Pembalasan Buat Suami Egois

Pembalasan Buat Suami Egois

last updateLast Updated : 2023-03-05
By:  Inda_melOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9
4 ratings. 4 reviews
33Chapters
25.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mahira, seorang istri sekaligus seorang ibu dengan dua orang putri. Harus menghadapi permasalahan rumah tangga yang begitu rumit. Nizam, suaminya ternyata tidak pernah jujur mengenai pendapatan. Selain itu, dia berselingkuh dengan adiknya sendiri dan itu di restui oleh ibu mertuanya. Mahira mencoba untuk membuka tabir rahasia Siska, iparnya dan ibu mertuanya. Bagaimana bisa hubungan terlarang mereka justru mendapat restu dari ibu mertua yang tak pernah menyukainya. Akankah Mahira bertahan dalam pernikahan yang telah ternoda atau justru melepas diri dari suami zolim.

View More

Chapter 1

Keputusan sepihak Nizam

"Ra, Mas cuma mau bilang, mulai besok Ibu sama Siska tinggal bersama kita!" ucap Mas Nizam.

Mahira menghentikan pergerakan tangannya yang hendak mengambil nasi goreng. DIa menolehkan pandangan ke arah Nizam, suaminya. 'Apa maksudnya bicara seperti itu?' batin Mahira.

Kembali Mahira menaruh piring yang semula akan diisi dengan nasi goreng tadi.

"Lho, kamu gak jadi makan?" tanya Nizam tanpa merasa bersalah.

Mahira menatap anak-anaknya yang sedang menyantap sarapan mereka. Kembali dia mengarahkan pandangan pada Nizam.

"Maksud Mas apa? Ngomong kalau besok Ibu dan Siska akan tinggal di sini? Ibu, kan punya rumah sendiri?" tanya Mahira keheranan.

"Ya, emang Ibu punya rumah sendiri, tapi Ibu dan Siska mau tinggal di sini bersama kita."

"Dan kamu menyetujuinya tanpa bicara apa-apa sama-sama aku, Mas?!" tanya Mahira lagi dengan nada agak sedikit tinggi.

Anak-anaknya kompak melihat ke arah Mahira. Karena mereka memang jarang mendengar dia berbicara dengan nada tinggi, tepatnya semenjak pindah ke rumah ini.

"Kayla, Bila, kalau udah selesai langsung berangkat sekolah, ya Nak!" titah Mahira pada kedua putrinya. Mereka berdua kompak mengangguk tanda mengerti.

Mahira menunggu sampai kedua putrinya selesai menghabiskan sarapan. Tak berapa lama, mereka selesai sarapan. Keduanya berpamitan dan mencium tangan Mahira serta Nizam. Setelah mengantar keduanya ke depan rumah, Mahira segera kembali menuju ruang makan.

Nizam masih terlihat berada di sana. Di hadapannya nampak piring kosong bekas sarapan tadi. Sambil membaca koran, sesekali dia menyesap kopi yang dibuat Mahira.

"Mas!" panggil Mahira seraya mendekatinya. Dia kembali duduk di meja makan.

Nizam menoleh sekilas lalu kembali fokus pada koran di hadapannya.

"Mas, kita belum selesai bicara!" ucap Mahira dengan nada kesal karena panggilannya diabaikan.

"Mau bicara apa?" tanya Nizam tanpa mengalihkan pandangannya.

"Masalah Ibu tadi! Kamu, kan tau sendiri, Mas, kita pindah ke rumah ini karena aku tidak tahan sama perlakuan Ibu dan saudaramu! Tapi, kok Ibu dan Siska malah mau tinggal di sini?!" cecar Mahira masih dengan nada kesal.

Nizam melipat koran yang dibacanya dan menaruh koran itu di sebelah piring kosong tadi. Kemudian dia kembali menghirup kopi yang masih mengepulkan asap. Nizam kembali menaruh kopi ke tempat semula.

"Ya, kamu belajarlah bagaimana mengambil hati Ibu! Masak itu saja harus aku ajari!" jawab Nizam.

'Astaghfirullah!' Mahira mengucap dalam hati.

"Enteng sekali Mas Nizam ngomong seperti itu. Mati-matian aku mencoba bersabar menghadapi tingkah laku Ibu dan saudaranya selama ini. Seenaknya saja dia berucap tanpa beban!" Kembali Mahira menggerutu dalam hati.

"Lagipula ya, rumah ini aku yang bayar bulanannya, jadi suka-suka aku mau ngajak Ibu atau saudaraku ke sini! Gak perlu izin dari kamu!"

"Mas! Kamu juga jangan lupa! DP rumah ini, uang dari pemberian Ibuku. Dan kita juga sudah sering bahas ini! Kenapa kamu masih gak ngerti dan egois gini?! Kamu sendiri tau, gimana perangai Ibu dan adikmu itu! Kenapa harus menyatukan aku dan keluargamu dalam satu atap?!"cecar Mahira. Nizam diam tanpa menatap istrinya.

"Apa alasannya tiba-tiba Ibu dan Siska mau tinggal di sini? Bukankah selama ini mereka tidak pernah menganggap aku sebagai istrimu?!"

"Rumah Ibu mau ditempati Mbak Melani. Mereka akan pindah minggu depan. Jadi karena itu, Ibu dan Siska pindah ke sini," jelas Mas Nizam.

"Kenapa mereka tidak tinggal bersama Mbak Melani? Bukankah dia anak kesayangan dan kebanggaan Ibumu?" tanya Mahira dengan nada mengejek.

"Suaminya gak mau! Selain itu anak-anak mereka sudah pada besar. Dan ingin punya kamar sendiri. Dan gak akan cukup kalau Ibu dan Siska dipaksain tinggal di situ!"

"Suami Mbak Melani aja bisa nolak kenapa aku tidak?!" sahut Mahira.

"Ya … kalau suami Mbak Melani bisalah! Kamu kan tau, rumah itu sudah ditebus sertifikatnya sama suami Mbak Melani waktu Ibu menggadaikan ke Bank. Jadi itu hak milik mereka. Ibu gak bisa ngomong apa-apa."

"Apa bedanya dengan rumah ini? DP dan renovasi rumah ini semua dari Ibuku! Dan rumah ini juga atas namaku!" sahut Mahira masih dengan nada ketus.

"Sombong kamu! Mentang-mentang rumah ini atas namamu! Pokoknya aku gak mau tau! Aku sudah bilang sama Ibu dan Siska, mereka boleh tinggal di sini! Suka atau tidak suka!"

"Aku gak akan terima! Jangan salahkan aku, kalau aku berbuat tidak sopan terhadap Ibumu dan saudarimu itu!"

"Kamu jangan main-main Mahira! Kalau sampai kamu macam-macam terhadap Ibuku, awas kamu!" ancam Mas Nizam sambil mencengkram lenganku.

"Aku gak main-main, Mas! Kamu lupa, gimana perlakuanmu terhadap Ibuku, saat beliau menginap di sini untuk berobat!" ucap Mahira sinis.

Nizam melepaskan cengkraman tangannya. Lalu kembali meminum kopi yang kelihatan sudah berkurang asapnya.

"Selalu yang kamu bahas itu! Ya wajarlah aku gak nyaman ada orang tua kamu di sini! Aku tu pingin bebas!" ujar Nizam tanpa beban.

Mahira tersenyum tipis. 'Bebas dia bilang! Apa gak kebalik? Seharusnya aku yang ngomong kayak gitu," batin Mahira.

"Bebas katamu, Mas?! Emang Ibuku ngapain kamu? Ada nyuruh-nyuruh kamu anterin berobat?! Gak ada, mas! Ada minta kamu uang berobat? Gak ada, kan? Malah di sini Ibu yang belanja untuk kebutuhan sehari-hari. Hanya sebulan Mas, Ibu menumpang di sini, tapi sikapmu sungguh luar biasa!" cecar Mahira lagi.

Dilihatnya Nizam menggaruk-garuk tengkuknya yang diyakininya tak gatal.

"Dan sekarang kamu dengan seenaknya ngajak Ibu dan adikmu yang manja itu tinggal di sini tanpa izin aku dulu! Kamu lupa, bagaimana mereka memperlakukan aku selama ini!? Aku yang harusnya berkata ingin bebas bukan kamu! Keluargaku gak pernah nyusahin kamu! Tapi, keluargamu selalu nyusahin aku!!" ucap Mahira berapi-api.

"Jelas kalau Ibuku, tentu saja aku tidak keberatan. Mereka keluargaku, beda dengan keluargamu!" jawab Nizam.

'Ya Tuhan, otaknya dulu kurang seons kali ya! Enteng dan tanpa bersalah. Enak saja dia berucap!' Kembali Mahira berucap dalam hati.

"Kamu tu emang laki-laki yang gak sadar diri ya, Mas?" ucap Mahira tajam.

"Apa kamu bilang?! Sudah berani kamu maki suamimu sendiri?! Nizam emosi.

"Aku gak maki, tapi bicara kenyataan! Kamu gak nyadar dengan ucapanmu itu!"

"Aku gak mau tau, Mahira! Ibu dan Siska akan tetap tinggal di sini! Kamu harus melayani mereka dengan sebaik-baiknya!" perintah Nizam.

"Kalau kamu masih ngotot juga, aku gak akan tinggal diam. Lihat saja, apa Ibu dan adikmu akan betah tinggal bersamaku!" Mahira menyeringai.

Mahira sudah memutuskan tidak akan mau mengalah lagi menghadapi suami egois macam Nizam. Seenaknya saja Nizam mengizinkan Ibu dan adiknya untuk tinggal di sini, sedangkan perlakuan mereka dulu terhadap Mahira sangat kejam.

Tidak ada andil Nizam sedikitpun

sewaktu Mahira berniat mengambil rumah ini. Dan sekarang dengan entengnya dia berhak karena dia yang membayar bulanan rumah ini. Untuk belanja bulanan saja kurang. Nizam mungkin tidak pernah menghitung gajinya yang diberikan kepada Mahira.

Semua yang utama bagi Nizam adalah Ibu dan keluarganya. Tetapi, ketika Ibu atau keluarga Mahira yang datang, sikapnya cuek dan kelihatan tidak suka. Tentu saja Ibu dan keluarga Mahira tidak betah berlama-lama di rumah ini. Padahal sebagian besar rumah ini semua dari uang pemberian Ibunya Mahira. Nizam memang keterlaluan. Benar-benar egois dan tidak tau diri.

Bukan niat Mahira untuk membalas dendam, tapi dia merasa memang tidak bisa bersatu dengan keluarga Nizam. . Dari awal menikah, Ibunya memang tidak merestui. Hanya almarhum Ayah mertua saja yang lebih peduli. Sewaktu masih menumpang di rumah Ibu mertuanya, semua urusan rumah tangga diserahkan kepada Mahira. Padahal dia juga bekerja. Belum lagi kata-kata kasar dan umpatan yang ditujukan padanya. Mahira merasa lebih tepat dipanggil babu ketimbang sebagai menantu.

'Aku gak akan tinggal diam dan pasrah lagi. Ini rumahku, aku nyonya di rumah ini. Jangan harap mereka bisa memperlakukan aku seperti dulu. Cukup, sembilan tahun aku tersiksa. Belum lagi sifat Mas Nizam yang tidak pernah sedikitpun membela atau membantuku!' tekad Mahira dalam hati.

Entah apa yang ada dalam pikiran Mahira, waktu itu. Bisa-bisanya dia menerima lamaran dari Nizam. Padahal Ibu dan Almarhum Bapaknya sudah mewanti-wanti agar dia berpikir dulu. Mungkin mereka sudah ada feeling tentang Nizam. Ternyata itu terbukti. Mahira hanya dijadikan babu dan pelampiasan napsu saja.

'Ibu, Siska. Tunggu saja kalian! Aku akan sambut kedatangan kalian. Lihat saja pembalasan manisku untuk kalian yang sudah menyakiti hati dan fisikku!" ucap Mahira dalam hati.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Monica Nurdiana
kapan lanjutannya kak
2023-04-24 06:13:43
0
user avatar
Agus Irawan
hai izin promosi. mampir ke Novelku judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena "Agus Irawan
2023-04-22 04:06:32
0
user avatar
Amiy Zaru
menarik sekali cerita nya
2023-04-20 18:34:54
1
user avatar
Budi Jarti
kok terakhirnya msh ngambang. . spt cerita blom tamat
2023-05-14 00:08:37
0
33 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status