Membalas Suami dan Sahabatku

Membalas Suami dan Sahabatku

By:  Ade Esriani  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
63Chapters
21.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Siapa sangka sahabat yang sangat dipercaya oleh Sandra malah tega menusuknya dari belakang. Nia Anggraini, wanita yang telah bersahabat dengannya selama bertahun-tahun bahkan telah dianggap seperti saudara sendiri oleh Sandra, ternyata diam-diam menjalin hubungan dengan suaminya yang bernama Ilyas. Mampukah Sandra menghadapi badai yang menerjang rumah tangganya? Akankah rumah tangga Sandra dan Ilyas akan hancur oleh orang ketiga? Simak kisahnya, yuk!

View More
Membalas Suami dan Sahabatku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Isabella
keren thoer ceritanya , bikin aku gemes
2023-08-01 15:32:35
1
user avatar
Captain Mushroom
sangat seru dan menyenangkan
2023-06-28 20:56:27
0
user avatar
Veren Love
ceritanya cukup menarik tapi sayangnya selalu harus bayar
2023-05-20 14:43:49
0
63 Chapters
1. Tamu Yang Tak Pulang-pulang
Bagian 1"Sandra, aku sudah tidak sanggup lagi hidup bersama Mas Rian. Mas Rian ternyata menjalin hubungan dengan sekretarisnya. Aku sudah tidak kuat, San." Nia menangis di pelukanku, menceritakan tentang persoalan rumah tangga yang sedang dihadapinya."Mas Rian juga kerap memukuliku. Ia mengancam akan menceraikanku jika menolak keinginannya untuk menikah dengan sekretarisnya itu. Aku nggak mau dimadu, San. Aku harus gimana?"Nia masih menangis di pelukanku, dan aku masih berusaha menenangkan sahabatku itu. Hanya kata 'sabar' yang bisa kuucapkan untuk menenangkannya, karena aku juga tidak tahu mau berbuat apa."Sabar ya, Nia. Aku tahu, kamu adalah wanita yang kuat, pasti kami bisa melewati semua ini," ucapku padanya."Kenapa dengan Nia? Mengapa dia menangis?" tanya Mas Ilyas-suamiku yang ternyata sudah berada di ruang tamu, tempat kami berada saat ini. Aku bahkan tidak mendengar deru mesin mobilnya, mungkin karena terlalu fokus mendengarkan curhatan Nia."Sudah pulang, Mas?" Aku menci
Read more
2. Ada Yang Ganjil
Bagian 2Tiba-tiba aku melihat Mas Ilyas sedang duduk di atas sofa ruang tamu, bersama Nia. Nia menyandarkan kepalanya di bahu Mas Ilyas. Tangan Mas Ilyas merangkul bahu Nia.Aku menggeleng pelan, tidak percaya dengan apa yang kusaksikan.Kaca-kaca bening langsung mengalir dari sudut netra. Aku sakit hati, cemburu sekaligus marah, melihat sahabatku berduaan dengan suamiku. Pelan-pelan, kuturuni anak tangga dan langsung menghampiri mereka dengan air mata yang berderai."Apa maksud semua ini, Mas?" tanyaku sambil memandangi wajah suami dan sahabatku itu.Nia langsung berdiri dari tempat duduknya, begitu juga dengan Mas Ilyas. Keduanya gelagapan melihat kehadiranku."Sandra, maafin aku. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku tadi hanya curhat kepada Mas Ilyas tentang masalah rumah tanggaku, dan aku terbawa suasana. Maafin aku, San." Nia meraih tanganku, berusaha meyakinkanku, tapi aku menepisnya. "Apa yang dikatakan Nia itu benar, San. Nia hanya curhat kepada Mas. Dan Mas berusaha m
Read more
3. Menemui Suami Nia
Bagian 3"Ini sarapannya, Mas." Aku meletakkan roti tawar dan susu hangat tersebut di atas meja.Aku melirik Nia sejenak, ia terlihat kesal padaku, terlihat dari sorot matanya yang memandangku dengan tatapan tidak suka. Tapi aku tidak peduli, aku harus melindungi suamiku dari Nia. Yang jelas, aku tidak suka dengan sikapnya yang selalu mencari perhatian dari Mas Ilyas."Sandra, kenapa sih nasi gorengnya kamu buang? Tadi sudah kucicipi kok, rasanya enak dan nggak asin." Nia protes karena aku membuang nasi goreng buatannya tersebut."Nasi gorengnya benar-benar asin, Nia. Rasanya juga nggak enak. Masa kamu ingin memberikan nasi goreng seperti itu untuk Mas Ilyas. Aku aja nggak pernah masak makanan seasin itu," ucapku tak mau kalah.Nia memonyongkan bibirnya, kelihatan sekali bahwa ia tidak suka padaku. Dulu, aku memang selalu menuruti apapun yang diinginkan Nia, tapi sekarang tidak lagi. Aku mencium gelagat tidak baik dalam dirinya, sehingga aku harus extra hati-hati padanya.Tiba-tiba, t
Read more
4. Curhat
Bagian 4Bismillahirrahmanirrahim. Aku segera melangkah dengan yakin. Apapun yang akan terjadi setelah ini, aku tidak peduli."Tunggu!" Tiba-tiba seseorang menarik tanganku dan membawaku menjauh dari tempat itu.Mas Rian, ternyata Mas Rian yang menahanku. Entah apa maksudnya.Mas Rian memaksaku untuk masuk ke dalam mobilnya, tapi aku berontak."Mas, apa-apaan, sih?" "Sandra, maaf! Mas tidak ada maksud apa-apa. Maaf jika Mas terlalu lancang," ucapnya sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada."Tadi itu aku lihat Mas Ilyas sama Nia. Aku ingin melabrak mereka, tapi gagal karena Mas menghalangiku." Aku memperlihatkan raut wajah kesal padanya. Karena Mas Rian, aku gagal melabrak Mas Ilyas dan Nia."Jangan gegabah, Sandra. Jangan turuti emosimu." Lagi-lagi Mas Rian mencegahku."Bagaimana tidak emosi, aku tidak tahan melihat suamiku bersama dengan wanita lain. Apalagi wanita itu adalah sahabatku sendiri, yang tidak lain adalah istrimu sendiri. Aku cemburu, Mas." Tak terasa, bulir benin
Read more
5. Mulai Beraksi
Bagian 5Setelah sampai di depan supermarket, aku langsung turun dari mobil Mas Rian, kemudian bergegas masuk ke dalam untuk membeli beberapa kebutuhan pokok.Beras, minyak goreng, sabun mandi, sabun cuci, odol, shampo dan lain-lain sudah dicatat dalam daftar belanjaanku. Aku segera mengambil keranjang, kemudian mencari barang yang akan aku beli. Setelah semuanya telah lengkap, aku langsung membayarnya ke kasir.Setelah Helper dari supermarket tersebut memasukkan semua barang belanjaanku ke bagasi mobil, aku kembali mengeceknya untuk memastikan bahwa tidak ada lagi yang tertinggal. Setelah semuanya beres, aku segera melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Rasanya sudah tidak sabar ingin kembali ke rumah. Hari ini, aku akan menjalankan rencanaku.Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya aku tiba di rumah. Mbok Yuli membantuku untuk menurunkan barang belanjaan dari dalam mobil, kemudian membawanya masuk ke dalam."Mbok, Nia sudah pulang?" tanyaku kepada Mbo
Read more
6. Acting Nia
Bagian 6Sudah hampir sepuluh menit aku menunggu di depan pintu kamarnya, berharap Nia keluar dengan membawa serta koper miliknya, dan segera angkat kaki dari rumahku. Namun, yang ditunggu-tunggu belum nongol juga. Nia tidak kunjung keluar dari kamarnya.Menyebalkan sekali. Katanya mau pergi, tapi ternyata masih betah berada di dalam rumahku. Aku tahu, pasti Nia hanya berpura-pura.Tiba-tiba saja, ponsel yang sedang berada di dalam genggamanku bergetar, ternyata Mas Ilyas yang menelpon. Aku pun segera menjawab telepon tersebut sambil menjauh dari kamar Nia, agar ia tidak mendengar pembicaraanku dengan Mas Ilyas. "Halo, assalamualaikum, Mas," sapaku terlebih dahulu."Sandra, kamu ngusir Nia ya? Kamu kok' jahat sekali? Apa salah Nia sampai kamu tega mengusirnya?"Mas Ilyas bahkan tidak sempat menjawab salamku, ia langsung mencecarku dengan berbagai pertanyaan."Mengusir Nia? Aku nggak ngusir Nia kok', Mas," jawabku. Tampaknya Nia sudah mengadu kepada Mas Ilyas. "Barusan Nia nelpon Mas
Read more
7. Ketahuan
Bagian 7"Sudah, hentikan. Kalian ini seperti anak kecil saja." Mas Ilyas terlihat marah."Nia, aku minta, tinggalkan aku dan suamiku. Kami ingin bersantai sambil bernostalgia," pintaku pada Nia. Nia pun menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkanku dengan Mas Ilyas."Sandra, kamu apa-apaan, sih? Mas perhatikan akhir-akhir ini kamu berubah. Kamu kenapa?" Pertanyaan Mas Ilyas tersebut semakin membuatku merasa kesal. Seharusnya ia merasa bersalah karena telah bermain api di belakangku."Justru kamu yang berubah, Mas! Sejak kehadiran Nia di rumah ini, Mas seolah tidak peduli lagi padaku. Mas selalu membela Nia.""Mas tidak membelanya. Mas hanya kasihan padanya, itu saja!""Oh, jadi Mas kasihan pada wanita lain, sedangkan istrimu sendiri kamu abaikan, begitu, Mas?""Bukan seperti itu. Mas hanya kasihan padanya. Kamu nggak kasihan sama dia? Dia sudah diduakan oleh suaminya, dan dia membutuhkan tempat untuk bersandar, Sandra.""Tempat untuk bersandar? Maksudnya apa, Mas? Apa jangan-jangan
Read more
8. Pura-pura Tidak Tahu
Bagian 8"Mas, aku kangen, Mas!" Tangan itu, melingkar di pinggangku.Nia … ternyata Nia yang memelukku. Ia tidak sadar bahwa aku ini bukanlah Mas Ilyas. Suasana di dapur yang gelap, membuat Nia tidak bisa melihat dengan jelas. Mungkin ia mengira bahwa aku adalah Mas Ilyas. Bodoh, ia tidak mengetahui siapa yang sedang dipeluknya.Aku segera melepaskan rangkulannya di pinggangku dan langsung membalikkan badan. Mata Nia langsung terbelalak saat melihatku.Ia menggeleng pelan sambil menutup mulutnya."Kangen? Sama siapa, Nia? Sama suamiku?" tanyaku dengan emosi yang bergejolak. Dadaku naik turun menahan luapan amarah yang siap untuk diledakkan."Sandra, ka-kamu nga-ngapain di sini?" tanyanya terbata. Ia tidak menjawab pertanyaanku, ia justru balik bertanya padaku."Justru kamu yang ngapain di sini? Ini rumahku, jadi wajar jika aku berada di dapurku sendiri. Sedangkan kamu, ngapain meluk aku dari belakang? Kamu mengira bahwa aku ini adalah Mas Ilyas? Iya? Jawab, Nia!" Nada bicaraku semak
Read more
9. Bukti
Bagian 9Mereka berdua takut ketahuan olehku, mereka tidak tahu kalau aku sudah mengetahui kebusukan mereka.Aku mengembuskan napas kasar, lalu kuscroll lagi pesan tersebut, hingga sampailah pada sebuah foto. Ya, foto Mas Ilyas dan Nia yang sedang berpelukan. Mereka tidur di sebuah kamar yang bernuansa putih, dalam balutan selimut yang sama. Nia bersandar di dada bidang Mas Ilyas yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus tersebut. Hanya tampak bagian atasnya saja karena tubuh mereka berdua ditutupi oleh selimut warna ungu bergambar bunga.Foto itu dikirim oleh Nia dari ponselnya. Dibawah foto tersebut ditulis caption, "Aku bahagia bersamamu, Mas. Aku telah mendapatkan kepuasan yang belum pernah kudapatkan dari suamiku sebelumnya. Tetaplah setia di sisiku, hingga waktunya tiba, kita akan menjadi pasangan suami-istri, Nia love Ilyas."Apa-apaan ini? Kepuasan? Apa maksudnya?Apa-apaan ini? Apa mereka telah melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan? Ternyata, bukan hanya sekadar menja
Read more
10. Apa Kurangnya Aku?
Bagian 10"Kok kamu lihatin aku seperti itu sih, Sandra? Apa jangan-jangan kamu mengira aku ini pelakor?" tanya Nia, balas menatapku dengan tatapan tajam juga.Tuh kan, aku hanya menyindirnya saja, Nia sudah merasa. Ternyata ia sadar bahwa dirinya adalah pelakor yang menginginkan suami dari sahabatnya sendiri."Aku 'kan tidak menyebut namamu, Nia! Kok' kamu jadi nyolot gitu! Apa jangan-jangan memang benar bahwa kamu itu seorang pelakor?" balasku tak mau kalah."Aku bukan pelakor ya," sangkalnya."Sudah-sudah, kalian ini seperti anak kecil saja. Kita lagi sarapan, loh," sahut Mas Ilyas. Ia terlihat kesal mendengar perdebatanku dengan Nia. Nia langsung menyudahi sarapannya. Ia langsung berlari ke kamarnya. Seperti biasa, saat aku adu mulut dengannya, ia pasti akan menghindar. Ia akan berpura-pura sedih dan menangis agar Mas Ilyas membelanya dan menyalahkanku. Aku sudah tidak peduli, yang jelas, aku tidak bisa berpura-pura baik di hadapan orang yang telah menusukku dari belakang."Sandr
Read more
DMCA.com Protection Status