All Chapters of Membalas Suami dan Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40
63 Chapters
31. Mengusir Nia
Bagian 31Benar-benar sudah ngelunjak si Nia. Didiamkan malah semakin berani!"Perlu kutegaskan padamu, Nia. Aku tidak akan pernah meminjamkan mobilku untukmu sekalipun kamu sudah ijin kepada Mas Ilyas, suamiku. Ini mobilku bukan mobil Mas Ilyas. Kamu tidak berhak memakai mobilku. Aku tidak sudi," tegasku."Kok' kamu gitu sih, Sandra? Mobil itu 'kan dibeli pakai uang Mas Ilyas, bukan uangmu. Pelit bangat, sih!""Nia, kamu jangan kurang ajar ya. Aku tidak suka melihatmu seperti itu. Kamu sadar nggak, kamu hanya numpang di rumahku, harusnya kamu tahu dan sadar diri.""Memang dasar kamunya aja yang pelit. Aku cuma mau pinjam sebentar saja nggak boleh."Sambungan telepon pun terputus secara sepihak. Nia benar-benar membuatku naik darah.Merasa kesal, aku langsung menghubungi ponsel Mas Ilyas. Aku tidak terima karena Mas Ilyas sudah menyetujui permintaan Nia tanpa bertanya kepadaku terlebih dahulu. Jangan ia pikir kalau aku akan menurutinya. Tidak bisa!"Halo, Sandra, ada apa?" sapanya dar
Read more
32. Mengusir Nia Part 2
Bagian 32 "Sandra, aku ini sahabatmu loh, kamu tega mengusirku?" Rupanya Nia masih belum yakin dengan ucapanku barusan. "Apa wajahku terlihat bercanda? Tidak Nia, aku serius. Kamu bukan lagi sahabatku dan aku ingin agar kamu secepatnya meninggalkan rumahku ini. Ayo, tunggu apalagi?" "Mas Ilyas pasti akan memarahimu kalau dia tahu kamu mengusirku. Lihat saja, akan kuadukan semuanya pada Mas Ilyas," ancamnya, lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Aku tahu, ia pasti akan mengadu kepada Mas Ilyas. "Mas Ilyas? Mas Ilyas tidak peduli padamu, Nia. Aku lah istrinya, bukan kamu," tegasku. Biarpun aku tahu bahwa kenyataannya Mas Ilyas memang mencintai Nia. "Oh ya? Kita lihat saja," ucapnya dengan sangat yakin. "Halo, Mas!" Belum sempat Nia menyampaikan maksudnya menelpon Mas Ilyas, aku sudah merampas ponselnya dan membantingnya ke lantai hingga layarnya retak seribu. "Sandra, kamu merusak ponselku! Kamu berani padaku?" Nia balik menantangku. "Kamu pikir aku takut padamu? Kamu salah
Read more
33. Kenyataan Menyakitkan
Bagian 33Plak!Sebuah tamparan dariku berhasil mendarat di pipinya."Cukup, Nia. Jangan paksa aku untuk berbuat kasar padamu!" Aku segera mengunci pintu kembali. Tidak tahan lagi mendengar setiap kata-katanya yang membuat hatiku semakin sakit.Jika aku tidak bisa meredam emosi yang bergejolak di dalam dada, aku takut akan terjadi hal buruk nantinya. Takut jika aku gelap mata dan akhirnya nekat menyakiti Nia.Tidak, aku tidak mau terpancing. Biarkanlah ia berkoar-koar sesuka hatinya. Aku tidak akan terpancing.Astagfirullah … aku menarik napas sambil mengucapkan istighfar berkali-kali agar hatiku bisa tenang kembali.Baru saja kuhempapaskan bobotku di atas sofa, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil. Mobil Mas Ilyas berhenti di halaman depan, ia memarkirkannya di samping mobilku.Mas Ilyas turun dari dalam mobil dan langsung menghampiri Nia yang menangis sesenggukan di depan pintu. Acting lagi. Tadi Nia begitu garang menghardikku. Saat Mas Ilyas datang, ia seolah habis disakiti. Bena
Read more
34. Ngotot Mau Kawin
Bagian 34"Sandra, bicaralah, jangan diam saja. Jika kamu keberatan, silakan meminta cerai dari Mas Ilyas. Mungkin itu jauh lebih baik bagimu. Dengan begitu, aku bisa memiliki Mas Ilyas seutuhnya dan tidak harus berbagi suami denganmu," sahut Nia sambil melipat tangan di depan dada.Plak!Aku melayangkan satu tamparan lagi di pipi Nia. Tadi di pipi kanan, sekarang di pipi kiri. Rasakan Nia! Ini belum sebanding dengan apa yang kamu lakukan."Aw, sakit …." Nia mengerang kesakitan sambil memegangi pipinya yang mulai memerah.Mungkin Nia mengira bahwa aku tidak akan berani menamparnya di depan Mas Ilyas. Bahkan jika Mas Ilyas menceraikanku sekalipun, aku tidak takut. Justru aku senang karena tidak perlu lagi repot-repot ke pengadilan agama untuk mengurus gugatan cerai.Aku sungguh merasa terhina diperlakukan seperti ini. Nia seolah menertawakanku karena sudah merasa menang dariku. Mereka berdua sudah menginjak-injak harga diriku. "Sandra, berani-beraninya kamu menamparku. Mas, lihat nih,
Read more
35. Pembalasan Dimulai
Bagian 35 "Mas Rian, jika kamu tidak mau menceraikanku, maka aku yang akan menggugatmu di pengadilan agama. Tunggu saja." Nia kembali bersuara. "Silakan! Pak hakim juga tidak bodoh. Pihak pengadilan tidak akan mungkin mengabulkan gugatan ceraimu jika tidak ada bukti-bukti yang kongkrit. Silakan saja, yang ada hanya akan membuang-buang waktumu saja. Lebih baik mulai sekarang, kamu mencari pekerjaan karena tidak akan ada lagi yang mau menanggung hidupmu." "Siapa bilang? Aku masih punya Mas Ilyas dan juga sahabatku Sandra," ucap Nia dengan pedenya. "Hahaha! Ilyas? kamu yakin? Dan Sandra? Sandra juga tidak akan sudi membiarkanmu tinggal di rumah ini karena kamu sudah menjadi duri dalam rumah tangganya." "Itu betul. Jangankan menampungnya, melihat wajahnya saja aku sudah muak!" sahutku. "Kamu dengan sendiri kan, Nia? Sandra, lebih kamu kamu usir wanita ini dari rumahmu. Lebih cepat lebih baik," ucap Mas Rian lagi. "Tidak, bukan Sandra yang memutuskan, tapi aku." Kali ini, Mas Ilyas a
Read more
36. Kemarahan Ilyas
Bagian 36Pertunjukan dimulai. Aku dan Mas Rian menyaksikannya langsung dari sini."Apa yang anda lakukan di rumah saya? Anda mau maling ya?" tanya lelaki tersebut kepada Mas Ilyas."Rumah anda? Anda salah alamat kali!" Mas Ilyas terus berusaha membuka pintu tersebut dengan anak kunci yang dimilikinya. "Anda jangan asal nuduh. Ini rumah saya dan saya bukan maling," tegas Mas Ilyas."Rumah anda? Jangan ngaku-ngaku ya, ini rumah saya. Saya punya sertifikatnya," ucap lelaki itu lagi."Anda salah kali, ini rumah saya dan saya juga punya sertifikatnya di rumah," ucap Mas Ilyas tak mau kalah."Saya sudah membeli rumah ini, tunggu sebentar, saya ambilkan sertifikatnya." Lelaki itu kemudian membuka pintu mobilnya dan mengambil sesuatu dari dalamnya."Ini sertifikatnya. Rumah ini milik saya. Saya harap kalian pergi dari sini dan jangan membuat keributan di sini.""Tidak mungkin. Aku lah pemilik rumah ini. Anda pasti memalsukan sertifikat itu, iya, kan?""Sertifikat ini asli, silakan dilihat d
Read more
37. Dituduh Mandul
Bagian 37"Cukup, hentikan! Aku pusing mendengar keributan di rumah ini. Mas, cepat bawa wanita itu pergi dari rumah ini. Aku tidak sudi melihat wajahnya. Ayo, Mas," desakku kepada Mas Ilyas."Mas sudah tidak memiliki uang untuk menyewa rumah kontrakan, Sandra. Kartu ATM Mas sedang diblokir. Jujur saja pada Mas, kamu kan yang melakukan itu?" Rupanya Mas Ilyas masih penasaran soal uang di ATM-nya itu."Dan soal rumah itu. Kenapa nama kamu tertera di dalam sertifikat rumah itu? Kamu diam-diam membalik nama rumah itu menjadi atas namamu. Kamu telah menipuku, Sandra. Kenapa kamu melakukannya? Mas benar-benar kecewa padamu!" Tatapan matanya terlihat tajam, menandakan bahwa ia benar-benar marah. "Iya, kamu pantas dilaporkan ke polisi, Sandra. Karena kamu telah melakukan penipuan terhadap Mas Ilyas. Aku sendiri yang akan melaporkanmu," sahut Nia."Nggak salah tuh? Justru kalian yang pantas dilaporkan ke polisi atas tuduhan perzinahan. Kalian berdua telah melakukan perbuatan dosa besar di da
Read more
38. Ternyata Dia Yang Mandul
Bagian 38 "Bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kamu sudah menjadi wanita yang sempurna? Sampai sekarang, kamu juga belum hamil. Padahal usia pernikahanmu dengan Mas Rian tidak beda jauh dengan kami. Jika kamu memang wanita yang sempurna, pasti kamu sudah melahirkan anak untuk suamimu," sahutku. "Itu karena Mas Rian mandul, Sandra. Makanya aku tidak sudi mempertahankan rumah tanggaku dengannya. Oke, aku jujur sekarang. Mas Rian memang tidak pernah selingkuh dan tidak pernah main tangan. Tapi Mas Rian punya kekurangan, dia Mandul! Mana ada wanita yang mau bertahan dengan lelaki mandul seperti dia?" Nia mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Mas Rian. Benar-benar tidak punya sopan santun. "Kenapa diam, Mas? Benarkan, yang aku katakan? Kamu mandul!" ucap Nia lagi. 
Read more
39. Pembantu Baru
Bagian 39Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari saat aku terbangun karena dorongan ingin buang air kecil.Kulihat Mas Ilyas sudah tertidur pulas di atas sofa. Sebelumnya, tadi aku melihat Mas Ilyas sibuk dengan laptopnya. Mungkin ia sedang mengerjakan tugas kantor.Aku beranjak dengan pelan, menuju meja yang berada persis di depan Mas Ilyas. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam laptopnya.Ternyata Mas Ilyas sedang mempersiapkan materi untuk bahan presentasinya besok. Aku mengetahuinya setelah membaca pesan yang ada di ponselnya.Bagus, aku akan melakukan sesuatu terhadap laptopnya.Kejutan besar sedang menantimu, Mas. Inilah puncak dari pembalasanku. ***"Sandra, bangun Sayang, sudah pagi." Mas Ilyas menepuk pelan pipiku, lalu membelai rambutku. "Bangun, Sayang," bisiknya lagi.Sayang? Aku bahkan muak mendengar Mas Ilyas memanggilku dengan sebutan itu."Cuci muka dulu ya, Sayang. Habis itu kita sarapan. Mas sengaja tidak membangunkanmu, soalnya Mas kasihan padamu. Kamu tidurnya p
Read more
40. Kejutan
Bagian 40Akhirnya, mereka berdua berhasil juga aku kerjain. Mas Ilyas bisa dengan gampangnya di bohongi. Nia kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju dapur sambil sesekali menghentakkan kakinya. Syukurin, emang enak!"Nia, cepat bawakan sarapannya. Aku dan suamiku sudah lapar." Aku berteriak-teriak memanggil nama Nia.Tak lama kemudian, Nia datang dengan membawa apa yang aku perintahkan.Setelah Nia meletakkannya di atas meja, ia kembali menarik kursi dan bergabung bersama kami."Nia, apa-apaan ini? Kamu lupa kalau kamu hanya seorang pembantu? Cepat berdiri, atau aku akan melakukan sesuatu," bentakku saat Nia menjatuhkan bobotnya di atas kursi."Tugasku 'kan sudah selesai, Sandra. Aku lapar dan ingin sarapan bersama kalian, masa nggak boleh sih?""Nggak boleh, pembantu sarapannya di dapur, bukan di sini. Kalau kamu lapar, kamu boleh sarapan sekarang. Setelah itu kamu sikat seluruh kamar mandi sampai bersih. Ingat, harus sampai bersih!"Nia kembali menghentakkan ka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status