Semua Bab Nikah Kontrak Berbuah Cinta: Bab 71 - Bab 80
96 Bab
Tujuh Puluh Satu
Pagi-pagi sekali Emili bangun setelah semalaman tidur dengan pulas, mungkin ia kelelahan setelah seharian melakukan perjalanan dan merapikan barang, ia sengaja menyibukkan diri agar tidak ada kesempatan untuk mengingat masalah yang membuat hatinya lemah lagi, lalu air matanya keluar lagi atau hari-harinya tidak semangat lagi, ia sudah lelah karena selalu merasa terpuruk. Ia bangkit dari kasur lalu membuka jendela, ia menghirup udara segar sambil menikmati pagi yang menyapa. Suara klakson di depan rumah mengagetkannya, bersamaan dengan langkah kaki di luar kamar."Bu Emili..." Panggil Bu Eni terdengar mendayu-dayu."Sudah adami mobil bak, yang saya bilang kemarin" Seru Bu Eni menjelaskan, Jadi maksud Bu Eni tentang mobil bak adalah truk pengangkut barang."Iya Bu" Emili membuka pintu."Ayo Bu kita turun, ada barang yang di kirim Pak Evan satu mobil, Ibu lihat habis itu suruh orang-orang di mobil itu taro barangnya di tempat yang cocok" Jelas Bu Eni dengan logat Makassar."Barang apa
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Dua
Emili menemui dokter obgyn sesuai arahan dari dokter umum yang telah memeriksanya tadi, dengan hati deg-degan Emili memasuki ruang tunggu khusus untuk ibu hamil, untungnya Bu Eni masih setia menemaninya, ia tampak seperti seorang ibu yang mengantar putrinya untuk periksa."Ibu Emili..." Seru salah seorang petugas kesehatan.Emili menyambut panggilannya dengan jantung yang semakin deg-degan."Mau saya temani Bu?" Bu Eni menawarkan diri, bagaimanapun Bu Eni mengerti perasaan Emili sebagai calon ibu baru."Tidak usah Bu En, tunggu di sini saja" Jawab Emili."Baik" Bu Eni menurut."Halo Bu Emili, ada yang perlu saya bantu?" Tanya dokter dengan ramah."Sepertinya saya hamil Dok" ucap Emili, selanjutnya ia menjelaskan masalah yang di alaminya sejak tadi, sama seperti yang di jelaskan kepada dokter umum sebelumnya."Oh begitu" Kata Dokter kemudian mengambil sebuah buku berwarna pink."Nama Ibunya Emili benar?" Tanya Dokter, ia meminta data Emili sebagai ibu dari janin, setelah data ibu, Sang
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Tiga
Hari demi hari berlalu begitu saja, Kehamilan Emili sudah berusia tiga bulan, ia sudah melalui masa-masa yang paling tidak nyaman semasa kehamilan, mulai dari nafsu makan menurun, badan yang selalu lemas, perasaan yang selalu berubah-ubah sangat cepat, penciuman yang sangat sensitif, dan banyak lagi drama kehamilan yang dirasakannya, tapi ia berusaha melalui semuanya dengan sabar demi menjaga cinta pada calon bayinya, Bu Eni juga selalu siaga disisinya, ia berperan sebagai orangtua, mertua bahkan sebagai suami selama masa kehamilan majikannya itu, (tentu saja tidak dalam urusan kasur dan dalam hal sensitif lainnya).Di kehamilannya yang sedang memasuki trimester kedua ini, Emili mengalami perubahan yang cukup drastis, hal-hal yang selalu berlangsung dramatis setiap hari di tiga bulan pertama tiba-tiba berubah, yang tadinya tidak nafsu makan menjadi sering lapar dan apa saja di lahap, tubuhnya juga sudah lebih segar dan tampak lebih segar dan sehat, karena itu ia mulai meminta Evan untu
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Empat
Setelah tiga bulan berlalu, perut Emili sudah mulai nampak membuncit, ia sering memperhatikan dirinya di kaca, tubuhnya yang tadinya lebih kurus, kini nampak agak berisi, ia semakin sehat dari hari ke hari, ia selalu berusaha membuat dirinya enjoy menjalani kesehariannya sebagaimana yang di sarankan dokter padanya saat berkunjung untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap bulannya,"Bu Emili tidak boleh capek, istirahat yang cukup, minum obatnya secara teratur dan yang paling utama jangan sampai stres karena bisa mempengaruhi perkembangan calon bayinya" begitu nasehat dokter waktu itu, ia selalu mengingatnya dengan baik, karena itu ia menghindari semua hal-hal yang bisa memicu timbulnya stres, terutama membuka sosial media walaupun hanya iseng, karena dari sosial media inilah penyebab utama timbulnya stres karena ia bisa malihat, membaca atau mendengar berita yang menyebabkannya selalu stres.Ia hanya memiliki aplikasi berwarna hijau di ponselnya, orang-orang yang di hubungi juga hanya E
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Lima
Emili bingung apakah harus menerima penawaran kerja sama dengan bisnis keluarga Fernando itu atau tidak, ia tidak bisa memungkiri kebenarannya, ia bimbang karena Fernando berhubungan dengan urusan pribadinya, di tengah kebimbangannya, Evan menghubunginya, ia merasa bersyukur karena itu."Halo Van..." Seru Emili."Halo... Apa kabar?" sambut Evan"Aku baik""Calon bayinya?" "Baik juga" khusus pertanyaan satu ini membuat Emili tersentuh."Syukurlah, kalau perusahaan?""Seperti yang aku laporkan padamu" ucap Emili sedikit percaya diri."Aku sudah menduganya, kau pasti bisa, karena kau orang yang tepat""Terima kasih Van, aku akan lebih berusaha" Emili merasa di hargai oleh Evan yang saat ini merupakan bosnya."Oh ya, apakah orang dari Fernando mengirim surel?""Iya, aku baru saja membacanya" "Bagus, kau bisa menerimanya""Kamu tau itu dari Fernando kan? aku tidak bisa, tolong alihkan saja ke pusat""Aku yang mengalihkannya untukmu, meskipun itu dari Fernando tapi tidak ada hubungannya d
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Enam
Emili kembali ke rumahnya setelah senja hampir berganti malam, Bu Eni yang dari tadi menunggu kedatangannya datang menghampiri."Ada apa Bu? kenapaki pulang terlambat? saya khawatir terjadi apa-apa, mana ibu lagi hamil" Bu Eni menyambutnya dengan cecaran pertanyaan tapi Emili senang karena di perhatikan."Kerjaan lagi banyak Bu""Masa sih, perusahaan itu isinya seperti pengangguran Bu" Bu Eni saja tidak percaya."Kan ada Aku, jadi udah beda dong Bu, semua orang sudah Aku sulap menjadi pekerja yang rajin""Kalau ku tau begitu tidak keluar saya dari sana""Ibu Eni pernah kerja di perusahaan?""Iya, tapi gatal tanganku tidak ngapa-ngapain, mana pelanggan sepi, ya sudah saya resign dan menjadi penjaga cluster, waktu Ibu mau datang saya di minta Pak Evan temaniki Bu" Jelas Bu Eni panjang lebar, sambil menunggu Emili."Oh, ya sudah Bu Eni harus setia padaku""Siap Bu, ayo kita makan dulu Bu, kasian calon dek bayinya kelaparan" Ucap Bu Eni.Dalam hati Emili sangat bersyukur, meski ujian yang
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Tujuh
Misi pertama Alex sedang di lancarkan, ia mengambil sejumlah dokumen para pelamar yang memasukkan resume, sasarannya adalah mencari resume kedua teman Emili, ia tidak tau nama lengkapnya tapi ia masih ingat dengan jelas wajah dua orang itu, ia berharap dapat mengenalinya di foto.Ia menemukan milik Hana yang di nyatakan lulus menjadi pekerja di perusahaannya, sayangnya Hana di tugaskan di tempat yang jauh, tapi ia tetap menyimpan milik Hana barangkali bisa berguna suatu saat nanti, beberapa saat kemudian ia menemukan juga resume Maya, ia tersenyum karena Maya masih berada di atap yang sama walaupun di bagian yang cukup rendah di kantornya. Maya mendapat tugas sebagai pelayan resepsionis di pintu tiga, itu adalah pintu para karyawan lalu lalang, termasuk yang dulu selalu di lalui Emili saat bekerja sebagai cleaning servis di tempat itu. Di kantor itu ada banyak pintu setiap pintu punya tingkatan masing-masing, pintu satu adalah pintu VVIP, pintu yang di lalui orang-orang seperti Danil
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Delapan
Alex menemui Maya setelah jam kantor, ia menunggu Maya di depan pintu tiga, tidak lama kemudian Maya muncul setelah mengganti baju kerjanya dengan pakaian biasa."Hei kamu" Seru Alex menyapa Maya.Maya celingak celinguk mencari siapa yang di sapa orang di depannya itu."Anda berbicara dengan saya?" Maya menunjuk dirinya sendiri."Iya siapa lagi?""Saya punya nama" Maya protes."Iya saya tau kamu Maya kan? sini sebentar" Alex meminta Maya lebih mendekat, sepertinya Maya tidak mengenalinya, benar saja setelah Maya mendekat, ia hampir terjengkang karena kaget."Maaf Pak Alex saya sudah tidak sopan, tadi saya tidak mengenali Anda" Maya berucap dengan hormat setelah membenahi posisinya."Iya tidak apa-apa" "Kenapa Anda ingin menemui saya di tempat seperti ini, Anda bisa memanggil saya ke tempat Anda" ucap Maya dengan sopan, tentu saja ia harus sopan karena sedang berhadapan dengan asistennya orang nomor satu di perusahaan itu."Begini saja, sebaiknya kita memulai pembicaraan setelah menemu
Baca selengkapnya
Tujuh Puluh Sembilan
Dua tahun berlalu, Dania kecil sudah bertumbuh menjadi putri kecil yang sedang aktif-aktifnya, ia juga sudah bisa mengucapkan beberapa kata, seperti ibu, makan, minum, mau dan sebagainya, Emili kadang merasa heran karena Dania bisa menyebut kata ayah, ternyata karena Bu Eni yang mengajarinya, kadang ia menunjuk seseorang yang muncul di tv sambil menyebutkan kata "Yah", Emili yang menyaksikan tidak bisa mengelak apalagi menegur karena orang itu memang ayah Dania. Kalau sudah begitu Emili akan berdebat dengan Bu Eni yang sekarang bertambah pekerjaannya sebagai pengasuh Dania juga."Bu Eni, sebaiknya tidak usah perkenalkan ayah padanya" Ucap Emili beberapa waktu yang lalu."Kenapa Bu, Dania harus tau ayahnya, biar Dania tidak merasa berbeda dengan anak-anak lainnya.""Ada saatnya Bu En""Kapan Bu?""Jangan sekarang lah Bu En, nanti kalau dia sudah bisa ngerti""Ibu akan lebih kewalahan kalau saat besar nanti dia tiba-tiba bertanya siapa ayahnya atau dimana ayahnya, lebih baik di biasakan
Baca selengkapnya
Delapan Puluh
Akhirnya Emili kembali menginjakkan kakinya di bandara Soekarna Hatta setelah sekian lama, ada kerinduan yang mendalam saat menapaki kakinya di kota itu, tapi secara bersamaan tempat itu juga pernah mengukir momen tersedihnya, ia pun menghirup udara sebanyak yang ia bisa setelah itu membuangnya perlahan.Sementara Bu Eni yang bersamanya tidak pernah berhenti tersenyum bahagia dan bergumam syukur karena akhirnya diri bisa berada di bandara internasional yang biasanya ia hanya bisa lihat di tv."Dania senang akan bertemu Nenek?" Emili bertanya pada putrinya yang sedang berada di gendongannya. Sementara Bu Eni membawa barang bawaan yang tadi di taruh di kabin."Iya Dong Ibu, Aku senang sekali" Ucap Bu Eni mewakili Dania yang diam saja selain itu Dania memang belum bisa bicara dengan lancar, mata kecilnya yang tajam masih memindai suasana, mungkin gadis kecil itu menyesuaikan diri karena berada di tempat asing. "Kita lanjutkan perjalanan ke rumah keluarga saya ya Bu En, besoknya cukup Em
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status