Dari tempatnya duduk dan tertegun, Fatih menyaksikan kedua saudara kandung itu satu persatu berlalu tanpa ada sapa dan kata yang menyertainya.“Kalian tak akan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status