Semua Bab Luka Istriku karena Cinta: Bab 41 - Bab 50
110 Bab
Tidak Cukup Baik Bagimu
Seva bergeming, tapi tak juga mengubah posisi tangannya. Perlahan dan pasti, suamiku meraih tangan perempuan itu dan mengambil pistol darinya. Secepat kilat dia melempar senjata itu ke arah belakangku dengan tangan kanannya, sementara yang kiri masih menggenggam jemari Seva. Rizal menangkap pistol yang dilempar Mas Zaki. "Widia, kembali ke rumah bersama Amel. Sekarang!" perintah Mas Zaki tanpa menatapku. “A-aku ....""Jangan membantah," jawabnya lagi.Mata suamiku masih tertuju pada Seva. Perempuan itu berusaha melepas tangannya dari cengkeraman Mas Zaki. Gerakannya justru dibalas dengan pelukan oleh suamiku. Seva meronta."Amel! Bawa Ibu!' Amel mendekat. Dia merengkuh bahuku agar berbalik dan mengikutinya. Aku melangkah dengan pandangan masih tertuju pada dua orang itu. Seva dan suamiku. Senyum tipis terlihat di bibir perempuan itu, sementara Mas Zaki menatapku dingin. Amel melangkah cepat dan setengah menarik lenganku. Kisah apa yang aku belum pahami saat ini?Kami berdua menu
Baca selengkapnya
Pertama Kali Bilang Sayang
Pagi ini kami masih di rumah kebun. Selesai sarapan, Mas Zaki meminta izin untuk meeting secara online di kamar. Awalnya dia ingin aku tetap berada di sana untuk menemaninya. Namun, karena khawatir istrinya akan bosan, Mas Zaki mengizinkan aku melakukan apa saja asal tetap dalam pengawalan. "Kejadian istri saya hilang dari pengawasan kalian, tidak boleh terulang lagi. Kalau sampai itu terjadi, bisa dipastikan kalian kehilangan pekerjaan. Bukan itu saja, setelahnya kalian tak akan pernah bisa diterima kerja di manapun," pesannya pada Rizal, Pak Wawan, Amel, dan Nela. Tentu nada ancaman dalam kalimat itu bukan hanya gertakan. Mereka berempat tahu siapa suamiku. Mas Zaki tidak pernah main-main dengan perintah dan ucapannya pada semua karyawan.Maka saat ini, aku yang hanya duduk di depan televisi sambil membuka ponsel pun terus menerus dijaga bergantian oleh empat orang kepercayaan Mas Zaki itu. Sebenarnya aku kesal karena tak bisa merasakan kebebasan. Namun, peristiwa ancaman penembak
Baca selengkapnya
Talak Tiga
Perjalanan hampir dua jam itu membuatku tertidur sangat nyenyak di dalam mobil. Bahkan tak tahu kapan sampai di rumah, dan bagaimana bisa tiba-tiba ada di tempat tidur saat aku terbangun."Akhirnya, putri tidur ini bangun juga," seloroh Mas Zaki sambil memencet hidungku."Duh, kamu angkat aku ke sini, Mas?"Dia tersenyum dan mengangguk. "Kenapa nggak bangunin?""Kasihan. Di sana aku udah bikin kamu capek banget, kan?"Wajahku memanas mendengar pertanyaan yang mengingatkan pada momen intim kami. Mengalihkan pembicaraan, aku tak menjawab pertanyaannya, tapi memilih balik bertanya."Nggak berat gendongnya? Aku gendut, kan?"Dia menggeleng. "Aku tidur kayak pingsan, ya? Nggak terasa apa-apa.""Bukan pingsan. Kayak orang mati.""Ih, jahat," seruku sambil melempar bantal ke arahnya. Beberapa menit kami saling memukul dengan bantal dan tertawa. Gerakanku terhenti saat melihat raut wajah Mas Zaki berubah. Aku tak ingin bertanya, tapi menunggu dia mengungkapkan sendiri apa yang sedang dipik
Baca selengkapnya
Sosok di Video yang Viral
"Aku baru saja menjatuhkan talak tiga pada Hana.""Hah? Kenapa harus talak tiga?"Satu tanda tanya besar terus bergerak di kepalaku. Sebesar apa kesalahan yang telah diperbuat Hana, hingga suamiku tak sekedar menceraikannya, tapi juga menjatuhkan talak yang membuat mereka tidak punya peluang rujuk? Aku khawatir suatu hari Mas Zaki akan menyesali keputusannya. Aku mengusap bagian bawah matanya yang basah oleh peluh dan sedikit bercampur air mata. Aku ingin meraih kepalanya dan membawa ke dalam dekapan. Yang terjadi justru sebaliknya. Dia merengkuhku. Mendekap dengan erat, lalu menciumi rambutku. "Kamu tahu kenapa aku terlihat biasa saja dalam menyikapi video yang diberitakan itu?" tanyanya lirih.Aku menggeleng."Karena aku tahu siapa yang ada di video itu sebenarnya."Ingin rasanya aku melihat wajah Mas Zaki saat ini dan menatap ke dalam manik matanya yang sewarna madu. Namun, dia mendekapku seakan tak ingin melepas sampai kapanpun. Aku hanya merasakan napas dan detak jantungnya yan
Baca selengkapnya
Hana Hamil
"Itu sebabnya aku selalu bilang, jangan pernah menolakku kapanpun dan di manapun. Kamu itu segalanya. Amarah, luka, kesedihan, dan semua masalahku seketika hilang saat kamu menyambut dengan senyum dan penyerahan yang tulus. Sekarang aku baru tahu, kenapa pecandu obat susah sembuh. Aku pun rasanya sakaw saat sehari saja nggak ngeliat kamu, Sayang."Ya, Tuhan. Entah aku harus berkata apa saat ini. Lelakiku yang begitu kuat tergambar di mata publik, ternyata rapuh dan sangat bergantung padaku secara emosi. "Bukan hanya video itu yang bikin kamu kasih talak tiga buat Hana, kan? Bukan juga karena nggak bisa ngasih nafkah biologis ke dia?""Sebenarnya dia berhak meminta cerai kalau suaminya nggak bisa berhubungan intim. Entah kenapa Hana tetap ingin kami bersama. Puncaknya kemarin jam sebelas. Ponselku tertinggal di apartemen, dan posisi baterai habis. Hana sepertinya nggak tahu. Bahkan saat aku menelepon dari kantor, ponsel dia pun nggak aktif. Akhirnya aku milih pulang karena ada beberap
Baca selengkapnya
Suapan Cinta
Seketika Mas Zaki mematikan televisi. Wajahnya merah menahan marah. Tentu saja dia murka melihat kebohongan Hana di depan awak media. "Sayang, masak, yuk."Aku menatap lurus ke arah matanya. Mencari makna di balik kata yang dia ucapkan. Kenapa tiba-tiba mengajak masak?"Masak apa?""Udah lama kangen masakan kamu. Terakhir masak kayaknya di rumah Ibu, kan?""Iya. Aku juga kangen Ibu dan Laras, Mas.""Untuk sementara kita harus menahan rindu pada semua orang. Ibu dan Laras sudah setuju untuk pulang kampung dulu biar nggak dikejar wartawan. Jangan sampai justru kehadiran kita saat menjenguk, membuat awak media mencium posisi mereka.""Aku ngerti, kok. Sekarang, kamu mau dimasakin apa?""Bikinin aku rujak kangkung, dong.""Ya, ampun. Kirain kepengen apa. Ternyata receh banget.""Nggak tahu, nih. Dari semalem kebayang aja rujak kangkung bikinan kamu yang pedes seger gitu.""Kayak lagi ngidam aja.""Padahal yang hamil kamu," ujarnya sambil mencubit pipiku."Ya, udah aku buatin dulu. Kamu m
Baca selengkapnya
Menuntut Harta
"Tadinya mau ke sini. Aku larang dia, karena khawatir bakal bikin kamu sedih. Rizal akhirnya ngajak aku ke apartemen dia.""Pastinya udah tenang saat itu, tapi kenapa pas semalam sampai sini, kamu kelihatan masih marah banget dan ...."Aku tak melanjutkan kalimat itu. Bagaimanapun, aktivitas intim kami masih selalu membuatku tersipu saat mengingatnya. Walau pernah berpacaran dengan Arsi, tapi kami tak pernah melakukan sentuhan yang terlalu jauh. Lelaki berambut ikal itu hanya berani memelukku. Sesekali dia pernah mencium, tapi hanya di kening saja. Semua pengalaman indahku tentang hubungan lelaki dan perempuan hanya saat bersama Mas Zaki. Banyak hal yang baru aku dapatkan atau ketahui justru setelah bersamanya. Sekarang aku menunggu penjelasan, kenapa dia terlihat sangat marah tadi malam, dan menuntut aku untuk meredakan api di dadanya."Bagaimana aku nggak marah, Cinta? Dari apartemen Zaki, aku sudah cukup tenang. Ingin langsung ke sini, tapi kupikir lebih baik mengemasi barang-bara
Baca selengkapnya
Perempuan di Toilet Kamar
Setelah polisi melakukan gelar perkara dan dua kali memeriksa Hana sebagai saksi, hari ini status tersangka ditetapkan untuknya. Selain itu, sepupunya juga diumumkan sebagai tersangka karena terlibat menjadi pemeran pria dalam video berkonten dewasa dengan durasi yang cukup panjang tersebut.Menurut petugas, keduanya telah mengakui bahwa pemeran wanita dan pria yang berhubungan intim dalam video itu adalah mereka. Pada beberapa tayangan tampak Hana tampil di depan publik dengan mengenakan gaun panjang berwarna hitam. Dia menahan tangis sambil berbicara. Suara perempuan itu bergetar saat meminta maaf khusus kepada Mas Zaki dan keluarga besarnya."Saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya oleh semua pihak. Terutama kedua orang tua saya, juga Mas Indra dan seluruh keluarga besarnya. Ini merupakan kekhilafan yang saya berharap bisa mendapat pengampunan dari Tuhan."Tepat saat Hana selesai berbicara, Mas Zaki mendekatiku lalu mengambil remote dan mematikan televisi. "Nggak usa
Baca selengkapnya
Yang Tertunda
"Iya.""Aneh. Saya sama sekali nggak mendengar suara apapun, Bu."Aku semakin diliputi kebingungan. bulu-bulu di tangan mulai meremang. Nela sepertinya menyadari rasa takut yang sedang merayapi emosiku. "Gini aja. Ibu lanjutkan bersih-bersih dan wudu. Saya temani di dekat pintu.""Aku wudu di toilet kamar tidur tamu aja, deh."Bulu kudukku berdiri saat kami berdua melangkah keluar. Nela tetap menemani dan menunggu aku di depan toilet. Untung saja suara-suara tadi tidak ada di sini, hingga aku bisa menyelesaikan wudu dengan tenang.Setelah selesai, aku kembali ke kamar untuk menunaikan salat magrib. Nela ikut salat berjamaah denganku. Di akhir, aku memperpanjang sujud. Memohon ketenangan dan penyelesaian untuk semua masalah kami. Aku yakin, Allah akan memberikan solusi untuk semua ini.Selesai salat, aku mengajak Nela untuk ke ruang tamu. Suasana kamar terlalu mencekam buatku saat ini. Lebih baik menunggu Mas Zaki di depan saja.Dengan gelisah, aku duduk di sofa. Berganti posisi beber
Baca selengkapnya
Hana Bebas dari Tuntutan
Seorang laki-laki duduk di samping Rizal. Dia mengenakan koko putih dan celana panjang hitam yang sederhana. Di bahunya tersampir serban abu-abu dengan motif kotak-kotak kecil. Wajahnya teduh dan sama sekali tidak pernah menatap wajahku. Mas Zaki menceritakan kejadian datangnya ular di depan kulkas, juga tentang suara perempuan di toilet yang hanya terdengar olehku. Saat suamiku mengakhiri ceritanya, lelaki yang bernama Ustadz Azzam itu tersenyum. "Ya, tampaknya itu memang jin, tapi jangan sampai membuat kita berburuk sangka atau suuzan pada orang lain. Jangan pernah menduga-duga bahwa jin ini kiriman dari si A atau si B dan lainnya. Cukup Pak Zaki dan keluarga membentengi diri dengan Al Qur'an, sehingga gangguan dari luar akan sulit masuk."Mas Zaki menganggukkan kepala. "Baik, Ustadz.""Usahakan untuk menghapalkan surat Al Baqarah dan surat Yunus untuk dibaca dalam salat. Ditambah dengan Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas. Saat hendak masuk rumah, baca basmallah dan salam. Saat menu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status