All Chapters of Nafkah Terakhir sebelum Ditalak: Chapter 21 - Chapter 30
100 Chapters
Ingin Mandiri
Makan malam berlangsung khidmat, tanpa percakapan apapun. Alina lebih dulu menuntaskan makanannya. Ia beralih ke wastafel, membersihkan piring dan gelas. Lalu ke belakang untuk mengangkat pakaian yang belum sempat dipindahkan.Alina membawa satu keranjang pakaian ke depan meja. Dengan gerakan cepat, ia mulai menggerak-gerakkan benda yang terhubung ke aliran listrik guna merapikan pakaian.Fatih mendekatinya, diam-diam merogoh saku dan memberikan kartu kredit pada Alina.“Pakai,” ucap Fatih.Alina menggeleng lebih dulu baru disusul dengan ucapan, “ uang yang kemarin belum terpakai seluruhnya.”“Ambil ini dan cari pembantu.”Lagi-lagi Alina menggeleng.“Biarkan aku mengerjakan pekerjaan ini. Aku harus terbiasa supaya ketika kita berpisah, aku sudah siap dengan segala kemungkinan buruk. Bukankah aku harus belajar mandiri?”Ucapan Alina membungkam Fatih. Ia baru menyadari jika dari awal, ia yang menginginkan Alina untuk mandiri. Setiap ucapan yang terlontar tak ubahnya seperti belati yang
Read more
Cara Licik Anita
"Tentu, hanya demi anakmu.” Alina lalu meninggalkan Fatih yang baru saja mendapat penolakan secara langsung.Mendengar jawaban Alina, Fatih tersenyum miring merasai nyeri yang merambat.“Terserah kamu, Al, tapi aku masih melihat cinta di matamu.”Fatih beringsut dari ranjang, kemudian membersihkan diri.Keluar dari kamar mandi terasa lebih segar. Tatapannya langsung tertuju pada Alina yang menatap lekat handphonenya yang berkedip-kedip menandakan panggilan masuk.Tanpa berkata-kata, Alina meletakkan di pakaian kerja Fatih di atas pembaringan dan sepatu di bawah ranjang, lalu bergegas pergi.Fatih meraih handphone, memeriksa panggilan itu karena sudah tidak berdering lagi.Anita.Lagi-lagi, Fatih seperti kepergok tengah berselingkuh. Perasaannya menjadi was-was.Ingin menjelaskan tentang panggilan itu, tetapi Alina tampak tidak perduli. Lalu, untuk apa ia merasa tidak enak hati, bukankah hal seperti ini sudah sewajarnya terjadi?Fatih merasa kesal berada di situasi membingungkan. Entah
Read more
Gosip yang Beredar
Berita beredarnya gosip Alina yang seorang janda berbadan dua senter terdengar di mana-mana. Tidak hanya di bagian tempatnya bekerja, tetapi hampir di seluruh lini perusahaan itu.Alina memang bukan siapa-siapa, tetapi kakaknya, Anita yang memegang peran penting di perusahaan itu. Menjadi sorotan rekan kerja dan bawahannya, jelas membuat hidup Anita tidak akan nyaman.Sebagian mencibir dengan perilaku Alina yang berbanding terbalik dengan Anita yang supel, cerdas, energik dan memiliki karir yang bagus. Berbeda dengan Alina yang lembut, pengetahuan terbatas dan hanya sebagai staf bawahan yang kebetulan di terima karena ada nama belakang Anita.“Kasian Bu Nita. Dibikin malu sama adik sendiri. Itu nanti apa nggak ngerepotin kakaknya kalo pas lahiran”“Hu’um.”“Udah gitu kabarnya, Alina dicerai karena manja dan gak bisa mandiri.”“Lah iya terbukti masuk ke sini aja dompleng Bu Nita. Kalau gak ada beliau, mana mungkin bisa masuk padahal Cuma lulusan SMA.”“Lulusan SMA kerjanya sama dengan
Read more
Awal Berjuang
Ketika merasa sedih, sendiri dan merasa terbuang, seketika itu pula menekan dada sendiri. Lalu menumpahkannya dengan cara menangis. Kondisi seperti ini sebenarnya hampir setiap hari dialaminya. Alina, si manja yang cengeng.Fatih menutup pintu dengan perlahan, pandangan langsung tertuju pada Alina yang sibuk dengan serangkaian atribut merajutnya. Ketika Fatih menghampiri, Alina langsung mengamati lelaki itu beserta gelas di tangan."Mas buatkan susu." Senyum simpul lelaki mengembang seraya meletakkan bokong berjajar dengan Alina."Aku sudah minum sore tadi," balas Alina."Sudah terlanjur dibuat. Gak mungkin kuminum, kan?"Akhirnya Alina menerima susu pemberian Fatih dan menatapnya sejenak."Minumlah, mumpung masih hangat."Tanpa pikir panjang, Alina meneguk susu hamil itu sampai habis."Mau nambah?" Fatih menawarkan dengan tangan terulur, meminta gelas yang sudah kosong.Alina menggeleng, "nggak, sudah kenyang." Ia menyerahkan gelas yang sudah kosong itu pada Fatih, kemudian menerus
Read more
Mencoba untuk Kuat
Hujan turun sangat deras. Petir menyambar silih berganti, tetapi sebuah motor nekad menerobos lebatnya hujan.“Mama ... Al takut!” teriak seorang anak perempuan dengan tangan memeluk pinggang sang mama.“Mama, kita berhenti saja” keluhnya mulai terisak.“Sebentar lagi sampai rumah, Alina,” balas sang mama setengah berteriak. Suara hujan mengalahkan suaranya yang sudah berusaha melengking tinggi anak di balik punggungnya Mendengar dengan jelas.“Mama ... Al takut” bocah tujuh tahun itu terus merengek, masih terisak.“Kita tadi perginya gak ngomong. Takut papa bingung nyariin.”“Mama, Al takut!” Alina tidak perduli ucapan mamanya, seakan tau bahwa akan terjadi sesuatu pada mereka berdua.“Mama ... kita berhenti saja.”“Alina! Jangan cerewet! Mama nggak bisa fokus kalau kamu merengek.”Sebuah bentakan ke luar dari bibir yang bisanya bertutur sangat lembut. Mendengar itu, Alina tidak lagi merengek. Ia menutup mata dan menyembunyikan wajah di punggung sang mama. Hingga sebuah sengatan pana
Read more
Arti Sahabat
Alina berbalas pesan dengan Rey sambil berjalan melewati lobi, kemudian ke parkiran. “Al,” panggil Fatih dari arah samping. Alina terkejut, sebelum akhirnya menyadari bahwa sedari tadi dirinya terlalu asik sendiri dengan benda pipih di tangan sehingga tidak menyadari kehadiran orang lain. “Mau ke mana?” tanya Fatih. Di tangannya menggenggam sebuah bungkusan. “Mau makan siang sama Rey, kebetulan sudah ditunggu. Itu dia.” Alina melambai pada seorang pria yang sudah siap di depan mobil yang terparkir. Rey. “Oh,” balas Fatih terasa berat. “Itu apa, Mas?” tanya Alina dengan mengamati plastik yang ditenteng Fatih. “Oh, ini makan siang untuk Anita.” “Oh.” Alina menanggapi. Alina tersenyum pias dan meninggalkan Fatih seorang diri. Fatih menatap berlalunya punggung itu diambil meremas bungkusan ayam panggang kesukaan Alina. Fatih menatap tajam keduanya, ingin marah, terapi merasa tidak berhak. Senyum Alina mengembang bebas di samping pria lain. Sedangkan di hadapannya, Alina sepert
Read more
Menolak dengan Halus
"Gue suka. Buat apa mikirin orang lain. Lagipula, nilai estetika gelang ini, bukan karena seberapa mahal harganya, tapi seberapa besar Lo berjuang demi mendapatkan gelang ini.”Alina tersenyum, terharu dan hampir menitikkan air mata.“Gue tau, Lo lagi belajar menghemat dan membeli sesuatu yang gak ada di daftar kebutuhan Lo, itu sudah bernilai lebih buat Gue. Jangan sedih, ada Gue di sini. Meskipun Gue haram untuk bisa menghapus air mata Lo, tapi setidaknya Gue punya gudang ember yang bakal menampung air mata Lo.”“Rey—““Jangan sedih. Usap air mata Lo. Saatnya Lo bangkit dan menjadi kuat.” Rey mencabut beberapa lembar tisu dari kotaknya dan menyerahkan Alina.“Setelah ini, Lo harus rutin ke psikiater buat sembuhim pobia Lo.”“Gue belum gajian. Pastinya duit gue gak bakal cukup membayar biaya konsultasinya.”“Ini gratis.”“Gak, ah! Palingan Lo yang bayar dari belakang.”“Gue sudah bisa nebak pikiran Lo kalau Lo pasti gak bakalan mau menerima bantuan materi. Makanya Gue carikan konsult
Read more
Skandal Alina
Pagi-pagi sekali Fatih sudah terbangun. Semenjak pindah rumah bersama Alina, ia menjadi rajin bangun pagi. Padahal bukan atas permintaan Alina jika ia sering berkutat di belakang. Membantu Alina memasak atau sekadar membentang jemuran.Ia sedang memanasi motor dan mobilnya.“Rajin, Pak.” Ucap seorang wanita paruh baya di depan pagar.“Eh, Bu Mala.”“Mbak Al ada?” tanyanya begitu masuk ke garasi.“Ada di dalam, masuk saja.”Tanpa menunggu lama, Mala memasuki rumah dan tak berapa lama pula, wanita itu keluar lagi.“Cuma sebentar, Bu?”“Iya, Pak. Cuma mau mengundang pak Fatih sama mbak Al, nanti malam datang ke rumah. Ada syukuran tujuh bulan anak saya.” Mala mengulang ucapan yang semula disampaikan kepada Alina.“Oh iya, insyaallah.”“Mari.”Fatih memandang punggung wanita itu dan berpikir akan merencanakan sesuatu kepada Alina..“Kamu nekat mau berangkat sendiri, Al?” tanya fatih ketika melihat Alina mengenakan helm. Alina menatap sesaat sebelum menaiki motornya.“Iya.”“Lenganmu suda
Read more
Pasrah
“Lo nggak membela diri saat mereka mencibir, lo, Al?”“Nggak. Buat apa?”Meli mendesah kesal. Ia menyodorkan bekal yang ia bawa, Alina mengambil salah satu nugget menggunakan sendok garpunya.“Sebenarnya, Lo itu punya rasa sakit nggak, sih Al?”Alina menghela nafas, menghentikan kunyahan dan meneguk air minumnya.“Sudah nggak mempan kalau Cuma dicibir karena masalah gosip murahan seperti ini. Sebelumnya, Gue pernah merasakan sakit hati lebih dari ini.”Nafasnya tersengal, ingin menangis tetapi ia tahan sekuat-kuatnya.Rasa sakit yang dihadiahkan Fatih dan Anita telah mendudukkan dirinya menjadi sang pesakit. Hingga saat ini, tidak ada rasa sakit yang mampu menandinginya.“Maaf, Al. Gue nggak bermaksud menyinggung.” Meli menyesalkan ucapannya yang akhirnya membawa Alina terlihat sangat terluka.“Gue bingung, Mel. Gue mau ngapain aja kok, kesannya salah melulu. Padahal di foto ini, laki-laki itu Cuma menolong Gue.”“Gue percaya sama Lo, kok.”“Gue nggak nyangka kalau kecelakaan kecil ke
Read more
Perhatian Fatih
Alina berpaling dan memasuki kamar. Fatih menyusul di belakangnya.“Kamu nggak akan ngerti, apa yang aku lakukan di belakangmu.”“Aku nggak mau tau, aku capek.”“Biarkan aku menebus kesalahanku, Al. Kasih aku kesempatan. Aku ingin memulainya dari awal.”Alina terhenyak. Tak mengerti jalan pikiran lelaki yang tiba-tiba serba ingin dimengerti itu.“Memulai seperti apa? Bahkan aku sudah remuk begini, apa Mas Fatih pikir mudah berada di posisiku? Dibuang, tanpa memberi kesempatan memperbaiki diri. Disiksa, seperti aku ini gak punya rasa sakit, lalu—““Alina cukup, jangan diteruskan.”“Lalu diminta kembali lagi seakan tak pernah terjadi apa-apa, begitu? Kalau aku mau memulainya dari awal, apa jaminan untuk aku dan anakku, hah? Apa Mas yakin siap meninggalkan mbak Nita hanya demi parasit seperti aku ini? Apakah-““Alina cukup!”Fatih menyentak tangan Alina hingga masuk dalam pelukannya.Alina tergugu.“Sudah-sudah. Jangan diteruskan. Maafkan aku, maafkan aku.”Fatih membelai sayang kepala A
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status