All Chapters of My Crazy Office Girl: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
21. Harus Nyilang Gitu?
Sesuai janji kami, akhirnya aku dan BIP menghabiskan waktu bersama di rumah dinas yang ditempati BIP. Sebenarnya, BIP berniat tidur di rumahku tapi BIP kan bidan desa jadi sebentar-sebentar ada ibu-ibu hamil yang bertandang untuk periksa atau ibu-ibu mau suntik KB. Jadilah, aku yang mengungsikan diri ke rumah dinasnya."Wah, jadi kamu capek ya BIP." Akhirnya kami bisa besantai setelah pukul sepuluh malam."Ho'oh tapi kan aku senang dengan pekerjaanku jadi ya begitu deh."Kami terus bercerita sambil menonton TV dan memakan camilan."Kerjaanmu gimana?""Alhamdulillah, aku lagi diskorsing gara-gara tindakan anarkis sama OG lain.""Hahaha. Coba dulu kamu gituin juga si Mona, seneng aku.""Males. Kasihan tanganku harus terkotori sama uler keket licik macem dia.""Iya, sih. Bapak bilang dia udah hamil tapi bukan anak si Ari. Ari kan habis nikahi Mona langsung kabur ke Sumatera."Aku hanya tersenyum sinis. Ck, dasar cowok plin plan. Dulunya mudah terbawa emosi gara-gara gosip murahan. Merasa
Read more
22. Para Pengagumku
"Ndak usah bantuin bapak, ya ora papa, Nduk.""Kania bosen. Lagian ya Pak, masa Kania tega lihat Bapak lagi capek, Kania ongkang-ongkang kaki atau rebahan.""Ya wis. Tapi kalau capek istirahat loh.""Nggih, Bapak."Aku sedang membantu Bapak menjemur padi di depan rumah. Pakaian yang kugunakan tentu saja kaos panjang, celana panjang, kerudung, penutup mulut alias masker dan juga caping alias penutup kepala dari anyaman bambu.Sesekali, aku dan Bapak mengorek-orek padi dengan suatu alat yang terbuat dari kayu yang menyerupai garpu. Selain itu terkadang aku dan bapak mengambil batang padi yang terbawa atau menaruh padi yang bercampur batang atau daun padi dalam tampah dan mulai memutarnya untuk membersikan padi dari kotoran. Istilahnya 'napeni'. Dua hari ini aku gak ketemu sama BIP atau pun tetangga BIP dan sahabatnya itu. BIP lagi sibuk dan sepertinya dua pria cool bin nyebelin juga lagi sibuk. Seperti diriku yang sibuk menjemur padi. "Kania." Sebuah suara memanggilku saat aku sedang
Read more
23. Dugaan yang Meleset
Aku sedang membantu ibuku berjualan di toko kelontongnya. Alhamdulilah, meski masih kecil tapi sudah lumayan isinya dan pelanggan ibu juga sudah lumayan banyak. Aku bersyukur setelah beberapa tahun lalu keluarga kami didera cobaan berat, akhirnya kini kehidupan kami sekeluarga mulai tertata. Meski jauh dari kata berlebih tapi cukup."Ini, Bu. Kembaliannya.""Makasih Mbak Nia.""Sama-sama.""Permisi.""Monggo."Itu adalah pelanggan kesekian yang belanja di toko Ibu. Setelah pelanggan itu pergi, toko Ibu terlihat sepi pun toko-toko di sekitar toko kami. Maklumlah. Ibu kan jualan di pasar desa yang hanya buka dari jam enam pagi sampai mentok jam sepuluh. Meski pasar desa tapi pasar Suka Manja ini termasuk ramai. Soalnya, harga sayur mayur di pasar ini sangat murah. Rata-rata penjualnya adalah petani asli. Makanya kadang ada pembeli dari kota yang sengaja membeli dalam jumlah banyak untuk dijual lagi di pasar lain yang lebih besar."Nanti malam jadi pulang?""Jadi dong.""Naik travel lagi
Read more
24. Ajakan Bareng
Aku menatap penuh minat pada lelaki tampan yang kini duduk di depan Bapak. Sesekali dia tertawa bersama Bapak dan Ibu. Ada saja yang dia bicarakan bersama kedua orang tuaku. Kecuali satu, melamarku. Jiah! Itu sih karepku bukan karepnya.“Nak Andro asli Jakarta?”“Iya, Pak. Tapi kata Papah, buyutnya Papah itu keturunan Chinese dan Palembang. Kalau Mamah Asli Solo.”“Oooo.”“Sering ke Solo?”“Jarang, soalnya orang tua Mamah sudah meninggal semua. Beliau juga anak tunggal. Sementara keluarga Solo juga sudah banyak yang merantau di Jakarta dan Jawa Barat. Makanya jarang ke Jawa.”“Oooo.”Mereka terus saja mengobrol, sementara aku hanya diam, duduk di kursi paling pojok setelah mengantarkan soto yang dibeli Pak Andro ke rumah BIP dan Bu Risa. Sementara yang beliin masih asik ngobrol sama ngopi bersama Bapak.“Maafin Kania ya Nak kalau selama bekerja, anaknya sering nyusahin Nak Andro. Kania itu ya begitulah adanya. Tapi meski begitu, Bapak bangga sama dia. Anaknya gak pernah ngeluh, gak pe
Read more
25. Sepanjang Jalan
Beberapa kali aku mencubit pipiku. Sakit. Ternyata aku masih berada di bumi manusia bukan di dunia perhaluan. Bahkan sesekali memegang dada kiriku guna memastikan jantungku masih berdebar dan aku masih hidup.“Kenapa?”“Yah.” Aku menoleh ke laki-laki di samping kananku.“Kamu kenapa? Sakit?”“Oh, enggak.”Lelaki di sampingku kembali diam dan fokus menyetir sementara aku, masih sibuk menormalkan debaran di dada.Sejak tadi pagi, lelaki di sampingku memang aneh. Dari mulai tiba-tiba kami berada di toko oleh-oleh yang sama, kedatangan Pak Gito, dia naik motorku untuk makan bareng, belanja batik bareng, mengantarku pulang, hingga ngobrol dengan Bapak Ibuku hingga berujung pada tawaran pulang bareng. Dan itu disetujui oleh Bapak dan Ibu. Ibu bahkan dengan antusias menyiapkan beberapa jajanan atau makanan kering seperti kerupuk mireng, karag, manggleng, oyek dan semua olahan dari singkong yang ada di rumah, dibawakan ibu dan ditaruh di jok tengah. Bagasi sendiri sudah penuh dengan jajanan
Read more
26. Permintaan Maaf
Teriakan dari Gita dan kawan-kawan menyambut kedatangaku kembali di pantry. Aku memeluk para wanita dan bersalaman dengan para pria.“Mudik bukannya tambah cantik kok malah jadi item gini? Gosong.”“Maklum, Ta. Aku habis bantu jemur padi. Nanti deh habis gajian aku beli skincare sama hand body yang bikin kulit langsung putih kinclong seketika.”“Hahaha. Bisa aja kamu. Eh, bawa jajanan gak?”“Pasti dong, Sya. Bentar ya, aku taruh di meja dulu.”“Yey.”“Hore.”“Asik.”Aku pun membagi jajanan yang kubawa dari rumah dengan sama rata dan adil. Bahkan beberapa karyawan lain yang kukenal pun ikutan minta. Salah satunya Mbak Mita, seorang staff di bagian keuangan.Selesai membagi-bagikan jajanan, aku dan Ido langsung meluncur ke lantai enam. Pertama kami membersihkan setiap ruangan jajaran petinggi MJS selanjutnya bagian luar menjadi tempat terakhir yang kami bersihkan. Aku mengelap kaca sementara Ido menyapu. Sambil bekerja kami terus bercerita.“Tahu gak, Kania.”“Apa?”“Sandra sama Andi ke
Read more
27. Pernikahan Mantan Gebetan
Aku baru saja selesai absen. Karena tadi pekerjaan di lantai enam sedang banyak sekali makanya aku termasuk yang pulang telat. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Untung tempat kostku dekat. Segera saja mencangklong tas lalu berjalan menuju keluar gedung. Pada pak satpam kuulas senyum ramah seperti biasa. Dengan langkah lebar aku segera menuju ke kostan. Namun sebelum sampai di gang menuju kost. Aku dihadang oleh Sandra dan Deswita. Tanpa aba-aba keduanya langsung menyerangku.“Dasar pelakor.”Plak! Plak!“Aw. Sakit!”Dengan membabi-buta Deswita dan Sandra menjambak bahkan menampar pipiku. Aku tak membalas karena teringat ada jambang bayi di perut Deswita. Beruntung teriakanku didengar oleh orang yang berlalu lalang. Hingga aku diselamatkan dari amukan dua ulet keket yang lagi ngamuk.Deswita dan Sandra terus mengataiku dengan sebutan pelakor lah, tukang rebut suami orang lah. Dan tentu saja kubalas perkataan mereka.“Eh, Deswita. Kamu lihat aku umpetin Aryo apa enggak? Kalau ma
Read more
28. Nyesek
“Hai Mbak Kania.”“Eh Mbak Ara. Sehat? Gimana pekerjaannya? Butik makin laris, ‘kan?”“Alhamdulillah banyak yang komplen.”“Loh kenapa?”“Habis calon pengantin prianya pada tergoda sama kecantikanku.”“Tergoda gimana?”“Ya itu. Bukannya pada nemenin calon bini buat lihat-lihat model baju malah pada sibuk kenalan dan minta nomerku. Alamat banyak yang gatot dah nikahnya.”Mbak Ara berlagak sok cantik dengan mengibaskan rambut sebahunya. Aku hanya tertawa melihat tingkah konyol kembaranku ini. Eh, aku lupa bilang ya, kalau aku sama Mbak Ara udah jadi saudara kembar beda bapak ibu. Yang ngasih julukan kalau kami kembar gila ya siapa lagi kalau bukan si Pak Manajer.“Hahaha. Ya begitulah Mbak. Namanya juga wanita cantik.”“Ho’oh. Harus siap dengan kejulitan netijen yang merasa budiman.”“Hahaha.”Kami terus bercerita. Kebetulan aku sedang istirahat jadi makanya bisa santai ngobrol bareng Mbak Ara. Mbak Ara kuliah S1 di Perancis mengambil sekolah mode. Karena sejak kecil dia memang suka sek
Read more
29. Kakek Ahsan
Pagi ini aku sudah sibuk membantu Mbok Siti memasak di dapur. Seperti biasa, kami selalu menggunakan logat ngapak kalau ngomong. Kemarin, Tante Laras memintaku datang untuk menginap. Dia menjanjikan kalau Mbok Siti mau masak rendang. Otomatis dong, aku menerima ajakan menginap dari Tante Laras. Pokoknya kalau hubungannya dengan makan gratis, Kania gak bakalan nolak pokoknya.“Wah, udah mateng aja rendangnya. Kania beneran pinter ya. Pokoknya sip dah. Siap jadi mantu.”“Iyalah, Tante. Makanya buruan jadiin Kania mantu. Kalau keduluan orang lain, nanti Tante kecewa loh.”“Oke-oke. Coba nanti tante kodein Andro ya? Kalau Andro gak mau coba nanti tante kode-kode ke sepupu-sepupu Andro.”“Siap, Tante. Pokoknya harus ganteng loh Tan. Jangan cantik. Kalau cantik, nanti Kania kalah saing.”“Ya ampun, bisa aja kamu. Gemesin.” Tante Laras menepuk bahuku pelan. Setelah rendang matang pun dengan masakan yang lainnya, Tante Laras segera memanggil anggota yang lain. Kami pun segera mengelilingi me
Read more
30. Salah Parkir
“Gak pengen masuk?”“Eh.”Aku kaget mendapati posisi Pak Andro yang begitu dekat denganku. Bahkan pipi kami sedikit bersinggungan. Aku bisa merasakan jambang tipisnya yang begitu menggelitik, membuat jantungku ikut-ikutan kebat-kebit.“Beliau ayah angkat Papah.”Aku hanya mengangguk karena sudah tahu semuanya dari Mbak Ara.“Beliau lelaki yang baik. Sayang punya istri seperti Nenek Inggit.”“Kayak Mak Lampir ya, Pak?”Pak Andro mengerutkan kening lalu menatapku dengan penuh selidik.“Mbak Ara yang cerita.”“Ya begitulah, mereka adalah orang-orang gila harta dan kedudukan. Tante Inggit sudah tahu jika Kakek tak bisa mempunyai anak. Beliau bertahan hanya demi harta Kakek. Om Anton dan Tante Jihan pun sama saja.”Aku menatap Pak Andro. Sesuatu yang menjadi keingintahuanku sejak beberapa waktu lalu akhirnya kusampaikan.“Pak Andro kenapa gak mau dijodohkan sama Mbak Juwita? Kayaknya Mbak Juwita cinta banget sama Pak Andro.”Pak Andro tersenyum sinis. “Dia gak cinta sama saya, dia cuma obs
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status