Semua Bab Pilihanku Menyakiti Anakku: Bab 11 - Bab 20
37 Bab
Tetangga Julid
"Jadi Istri bukannya masak, tapi malah keluyuran nggak jelas!" "Apa yang harus aku masak? Batu?" tanya Nia dengan entengnya. "Apa kamu nggak mikir jika di rumah beras habis dan semua serba habis. Lalu apa yang harus aku masak dan aku hidangkan untuk kalian?""Kenapa kamu tidak memintanya kepada Riri? Semua uang yang aku miliki termasuk uang jatah kamu pun ada di Riri," ujar Edi.Nia menyunggingkan senyum sinis, sudah bisa ia tebak jika suaminya akan memberikan semua uang yang ia miliki. Sangat berbeda dengan saat berumah tangga dengan Nia, Edi hanya memberikan nafkah yang jauh dari kata layak."Kenapa Mas harus menungguku pulang? Bukankah Mas mempunyai dua Istri saat ini?""Riri tidak bisa memasak. Lagi pula Riri sedang mengandung dan dia tidak bisa bekerja berat."Nia menggelengkan kepalanya, ia baru tau jika memasak adalah pekerjaan berat yang tidak boleh di lakukan saat hamil. Padahal saat Nia mengandung Gea, Nia masih bisa melakukan semua pekerjaan
Baca selengkapnya
Amarah Nia
Kedua mata Nia membelak, Nia terkejut saat melihat Riri sedang menjewer telinga putrinya. Nia bergegas mematikan kompor dan menghampiri putrinya yang sudah terisak."Lepasin!" Nia menepis tangan Riri yang berada di telinga Gea. Ibu mana yang tak akan marah jika melihat putrinya di perlakukan seperti itu oleh orang asing."Kamu selain nggak becus jadi Istri, tenyata nggak becus juga jadi seorang Ibu!" cibir Riri dengan tangan bersedekap dada. "Lihat apa yang di lakukan oleh anak kamu. Ini bedak yang baru saja aku beli bahkan harganya sangat mahal dan aku yakin kamu tidak akan bisa menggantinya," lanjut Riri."Apa kamu becus menjadi seorang Istri? Bahkan untuk memasak saja kamu tidak bisa," ledek Nia.Kedua tangan Riri mengepal, ia lantas melayangkan tamparan ke wajah Nia tetapi dengan sigap Nia menahan tangan tersebut dan menghempaskannya dengan kuat. PLAK"Itu kan yang mau kamu lakukan kepadaku?" tanya Nia. "Itu balasan untuk kamu yang sudah berlaku kas
Baca selengkapnya
Berburuk Sangka
Nia tak menghiraukan ucapan Riri, Nia kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Malas sekali rasanya Nia memasakan makanan untuk wanita lain, hanya saja Nia tak mau membuat keributan di dalam rumah tersebut.Setelah selesai memasak, Nia langsung menghidangkan makanan tersebut di atas meja makan. Aroma wangi yang berasal dari makanan yang di masak oleh Nia membuat perut Edi menjadi keroncongan."Sudah lama rasanya aku tidak makan masakan kamu," ucap Edi dengan menarik kursi dan mendudukan dirinya.Nia hanya tersenyum manis menanggapi ucapan suaminya. "Bagaimana bisa makan masakanku, jika selama ini di luaran sana ada makanan yang lebih menggoda iman," batin Nia.Nia mendudukan dirinya di hadapan Edi, ia melayani Edi mengambilkan nasi lengkap dengan lauk pauknya."Kenapa kamu memasak ikan? Aku tidak mau makan, makanan ini!" protes Riri."Jika kamu tidak mau memakannya, ya sudah, aku saja masih mau kok," jawab Nia dengan enteng."Kamu kena
Baca selengkapnya
Kedatangan Ibu Mertua
"Lain kali jangan seperti itu. Wajar saja Nia marah seperti itu karna kamu menghina Gea," ujar Edi."Iya Mas, aku minta maaf." Riri menundukan kepalanya dengan tersenyum tipis, tak ada rasa sesal sebab sudah menghina dan membuat keributan di meja makan malam ini. Riri memang tidak menyukai Gea sebab Riri berfikir jika kehadiran Gea pasti akan membuat Edi membagi kasih sayangnya dengan calon anak yang saat ini dirinya kandung.**Jam alarm berbunyi dengan nyaring, Nia yang masih memejamkan matanya seketika terbangun saat mendengar alarm yang dirinya pasang. Nia melirik ke arah jam yang sudah menunjukan pukul enam pagi, saat ini tak ada yang harus Nia kerjakan jadi Nia memilih untuk kembali memejamkan matanya.Saat baru saja memejamkan matanya, ketukan pintu yang sangat keras membuatnya terpaksa bangun."Sudah jam segini kenapa masih di dalam kamar? Dasar menantu malas!" baru saja membuka pintu Nia sudah di suguhi oleh omelan mertuanya dengan suara yang sangat
Baca selengkapnya
Perlakuan yang Berbeda
Nia menghela nafas panjang saat melihat ibu mertuanya melemparkan uang ke wajahnya, "Sabar Nia... Sabar." Nia mengambil selembar uang berwarna merah yang tergeletak di lantai, sungguh hatinya terasa sakit akan perlakuan yang di lakukan oleh mertuanya.Nia segera menghapus cairan bening yang hendak menetes di sudut matanya, entah kesalahan apa yang di lakukan oleh dirinya hingga perlakuan yang Ratmini berikan kepada Riri dan dirinya sangat berbeda."Nggak usah cengeng! Masak ayam dan sayur-sayuran yang segar," titah Ratmini.Nia memandang uang yang berada di tangannya, hanya uang seratus ribu rupiah Nia di tuntut untuk masak enak sedangkan semua bahan-bahan di dapur telah habis termasuk beras dan minyak.Tanpa berbicara banyak, Nia lantas menggandeng Gea untuk di ajak ke warung sayur. Nia sudah terlalu malas untuk berdebat dengan siapapun, sejak kemarin dirinya tak hentinya membuang tenaga untuk berdebat dengan madunya.**Setelah selesai makan, Nia berniat memandikan Gea terlebih dahu
Baca selengkapnya
Membujuk Edi
Edi terdiam mendengar ucapan sang ibu, "Bu, aku nggak bisa ceraikan Nia karna ada Gea di antara kami," sahut Edi."Walaupun kalian sudah berpisah, Gea tetap akan jadi anak kandung kamu Edi," ujar Ratmini."Aku tau Bu, tapi aku tidak tega. Gea pasti akan sedih jika dia megetahui bahwa kedua oranng tuanya berpisah.""Gea itu masih kecil, dia nggak akan tau bahwa kamu dan Nia bercerai. Atau jangan jangan..." Ratmini menatap Edi dengan tatapan menyelidik."Jangan jangan apa Bu? Ibu jangan salah paham, aku hanya memikirkan perasaan Gea saja," kilah Edi. "Dan aku juga masih memiliki rasa cinta dan sayang kepada Nia." Edi berucap dalam hatinya, ia tak mungkin mengakui jika dirinya masih mempunyai perasaan kepada istri pertamanya. Mau bagaimanapun rumah tangga dirinya dan Nia sudah berjalan cukup lama hingga tak semudah itu menghilangkan perasaannya kepada Nia."Ck, untuk apa kamu mempertahankan perempuan seperti itu demi menjaga perasaan Gea. Lagi pula anak sekecil itu belum mengerti tentang
Baca selengkapnya
Penemuan Struk
Ratmini menyodorkan sebuah kertas kecil berwarna putih ke hadapan Edi. "Punya sapa Bu?" Edi menerima kertas tersebut dengan mnegerutkan kening sebab selama ini dirinya tak pernah memberikan uang melalui transfer. Edi melihat jika struk penarikan uang tersebut baru kemarin bahkan tanggal dan jamnya masih terlihat sangat jelas. Edi semakin bertambah binggung saat ia melihat tertera jumlah angka penarikan satu juta rupiah dan kemudian kedua matanya membulat sempurna saat melihat isi saldo yang tertera di kertas tersebut. "Kenapa Di?" tanya Ratmini dengan rasa penasaran karna reaksi yang di berikan oleh putranya. "Ibu beneran dapet di kamar Nia?" tanya Edi memastikan. "Iya lah, kan Ibu tadi lagi beres-beres baju Ibu di kamar Nia dan Ibu nggak sengaja nemuin kertas itu," jelas Ratmini. "Memang ada apa Di? Kamu seperti terkejut melihatnya," lanjut Ratmini. "Iya nih Mas, bikin aku penasaras aja," ucap Riri, ia mendekat ke arah suaminya untuk melihat apa yang menyebabkan suaminya terkeju
Baca selengkapnya
Menunggu
Edi menganggukan kepalanya mendengar usul yang di sampaikan oleh sang ibu, lagi pula untuk apa seorang istri memegang uang begitu banyak bahkan total jumlah uang yang berada di rekening Nia sama saja satu tahun gajinya. Cukup lama Edi menunggu kedatanngan Nia tetapi hingga hari beranjak saing tak terlihat jika Nia sudah kembali. Bahkan Ratmini sudah berulang kali menggerutu karna ia pun sama tak sabarnya ingin mengetahui dari mana menantunya tersebut mempunyai uang yang begitu banyak. "Istri kamu kemana sih Ed? Masa sudah sudah kaya gini dia belum pulang juga. Kebiasaan keluyuran terus mentang-mentang punya banyak uang," ketus Ratmini. "Sabar dong Bu, aku juga kan lagi nunggu Nia dari tadi. Malah udah ngabisin empat gelas kopi dari pagi tadi," sahut Edi dengan kesal. "Sabar terus yang dari tadi kamu ucapin. Ibu tuh udah nggak sabar mau minta uang sama Istri kamu, lagi pula perut Ibu udah laper tau." "Ibu kan bisa masak mie instan dulu Bu, kenapa harus nungguin Nia pulang, sih."
Baca selengkapnya
Aku minta Uang!
Edi menatap tajam ke arah Riri saat diriya mendengar jika saat ini istrinya sudah memegang uang sepersenpun. "Lalu bagaimana cara membayar semua makanan ini Ri!" Edi mencoba menekan suaranya agar tak ada yang mendengarnya."Makanya kan aku minta uang sama kamu, Mas," sahut Riri tanpa merasa dosa."Aku uang dari mana? Uang gajiku bulan ini sudah aku berikan ke kamu sebanyak delapan juta dan Ibu lima juta." nafas Edi berderu dengan cepat menahan gejolak amarah yang siap meluap kepada istri keduanya."Mohon cepat Pak, Bu. Saya ada pesanan lagi yang harus saya antar," ucap laki-laki tersebut kembali."Se-sebentar Mas." Riri cukup panik saat ini karna nyatanya suaminya tak memiliki uang, sedangkan uang sebanyak delapan juta yang dua hari lalu di berikan oleh suaminya sudah habis untuk berbelanja online."Mas, gimana dong?" rengek Riri karna dirinya sudah tak bisa melakukan apapun selain merengek kepada suaminya."Lebih baik kamu kembalikan saja makanan itu." hal tersebut sukses membuat Rir
Baca selengkapnya
Suami Tak Tau Diri
Nia yang baru saja turun dari ojeg, bahkan dirinya belum membayar jasa ojeg yang sudah mengantarkan dirinya dan putrinya dengan selamat sampai rumah, tetapi suaminya dengan begitu enteng mengadahkan tangannya di hadapan dirinya sehingga membuat Nia mengerutkan keningnya dengan bingung."Untuk apa dia meminta uang kepadaku? Apa dia tidak sadar jika aku saja belum di berikan jatah uang olehnya." Nia bertanya-tanya dalam hatinya, tetapi dengan cepat dirinya tersedar jika saat ini ia harus membayar jasa ojeg tersebut.Dengan cepat Nia merogoh tas selempang lusuhnya untuk mengambil uang yang tersisa di dalamnya, setelah membayar kepada tukang ojeg tersebut Nia lantas meraih belanjaan yang begitu banyak di teras rumahnya. "Nia mana uangnya?" tanya Edi kembali.Nia yang baru saja akan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah seketika menghentikan langkahnya, ia membalikan tubuhnya menghadap ke arah suaminya. "Uang apa Mas?" tanya Nia karna ia tak mengerti dengan apa yang di maksud oleh s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status