All Chapters of Menantu Miskin di Mata Mertua: Chapter 11 - Chapter 20
21 Chapters
Bab 11
Bab 11 Menantu Miskin di Mata MertuaOrang-orang yang tadi bersorak gembira, malah menatapnya dengan raut wajah penuh tawa. Padahal, mereka adalah orang-orang yang selama ini mengaku dekat dengan Wina, tapi sikap mereka menunjukkan seolah jarak di antara mereka terbentang luas.Aku sendiri tidak bergerak sedikit pun, begitu juga ibu yang sejak tadi sangat antusias untuk kemenangan dirinya. Tapi sekarang wanita yang merasa hebat itu sudah tidak berdaya. Bahkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, lalu bangun. Dia hanya mampu berbaring dan sepertinya sambil menahan rasa sakit yang amat sangat.Anehnya aku juga tidak mau membantunya. Hanya melihat dari kejauhan sambil meneguk air minum yang tadi belum habis dengan duduk cantik.Lima menit pun berlalu, tapi masih belum ada yang menolongnya. Wina juga masih belum bisa bangun. Beberapa kali dia berusaha, tapi beberapa kali juga usahanya kandas begitu saja.Bukannya aku tidak ingin menolong, tapi aku ingin dia, ibu, dan orang-orang yang men
Read more
Bab 12
Bab 12 Menantu Miskin di Mata MertuaSuara yang barusan aku dengar seperti suara geledek di siang hari. Bahkan tidak hanya aku yang langsung terdiam, Wina dan yang lainnya juga sama. Mereka pasti kaget dengan informasi ini."Jangan mengada-ada! Aku tahu dia sangat setia, tidak mungkin melakukan hal itu," teriak Wina tidak terima."Benar, bisa saja mereka sedang melakukan rapat," sahutku berusaha mencairkan suasana. Karena kalau Wina marah-marah di sini, bisa bahaya."Suamiku sedang membawa anak-anak jalan-jalan, pasti anak-anak juga ikut ke dalam hotel," ucapnya ngotot. Padahal, tubuhnya masih terdampar di lantai."Anak-anak? Ngaco kamu. Tadi yang melihat juga tidak hanya aku, tapi temanku juga. Kebetulan tadi kita janjian untuk istirahat di sebuah tempat di pinggir jalan," jelasnya lagi tapi malah membuatku semakin bingung.Tadi dia perasaan memberikan penjelasan yang berbeda?Ah, sudahlah. Sekarang permasalahannya bukan tentang penjelasan, tapi tentang kesetiaan suaminya Wina yang p
Read more
Bab 13
Bab 13 Menantu Miskin di Mata Mertua"Menantu?" Nada bicara Mas Damar naik beberapa oktaf setelah mendengar kata-kata yang begitu ambigu."Tolong jelaskan apa yang sebenarnya sudah terjadi ini," pintaku dengan nada yang masih teratur.Aku berusaha setenang mungkin agar bisa mencapai akhir dari percakapan ini. Kalau masih tidak mendapatkan apa pun, sama saja yang kita lakukan hanya kesia-siaan."Sebenarnya Panji itu suami dari ....""Pa," panggil istrinya menghentikan suaminya yang hendak memberikan penjelasan."Tidak apa, Bu. Justru lebih bagus di ceritakan semuanya sekarang daripada nanti, karena hanya akan membuat semua orang terluka," pintaku mulai tidak sabar. "Ibu sama Bapak bisa menjelaskan semuanya dengan pelan-pelan."Mereka saling melemparkan tatapan, lalu tersenyum meski terlihat enggan untuk melakukan itu."Sepuluh tahun yang lalu, Panji melamar anak saja," ungkapnya mulai membuat rahang Mas Damar mengeras dan aku yang juga sama-sama kaget masih berusaha untuk tenang agar b
Read more
Bab 14
Bab 14 Menantu Miskin di Mata Mertua"Ayu?"Aku berjalan mendekat dan memanggil namanya dengan sangat yakin. Aku masih ingat dengan jelas siapa yang kini ada di depan mataku."Siapa, ya?" tanyanya seolah dia tidak mengenalku."Aku Risya, kamu sudah lupa?" Aku kembali bertanya tanpa memedulikan tatapan tajam dari orang-orang, terutama Wina.Memang orang tua tadi mengatakan kalau Panji dan wanita ini sudah menikah, tapi bagaimana kalau belum?Ya, Allah, aku sama sekali tidak berniat untuk mengungkit masa lalunya karena bisa saja dia sudah bertaubat dan berubah, tapi membayangkan dia bersama dengan Panji tanpa sebuah ikatan, sungguh membuat hatiku luka bertingkat-tingkat.Aku lebih suka dia berubah dan kembali ke jalan yang diridhai Allah. Tentu aku akan sangat bersyukur."Oh, Risya," ucapnya seolah tidak suka bertemu denganku seperti ini.Aku memang tidak berhak menilai orang dari luar, tapi melihat sikapnya yang masih sama seperti dulu, pikiranku langsung melayang ke sikapnya yang dulu
Read more
Bab 15
Bab 15 Menantu Miskin di Mata Mertua"Dari tadi aku coba tahan dengan sikap tidak tahu malu dirimu itu, tapi kini aku sudah tidak tahan," sentak Mas Damar sambil memu kulnya beberapa kali.Aku cukup kaget, tapi tidak apalah. Dia memang harus diberikan pelajaran. Lagi pula Mas Damar juga tahu batasannya."Kamu lihat, bukan, Win? Kakakmu ini tidak begitu sayang padamu. Dari tadi di duduk di kursinya dengan tenang padahal aku ada di sampingnya, tapi ketika aku usik istrinya, dia langsung marah," teriaknya kepada Wina yang bahkan tidak sudi menatapnya, dia berusaha membujuk Wina dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya, dan sepele.Wina menyipitkan kedua matanya. "Tentu saja karena yang kau goda adalah istrinya. Beda denganmu, istri wanita pria lain saja masih kau goda. Apakah begitu tidak tahu malunya seorang pria yang ternyata beristri dua? Padahal, istri pertamanya mampu menutup aurat dengan sempurna," tandas Wina dengan kata dan penekanan yang kuat hingga membuat kami terdiam tanpa kat
Read more
Bab 16
Bab 16 Menantu Miskin di Mata Mertua"Pak Le tidak bisa setuju dengan mudah. Di sini, aku juga tidak sepenuhnya salah, Pak Le," ucap Panji keberatan."Apalagi yang perlu dibicarakan? Kamu itu pria. Mengalah saja, apa susahnya?" sentak Pak Le. Beliau terlihat tidak suka dengan perkataan Panji yang hanya memikirkan perasannya saja tanpa ingat dengan perasaan wanita yang mudah patah dan hancur."Tolong berikan saya kesempatan kedua, Pak Le. Saya janji akan menjadikan Wina satu-satunya Ratu di hati dan kehidupan saya dan akan saya jadikan semua ini pelajaran untuk ke depannya," sahut Panji mantap.Dia terlihat bersungguh-sungguh, sayangnya aku tidak suka. Dia sudah melakukan kesalahan berulang kali tanpa ingat kalau dirinya sudah menjadi suami yang zalim."Lagi pula Wina belum bekerja, Pak Le. Selama ini saja dia masih suka membuat masalah. Bagaimana kalau nanti tambah menyusahkan Mas Damar dan Mbak Risya, Pak Le?" tanya Panji membuat bulek yang tadi bangkit dan baru jalan beberapa langka
Read more
Bab 17
Bab 17 Menantu Miskin di Mata Mertua"Mas, kira-kira nanti Wina berubah lagi jadi menyebalkan enggak, ya?" Aku bertanya dengan sikap Wina selama ini terbayang langsung.Menghadapi yang dulu saja rasanya aku tidak sanggup, apalagi yang sekarang. Tandanya aku harus lebih kuat lagi."Bisa jadi, manusia kan sangat suka berubah. Punya ini, berubah. Punya itu, berubah. Tapi biarlah Allah saja yang bekerja, kita cukup jalani kehidupan kita saja," jawabnya dewasa dan bener banget.Aku juga lelah kalau harus selalu meladeninya karena aku juga hanya manusia biasa. Jadi kita hanya bisa melihat untuk ke depannya dia akan seperti apa."Pak Le setuju dengan apa yang kamu katakan. Kalau melihat bagaimana sikap Wina selama ini, boleh jadi dia kembali seperti dulu, dan lebih parah. Karena sekarang dia memegang uang dua puluh juta perbulan yang bisa dia habiskan bersama keluarganya. Beda dengan dulu," jelas Pak Le dan itulah yang aku takutkan. Sementara gajinya Mas Damar tidak besar, jadi sudah pasti d
Read more
Bab 18
Bab 18 Menantu Miskin di Mata Mertua"Kenapa? Kamu tidak terima aku mengatakan yang sebenarnya?" tanyaku sambil menatapnya kesal. "Oh, ya, aku lupa memberitahu kamu. Ayu itu adalah temanku.""Tetap saja, Mbak tidak boleh menilainya seperti itu karena bisa saja hatinya selalu beristigfar, memohon ampun ampunan kepada Allah," hardiknya membuatku semakin marah, tapi sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak emosi. Karena aku tipe orang yang menyesal setelah melampiaskan amarah."Lagi pula Mbak bukan orang yang selalu ada di sampingnya selama 24 jam," tegasnya lagi.Aku tersenyum kecut dan Wina juga menatapnya murka. "Tandanya kamu bersama dia selama 24 jam, Mas?" tanya Wina mendesaknya.Panji hanya dia sambil menundukkan kepalanya. Aku akui, memang hanya kepada Wina dia tidak berani mengangkat wajahnya. Tidak seperti padaku apalagi ayu, bawaannya selalu emosi."Dasar pria pembohong!" teriak Wina, lalu kembali ke kamarnya dan mengunci pintu.Aku tertawa kecil. "Wina saja tahu siapa yang
Read more
Bab 19
Bab 19 Menantu Miskin di Mata Mertua"Apa separah itu?" bisik Mas Damar.Pria ini memang tidak tahu menahu tentang Ayu. Ketika aku menikah pun dia memang tidak diberitahu. Lagi pula dikasih tahu pun belum tentu dia akan datang dengan itikad baik.Aku masih ingat jelas beberapa tahun lalu saat dia membawa pria tua ke rumah. Sebenarnya dewasa, bukan tua. Tapi bagiku tetap saja tua karena kulitnya sudah agak keriput. Beda dengan Mas Damar. Meski usianya sudah tiga puluh tahunan, wajahnya tidak kalah muda seperti anak belasan. Kerja di ruangan yang ber-AC membuatnya terlihat lebih muda daripada teman-teman seusianya. Ketika itu usiaku dan Ayu sama-sama baru menginjak 18 tahun. Lalu, kita terlibat perdebatan singkat. Dia pun berteriak, "jika kau menikah nanti, aku akan merebut suamimu, dan semua kebahagiaan yang kau miliki," tandasnya.Dari sejak itu, dia selalu membuat masalah yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang wanita, terutama wanita muslimah. Seperti merokok dan yang lainnya.
Read more
Bab 20
Bab 20 Menantu Miskin di Mata Mertua"Dasim?" Mas Damar mencekal pergelangan tangannya, sementara aku hanya diam sambil memeluk tubuh yang terasa dingin dan bibir juga gemetar. "Kau menipu pria dengan pakaianmu lalu memperalatnya? Apa kau pikir agama untuk dipermainkan?"Suara Mas Damar terdengar menggelegar. Orang-orang yang awalnya terdengar membela dia dan mencaci maki aku, sekarang mulai diam. Mungkin mereka bingung siapa yang benar dan salah. Padahal, mereka tidak tahu apa pun tentang masalah ini, bukankah seharusnya mereka diam?"Apa yang kau katakan? Aku benar-benar sudah hijrah dan jangan bawa pakaianku karena sikapku yang tidak baik," bentak Ayu. Dia benar-benar pandai playing viktim. Kalau saja membenci manusia tidak dilarang oleh Allah, dia adalah orang pertama yang aku benci, dan mungkin satu-satunya.Dialah Ayu yang sebenarnya. Bersembunyi dalam jilbab lebar yang dipakainya dan gamis panjangnya. Dia menyembunyikan sikap aslinya dengan sikap lemah lembutnya dan sungguh aku
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status