All Chapters of Pembalasan Buat Suami Egois: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Rahman geram
"Yah, Ibu nggak mau aja nanti buat perkara dan masalah baru! Kamu tahu sendiri gimana Nizam itu! Apa-apa di perkarain, apa-apa dimasalahin! Ibu sampai pusing lihatnya!" gerutu Bu Hartini. "Iya, Bang! Belum lagi kalau nanti Siska datang genit-genit sama Abang! Bikin bete aja!" timpa Mahira. "Ya sudah, kalau gitu abang nggak perlu pamitan lagi sama mereka. Cukup sama ibu dan Mahira aja. Sampaikan aja salam Abang pada mereka ya!" ujar Nizam seraya tersenyum. "Insya Allah nanti Mahira sampaikan, Bang!" jawab Mahira. "Bang, Mahira lanjutin masak dulu ya! Abang ngobrol bareng Ibu aja di ruang tengah!" pinta Mahira."Oke, sip Dek! Masak yang enak ya!" gurau Rahman."Pasti, Bang! Apa sih yang nggak untuk Abangku tersayang!" Mahira balik menggoda Abangnya. Rahman malah terkekeh mendengar godaan dari Mahira. Rahman bersama Bu Hartini melangkah ke ruang tengah sambil menonton TV. "Ada kejadian apa tadi malam, Bu?" tanya Rahman saat mereka sudah duduk di sofa bed. "Kepo juga ya kamu, Man!
Read more
Mahira bersikap tegas
"Iya, Man! Kamu doakan saja masalah adikmu ini cepat selesai. Ibu Kasihan juga melihat Mahira seperti ini. Punya suami tapi seperti tidak punya suami!" ucap Bu Hartini. "Pasti, Bu! Pasti Rahman doakan semoga Mahira dapat melalui semua cobaan ini. Agar dia bisa lebih dewasa lagi menghadapi segala masalah. Apapun keputusannya, apapun hasilnya, Rahman akan mendukung Mahira. Dia adik satu-satunya Rahman. Gak akan Rahman biarkan dia tersakiti oleh siapapun termasuk oleh Nizam, suaminya. Bu Hartini tersenyum menatap putra sulungnya. Dia merasa lebih mantap lagi untuk menemani Mahira di rumah ini.Tak terasa waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Mahira pun telah selesai memasak sesuai dengan request anaknya. Semur daging, tumis kangkung dan ditambah dengan balado telur campur terong kesukaan Bu Hartini.Rahman pamit untuk salat ke Masjid terlebih dahulu dan nanti akan makan siang di rumah. Mahira dan Bu Hartini pun bersiap-siap untuk melaksanakan salat zuhur. Baru saja Mahira meletakk
Read more
Bertengkar lagi
"Maksudnya ini apa, Ra? Kok kamu bilang satu porsi dia puluh lima ribu? Emang Nizam bayar makannya?" tanya Rahman dengan polosnya. "Iya, Bang. Mas Nizam sekarang kalau mau makan lauk yang Mahira masak, dia harus membayar. Sama seperti dia membeli di luar karena sekarang Mahira tidak menerima uangnya lagi seperti yang Mahira ceritakan tadi," jawab Mahira. Nizam menatap tajam pada Mahira. 'Mumpung ada Bang Rahman! Biar dia bisa menasehati adiknya!' geram Nizam dalam hati. "Abang lihat sendiri kan, kelakuan adik abang? Suami ingin makan malah disuruh bayar! Coba! Apakah itu yang dinamakan istri solehah? Abang harusnya menasehati Mahira agar jangan perhitungan pada suami! Apa-apa nanti perlu suami juga! Sama saja Mahira itu durhaka sama suami!" sindir Nizam. "Aku, istri durhaka? Lah kamu? Apa bukan suami zolim namanya? Aku melakukan ini karena kamu yang duluan mulai! Aku pengen kamu itu sadar. Tapi kayaknya kamu malahan gak sadar-sadar juga!" jawab Mahira kesal. "Lihatkan, Bang? Mahi
Read more
Rahman meradang
Mahira, Rahman dan Bu Hartini melanjutkan makan siang mereka yang tadi sempat tertunda karena perdebatan antara Mahira dan suaminya. Tak lama terdengar salam dari depan. Ternyata kedua putrinya Kayla dan Bila baru pulang sekolah. Mereka langsung menuju ruang makan"Laper Bu," rengek Bila. "Kasihan cucu Eyang! Ayo makan!" ajak Bu Hartini. Kayla dan Bila mengambil tempat duduk. "Nak, udah salat?" tanya Mahira. Kayla dan Bila kompak mengangguk."Udah, Bu! Tadi di sekolah kita salatnya."Ya sudah, cuci tangan dulu baru duduk di sini!" titah Mahira. Kedua anak mereka melakukan apa yang dikatakan Mahira. Kemudian mereka makan bersama. Setelah selesai makan Kayla dan Bila membantu Mahira membereskan meja makan. Semua lauk Mahira masukkan ke dalam lemari makan dan dikuncinya."Kenapa dikunci, Ra?" tanya Rahman. "Biar nggak ada tikus yang nyuri, Bang!" jawab Mahira asal. "Emang di sini ada tikus?" tanya Rahman lagi. "Iya, Bang! Tikus berkepala hitam!" jawab Mahira seraya melirik ke ar
Read more
Ancaman Rahman
Saya nggak ada maksud nyakiti Mahira, Bang! Saya hanya minta Mahira menghapus status WA nya, hanya itu saja?" jawab Nizam ketakutan. Baru kali ini dia berhadapan dengan Rahman yang terlihat begitu emosi. "Apapun alasannya, kamu sudah berani menyakiti adik saya! Apalagi kalau saya tidak ada di sini! Bisa-bisa adik saya, kamu bunuh!" ucap Rahman dengan mata nyalang. "Bang, jangan gitu dong! Saya nggak akan mungkin sampai segitunya nyakitin Mahira. Sampe Abang menuduh saya sejahat itu! Semua ini terjadi karena Mahira yang memulainya terlebih dahulu. Saya merasa kesal karena sebagai suami saya tidak dianggap. Masa dia buat di status WA mau ganti suami. Maksudnya apa?" tanya Nizam. "Kamu, kan bisa tanya baik-baik sama dia? Kenapa dia melakukan itu? Tidak akan mungkin ada asap jika tidak ada api! Sekarang abang mau tanya sama kamu, Mahira! Kenapa kamu membuat status seperti itu?""Mas Nizam duluan, Bang! Dia buat status WA mau tukar tambah istri! Dipikirnya Mahira apaan? Dan Mahira tahu b
Read more
Bu Susi protes
"Mahira, kamu di mana? Kenapa tidak ada makanan di atas meja?!" teriak Bu Susi.Mahira yang sedang berada di dalam kamar anak-anaknya bersama Rahman dan Bu Hartini sedikit terkejut mendengar teriakan Bu Susi, mertuanya. Karena mereka tidak mendengar ucapan salam dari luar. "Mahira, kamu dengar nggak, saya panggil? Kamu di mana sih? Budeg apa?!" teriak Bu Susi lagi. Mahira segera berdiri namun ditahan oleh Bu Hartini."Biar ibu saja yang keluar! Kamu diam di sini!" titah Bu Hartini."Baik, Bu!" jawab Mahira sambil menganggukkan kepala. Bu Hartini melangkah menuju pintu dan membukanya. Kemudian dia menghampiri besarnya yang sedang duduk di meja makan. "Bu Susi, baru pulang?" tanya Bu Hartini sambil melipat tangan di dada."Ya, Iyalah! Emangnya nggak lihat apa, saya baru nyampe?! Mana anak kamu? Suruh siapin makanan buat saya! Saya laper banget, tadi di toko nggak sempat makan!" jelas Bu Susi. "Saya nggak tau, soalnya nggak ada ucapan salam dari depan. Tiba-tiba terdengar teriakan o
Read more
Lagi Nizam berulah
Bu Hartini kembali ke kamar cucu-cucunya. "Kenapa, Bu? Sepertinya kesal sekali setelah bertemu dengan besan!" goda Rahman. "Bukan lagi, Man! Bisa-bisa Ibu darah tinggi dibuatnya. Mulutnya itu, lho! Seenaknya ngatain Mahira dan bilang Ibu gak pernah mendidik anak Ibu! Lah, dia sendiri gimana? Emang sudah benar kelakuan anak-anaknya? Yang laki gak bertanggung jawab dan egois. Yang perempuan genit minta ampun! Kayak jadi orang tua yang paling benar aja!" tutuk Bu Hartini. "Sabar, Bu! Ibunya Mas Nizam emang kayak gitu. Dari dulu sifatnya gak berubah! Ira sebenarnya masih bertanya-tanya apa tujuan dia tinggal di rumah ini! Kayak ada sesuatu hal yang direncanakannya bersama Siska!" timpal Mahira. "Benar, Ra! Ibu juga ngerasa begitu! Dia dan anak perempuannya itu pasti memiliki niat yang jahat khususnya ke kamu!" sahut Bu Hartini. "Ibu, dan kamu, Ra!Jangan menuduh sebelum ada bukti! Itu namanya suudzhon!" tegur Rahman. "Kita gak nuduh, Bang! Hanya curiga! Abang bayangin aja! Siska rela
Read more
Ketahuan
"Ibu!" Nizam membelalakkan matanya. Dia langsung menurunkan tangannya yang sudah sempat terangkat. "Iya, saya! Emangnya kenapa?" tanya Bu Hartini sinis. Dia mendekati Mahira. "Bu …bukannya Ibu pulang sama Bang Rahman?" tanya Nizam gugup. "Kenapa kamu pikir saya akan pulang? Untuk membiarkan putri saya untuk kamu sakiti lagi! Nggak akan pernah, Nizam!" jawab Bu Hartini emosi. "Nggak gitu, maksudnya, Bu! Mahira terlalu pelit jadi orang. Siska udah kelaparan dan minta makan. Dan Mahita nggak mau ngasih!" Nizam memberi alasan. "Kalian ini, orang bodoh atau memang orang yang pura-pura bodoh?! Kesepakatannya sudah jelas! Mahira tidak akan mengurus masalah makanan kalian lagi, tapi masih itu juga yang kalian protes! Heran, saya!" ucap Bu Hartini dengan ketua. "Ra, masuk ke dalam kamar!" titah Bu Hartini. Mahira menganggukkan kepala. Di kemudian langsung melangkah menuju kamarnya. "Ra, kasih dulu makanannya ke Siska!* seru Nizam."Bayar!" ucap Mahira tanpa melihat Nizam."Uangku yang
Read more
Berterus terang
"Buat sarapan apa, Ra?" tanya Bu Hartini mendapati putrinya sedang mengaduk-aduk sesuatu di kuali. "Ini, Bu! Mi goreng! Yang biasa Ibu bikin untuk sarapan Ira sama Bang Rahman dulu.""Pake resep yang sama?" tanya Bu Hartini seraya tersenyum. "Iya, Bu! Sama! Mudah-mudahan rasanya gak beda jauh sama buatan Ibu!" ujar Mahira. Dia menuangkan kecap manis ke dalam kuali dan kembali mengaduknya. "Pasti sama kalau resepnya sama!" jawab Bu Hartini. "Ra, kamu sudah hubungi Dila, bilang kalau kamu gak datang lagi ke butik?" tanya Bu Hartini. Mahira menatap Ibunya. Dia mengecilkan api kompor dan duduk di hadapan Ibunya. "Bu, Ira udah ngomong sama Dila tapi Ira bilang kalau Ira sekarang gak bisa datang tiap hari. Nanti, dalam seminggu paling dua atau tiga kali Ira ke sana! Mas Nizam, kan kerja juga, Bu! Dia gak bakalan tau juga Ira pergi atau gak!" bisik Mahira. "Iya, juga, ya! Dia kan pergi kerja pagi! Pulang juga siang pas makan. Oh ya, hari ini dan seterusnya kamu gak usah masak untuk mer
Read more
CCTV
"Ra, ibu tadi malam tidak sengaja terbangun. Saat ibu ingin mengambil wudhu untuk tahajud dan melewati kamar Siska, terdengar suara orang berbicara. Ibu penasaran sehingga Ibu menguping siapa yang dini hari seperti ini berbicara dengan Siska. Ternyata ibu mendengar suara suamimu, Nizam!" jelas Bu Hartini. Beliau menarik napas dan membuangnya perlahan.Mahira hanya diam mendengarkan penjelasan ibunya. "Dan kamu tahu, apa yang mereka bicarakan? Nizam meminta Siska melayaninya!"Maira membelalakkan matanya tak percaya. "Apakah yang pernah kudengar itu benar adanya? Mereka ada hubungan?" batin Mahira. "Namun di situ Siska menolak dengan alasan capek dan besok dia harus bekerja. Dia menyuruh suamimu untuk meminta kamu yang melayaninya. Tapi suamimu menolak karena katanya dia tidak sedang mood dengan kamu! Ibu benar-benar nggak habis pikir, Ra! Mereka itu kan adik-kakak! Bagaimana bisa mereka melakukan hubungan terlarang seperti itu?!" Bu Hartini merasa heran. "Memang Ibu tidak melihat
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status