All Chapters of Istri Bookingan: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Terperangkap
Mistha mengemudikan mobil Ghara menuju tempat sesuai petunjuk dari Vall Ankala, sembari membawa sekoper uang untuk menebus Khatila.Bajingan Tua: Bagaimana, Nona? Pesan pertama yang dibaca Mistha.Mistha: Sekali lo sakiti Khatila, gue bunuh lo Bajingan! balas Mistha geram.Bajingan Tua : Lakukan jika Anda mampu melepas pelana tepat di kepala Saya dengan tangan manis Anda, Nona!Iblis! Desisnya, lalu melangkah mantap menuju sebuah gedung tempat Khatila berada. Sebuah gedung kosong, seperti tempat bekas peninggalan Belanda. Corak dari bangunan yang masih kentara, tidak ada yang dirubah satu pun diantara tembok-tembok yang berdiri kokoh di tengah kota.Mistha merasa tertipu, begitu tiba di lantai dua. Tidak ada Khatila di sana, tidak ada pula Vall Ankala yang berdiri tegak dengan kesombongannya."Hei, Bajingan Tua!" teriak Mistha, sembari melepas koper yang ada di tangannya.Tak lama kemudian, Mistha melihat segerombolan pria membawa senjata masuk ke dalam beranda.Shit! Mistha mengumpat
Read more
Sidang perdana
Jack'o Justice mengusut tuntas kasus Mistha. Berdasarkan hasil investigasi, secara sah Mistha ditetapkan sebagai terdakwa.Persidangan digelar sehari setelah Jack'o Justice menyerahkan tuntutan atas kendali Vall Ankala kepada pengadilan tinggi, namun Mistha bungkam sehingga penasehat hukum yang ditunjuk sebagai pengacaranya hari itu gagal mematahkan tuduhan. Semua barang bukti sudah diterima jaksa penuntut umum, dan putusan Hakim secara mutlak, Mistha resmi divonis hukuman selama lima belas tahun. Tiga kali ketukan palu berbunyi, pledoi sudah tak berarti!"Pak, bagaimanapun terdakwa memiliki hak angkat bicara," ucap Ghara memberi sanggahan kepada Panitera setelah Hakim membacakan nota kebenaran. "Benar, Pak Ghara. Namun setelah pledoi. Terdakwa sudah menerima vonis seringan-ringannya 10th masa tahanan karena secara formil dan materiil terdakwa sudah tidak ada pembuktian untuk melakukan pembelaan.""Sekarang Saya kuasa hukum terdakwa, dan Saya yang akan membela dan membuktikan kalau t
Read more
Petaka Baru
Waktu berlalu dan malam pun semakin menyurut berganti cahaya semburat kekuningan yang menyilaukan mata. Ghara menutup setengah matanya yang terkena cahaya, dari balik cendela angin, ia mengkibas-kibaskan tanganya untuk menghalau cahaya yang menyeruak kain putih semerawang, senada dengan suara shower yang mengalir deras dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya masih terbuntal bedcover putih bersih, di atas dipan dengan sebuah kasur empuk. Seluruh ruangan dengan sudut-sudut yang berbeda, mirror besar, alat-alat make-up dan seluruh komponen ruangan yang tersusun rapi, berbanding terbalik dengan kamarnya yang berantakan sekali. Ia tersentak, saat mendapati langkah kaki yang cantik. Tubuh yang terbalut bathroop dan gelungan handuk di atas kepala. Wanita itu mematung, dia pun tercengang. "Rupanya anda masih hidup!" "Kenapa gue ada di sini?" Safira mendecih, lalu melangkah kearah mirror. Mendaratkan bokong semoknya tepat di atas kursi ritualnya. "Bukankah harusnya saya yang bertanya kena
Read more
Neraka
Sampai di kantor, Ghara sekilas melihat Safira dan Erick Choii masuk ke dalam ruang berkas penyimpanan pengaduan, namun Ghara masih tak berminat untuk menyelidiki lebih lanjut kedua manusia yang saat ini terlihat mencurigakan itu, karena Ghara mendapat telepon dari anggota Devisinya yang mengabarkan bahwa Mistha secara resmi dipindahkan kelapas kelas 1A, lapas khusus untuk terpidana wanita dengan kasus berat. Anehnya Ghara tak pernah melihat penampakan Vall Ankala selama ini. Siapa dia sebenarnya? Batin Ghara penasaran, lalu beranjak turun menuju parkiran mobil. *** Dalam lapas itu terdapat empat napi wanita penghuni lama. Satu diantaranya mirip kepala geng ruang tahanan. Tubuh Mistha bergetar, nafas tersengal, irama jantung berdetak kencang. Dorongan paksa anggota Jack'o Justice berhasil membuat Mistha terjungkal tepat di depan lutut ketua gengnya. Beberapa barang Mistha pun jatuh berserakan tepat di depan mata semua wanita yang tengah berdiri mengan
Read more
Cepu Sebenarnya
Satu bulan berselang selama ditahan dilapas barunya, Mistha nampak pucat karena tidak memiliki nafsu makan, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit lantaran muntah-muntah hebat dan demam tinggi. "Ibu, Mistha," Sapa Dokter visite pagi itu. Mistha membuang muka, mengacuhkan keberadaan Dokter. Keadaan Mistha benar-benar memprihatinkan, wajahnya pucat pasi, bibir pecah-pecah, dengan beberapa goresan luka di ujung bibir dan keningnya akibat berkelahi hebat dengan penghuni lapas sebelum akhirnya dipindahkan keruang isolasi. "Ibu, Mistha. Apakah, Anda memiliki suami?" Mistha menoleh, dengan wajah sayu enggan untuk menanggapi. "Apakah, Anda melakukan hubungan di dalam lapas?" berondongnya. "Kenapa, Dok?" tanya Mistha akhirnya penasaran dengan pertanyaan Dokter yang seolah-olah Mistha perempuan murahan yang bisa disetubuhi siapa saja. "Ibu hamil. Saya harap, jika Ibu memiliki suami segera memberitahunya," Pungkas Dokter. "Saya suaminya!" ucap seorang pria di belakang Dokter perempuan itu. M
Read more
Lingkaran Setan
Ghara menginjak pedal gas kemudi, melaju kencang menuju kantor Biro Investigasi. Bersama pria paruh baya yang kini diikat tali dengan mulut terkunci isolasi. "Bagaimana, Pak Ghara. Sudah siap menandatangani sertifikat pengalihan atas nama mobil yang sudah sepenuhnya menjadi milik, Anda?" Tiba-tiba pertanyaan seorang pria dari arah belakang menginterupsi langkahnya. Langkah Ghara terjeda, sambil sedikit memiringkan kepala. Berusaha mendeteksi seseorang yang berhasil mengatensi perhatiannya. Ghara membalikkan tubuh sepenuhnya, mengangkat wajah dan melempar tatapan murka. Tanpa berkata, Ghara membenturkan kunci mobil coupe clip itu kearah tubuh Erick dengan kasar. Sementara Erick tersenyum penuh selidik, merasa bahwa Ghara sudah berhasil masuk dalam perangkapnya. "Pak, Ghara...," panggil Erick begitu Ghara tak berucap apa-apa. Ghara acuh, malas menanggapi pria bengal satu ini, melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja dan mengemasi beber
Read more
Menjadi tawanan
"Tahanan 1033, ada kunjungan untuk Anda!" Tiba-tiba ucapan salah satu anggota lapas wanita berhasil mengagetkan Mistha. Sontak tubuhnya berkedut, sembari sedikit mencondongkan wajah berusaha memekakan indera, enggan menoleh sepenuhnya. "Siapa?" sambarnya menahan gejolak yang seketika menyusup liar ke sekujur tubuh. "Suami, Anda!" jawab seorang wanita yang tengah sibuk membukakan pintu untuknya. Rasanya, kuping Mistha seperti tersulut bara api mendengar sebutan suami yang terdengar dari mulut panas wanita itu. Mistha gemetar, tentu bukan karena menahan gugup. Degup jantung yang bergetar kencang berhasil membuat Mistha nyaris kehilangan kontrol. "Bilang kalau Saya tidak menerima kunjungan!" tegasnya serta merta mengacuhkan wanita yang kembali menutup ruang tahanan. "Maaf, Pak. Istri, Anda tidak bersedia dikunjungi," pungkasnya begitu tiba di ruang kunjungan. "Kenapa?" tanya Ghara. "Saya hanya menyampaikan pesan," sahutnya memperjelas supaya Ghara tidak bertindak nekat. "Pak,
Read more
Rencana untuk Satu Nyawa!
"Selemah itu rupanya. Percuma menyelamatkanmu, jika Kau tambun seperti manusia tak berguna, Ghara!" Erick memandangi Ghara yang masih terbaring lemah di ruang ICU, kemudian melangkah mengikuti jejak Dimas yang sudah siap menunggu di lobby. "Turunkan Saya di sini, jemput wanita itu dan bawa, Dia ke markas!" perintah Erick. "Siap-" "Sudah tahu siapa yang harus, Kamu temui di sana, Dim? Laksanakkan tugasmu dengan baik!" sela Erick. Dimas mengangguk, kemudian membuka pintu seperti pelayan yang patuh dengan segala perintah majikannya. "Bagus!" Erick terkekeh sengau. Menampilkan ekspresi dusta dari jiwa serakahnya. *** "Bagaimana keadaan, Anda?" tanya Vall Ankala begitu Dea tiba di markas. Dea masih belum menyadari jika sosok pria dengan garis bekas sayatan di bibir serta jahitan luka alis yang terputus itu adalah penampakan Vall Ankala. Semenyeramkan itu! Gumam Dea. Sementara pria berkepala pelontos itu duduk menyilangkan satu kaki, menatap lekat ke arah Dea. Menyedot cerutu sem
Read more
Hutang Nyawa dibayar Nyawa!
"Habisi Dia, lakukan dengan baik tanpa tersisa. Ambil kotak yang di bawa. Ingat! Lusa, benda itu sudah harus, Saya terima. Paham!" Pria suruhan Lucas Maremba melemparkan bubuk putih seperti kristal sebagai ganjaran untuk setiap perbuatan kejamnya. Sejurus ia menatap kearah semua rekannya. Sesuatu yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba, batinnya. Tahanan 103 mengangguk patuh, demi mendapatkan bubuk psikotropika berbahaya itu, tentu ia rela melakukan apa saja, apalagi mangsanya kali ini adalah Mistha, tentu mereka akan segera berkumpul untuk menyusun rencana. *** Bias cahaya pagi menerpa wajah Mistha, pandangannya masih tertuju kearah tahanan 103, mereka bergumul sembari terus memerhatikan gerak-gerik Mistha. Mistha berdiri, mengusap pantatnya yang penuh debu serta rumput matrella. Wanita gila! Mistha bergidik ngeri, penampakan wanita yang tengah duduk bersila di tepi lapangan olah raga itu, benar-benar membuat Mistha merinding. Dasar sinting! Mistha memicing, seketika menyadar
Read more
Permainan Si Pendusta
Setelah perkelahian hebat kemarin, akhirnya Mistha dipindahkan ke dalam ruang isolasi bersama wanita yang menolongnya. Mistha beruntung, tentu! Karena mau bagaimana pun wanita yang datang menolong kemarin seperti malaikat yang dikirim untuknya. Seandainya wanita itu tidak datang, bisa dipastikan nyawa Mistha benar-benar melayang, namun sayangnya kehadiran wanita ini tidak membuat hati Mistha melunak. Mereka berdua masih lomba berdiam diri, karena Mistha tidak mau terlalu berpikir panjang. Diam adalah cara terbaik untuk membuat hatinya tenang. Pikirnya! "Ada masalah apa. Kenapa mereka terlihat begitu membencimu?" tanya wanita itu memecah sepi. Mistha tak menggubris, meskipun wanita ini terlihat sangat baik, namun Mistha terlanjur paham, semua manusia yang selama ini Mistha temui nyatanya selalu berkedok malaikat tapi berhati iblis, hingga hatinya terlalu sulit untuk percaya. Tentu di balik usaha menyelamatkan nyawa Mistha, wanita ini pasti ada maunya. Itu saja yang ada di dalam p
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status