Lahat ng Kabanata ng Membalas Suami dan Sahabatku: Kabanata 11 - Kabanata 20
63 Kabanata
11. Membuntuti Nia
Bagian 11Akumenyingkap tirai kamar, tanpa sengaja, aku melihat Nia menuju garasi, kemudian mengendarai mobil sportnya.Tanpa membuang waktu, aku segera mengambil kunci mobil yang terletak di salah satu paku dinding kamar, mengambil tas selempang, kemudian menuruni anak tangga. Untung saja mobil Nia belum jalan, jadi aku masih punya kesempatan untuk mengikutinya. Aku curiga kalau ia akan ketemuan dengan Mas Ilyas, karena ini sudah mendekati jam makan siang."Nia, kamu mau ke mana?" tanyaku berbasa-basi."Ada janji sama teman," jawabnya sekenanya. "Aku jalan duluan, ya, San. Nggak enak soalnya temen aku udah nunggu dari tadi.""Aku boleh nebeng mobil kamu, nggak? Soalnya aku juga mau ketemu teman. Oh ya, kamu sama teman kamu janjian di mana? Biar aku suruh temenku ke sana juga."Nia terdiam, sepertinya ia sedang mencari-cari alasan yang tepat, terlihat dari gerak-geriknya yang mulai gelisah. "Maaf, Sandra. Temanku nggak biasa gabung dengan orang lain, jadi aku nggak enak sama dia. Uda
Magbasa pa
12. Kerja Sama
Bagian 12Mas Rian tiba-tiba mengepalkan tangannya setelah membaca semua chat dan melihat foto tersebut. Wajahnya merah padam, terlihat sekali kalau ia sedang menahan amarah."Maaf, Mas. Aku tidak bisa lagi menuruti keinginanmu untuk tetap mempertahankan Mas Ilyas. Aku tidak mau bersama dengan seorang lelaki yang telah berzina dengan wanita lain," ucapku dengan tegas. Mas Rian masih terdiam, mungkin ia masih shock. Aku mengerti apa yang ia rasakan, itulah yang sedang aku rasakan saat ini.Aku tahu, Mas Rian sangat mencintai Nia. Mungkinkah perasaan Mas Rian akan tetap sama setelah mengetahui ini semua?"Oke, Mas akan mengabulkan permintaan Nia. Mas juga tidak sudi mempertahankan Nia, seorang wanita murahan yang memberikan tubuhnya disentuh oleh lelaki lain."Kukira Mas Rian akan tetap mempertahankan Nia, ternyata tidak! Mana ada lelaki yang mau menerima wanita seperti itu yang jelas-jelas sudah tidur dengan lelaki lain?Sebejat-bejatnya seorang lelaki, pasti menginginkan wanita baik
Magbasa pa
13. Sungguh Sakit
Bagian 13Saat hendak memasuki kamar tersebut, Mbok Siti mencegahku. "Sebaiknya Bu Sandra jangan masuk dulu, soalnya di dalam berantakan. Mbok baru ingat, ternyata Mbok lupa membersihkannya." Apa yang sedang disembunyikan Mbok Siti dariku? Dengan bertingkah seperti itu, aku semakin yakin kalau Mbok Siti menyembunyikan sesuatu dariku."Nggak apa-apa, Mbok. Minggir lah, aku pingin masuk!"Mbok Siti pun menyingkir, dengan terpaksa membiarkanku masuk ke dalam kamar utama yang selama ini aku tempati bersama Mas Ilyas jika kami menginap di rumah ini.Perlahan, kulangkahkan kaki melewati Mbok Siti yang masih berdiri di samping pintu.Ternyata benar, kamar ini berantakan sekali. Bantal dan guling sudah berpindah ke lantai. Sprei yang tadinya terpasang rapi, kini sudah terlepas dari kasur dan teronggok begitu saja di atas lantai.Tampaknya sudah terjadi pertempuran hebat di atas ranjang ini.Aku baru ingat sekarang. Selimut yang kulihat di foto itu sama persis dengan selimut yang ada di kamar
Magbasa pa
14. Di Bawah Kolong Ranjang
Bagian 14Aku mengelus dada, mengucapkan istighfar sebanyak-banyaknya, agar hatiku tetap tenang. Aku tidak boleh stres, dan harus tetap waras menghadapi semua ini. Ponselku bergetar, ternyata Mas Ilyas menelponku."Kenapa ia mencariku?"Aku menarik napas dalam, mengembuskannya secara perlahan. Menghapus air mata yang membasahi pipi. Mas Ilyas tidak boleh mengetahui kalau aku habis menangis."Halo, Sandra, kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?" Terdengar suara Mas Ilyas di seberang sana."Maaf, Mas," jawabku sopan. Untuk saat ini, aku masih bersikap biasa kepada Mas Ilyas."Sandra, Mas cuma mau mengabarkan, kemungkinan malam ini Mas pulangnya telat, soalnya ada lembur di kantor. Nggak usah nungguin Mas ya, kamu nanti tidur duluan saja.""Iya, Mas," jawabku sambil menahan bulir bening yang hendak keluar dari sudut netra."Ya sudah, Mas tutup teleponnya sekarang ya, soalnya mau lanjut kerja lagi." Sambungan telepon pun terputus.Sepertinya Mas Ilyas berbohong lagi padaku. Setelah se
Magbasa pa
15. Menangis Sendiri
Bagian 15 Untungnya, ponselku tidak bergetar lagi. Mungkin orang yang menghubungi ponselku tadi sudah mengakhiri panggilannya. "Kok' getarannya nggak ada lagi, Mas?" "Ya iyalah, kamu salah dengar, Sayang. Mungkin kamu terlalu takut pada Sandra, makanya kamu jadi seperti ini, selalu was-was!" "Apa yang kamu katakan memang benar, sih, Mas. Aku takut jika Sandra mengetahui hubungan kita. Mas juga, kapan kamu ceraikan Sandra, Mas? Kamu nggak kasihan padaku? Aku jadi was-was seperti ini, takut jika sewaktu-waktu Sandra muncul," keluh Nia. Ia kembali mendesak agar Mas Ilyas menceraikanku. "Nia sayang, Mas tidak bisa menceraikan Sandra begitu saja. Sandra begitu baik pada Mas, ia melayani Mas dengan sepenuh hati. Mas dapat melihat ketulusan di wajahnya. Sandra terlalu sempurna. Mas tidak tahu alasan apa yang akan Mas berikan padanya jika dia bertanya kenapa Mas sampai menceraikannya." "Aku juga bisa melayani Mas, bahkan lebih baik dari pelayanan Sandra. Asalkan Mas bersedia menceraikan
Magbasa pa
16. Jadi Nyonya?
Bagian 16 Entah sudah berapa lama aku berada di bawah kolong ranjang ini. Kulihat suasana sekitar sudah gelap. Sepertinya mereka sudah pergi, pasalnya aku sudah tidak mendengar suara mereka. Selama mereka berada di atas ranjang, aku sengaja memejamkan mata dan menutup telinga agar tak melihat dan mendengar apa-apa. Pelan-pelan, aku keluar dari bawah ranjang. Aku harus memastikan bahwa mereka sudah benar-benar pergi dari sini. Setelah berhasil keluar dari bawah kolong ranjang yang lumayan sempit, aku mengintip ke atas ranjang terlebih dahulu. Ternyata benar, mereka sudah meninggalkan kamar ini. Di atas ranjang hanya ada selimut dan bantal yang sangat berantakan. Aku berjalan mendekati jendela kaca, menyingkap tirai untuk melihat keadaan di luar rumah. Mobil mereka sudah tidak ada, berarti mereka sudah pergi. Aku langsung mengambil ponsel untuk melihat jam, ternyata sudah jam 7 malam. Di bawah kolong ranjang terlalu sempit dan juga pengap. jangankan untuk mengambil ponsel, mau berg
Magbasa pa
17. Masuk Perangkap
Bagian 17Selesai melaksanakan sholat isya, aku pun turun ke bawah, menuju ruang makan. Aroma ayam bakar menguar saat aku membuka bungkus nasi Padang tersebut. Lauknya sederhana, hanya ada ayam bakar, sambal ijo dan juga lalapan. Ditambah kuah rendang yang menandakan ciri khas masakan Padang.Dulu setiap menemani Ibu mencari barang bekas, aku selalu menelan air liur saat melewati rumah makan Padang. Aku ingin sekali makan di rumah makan tersebut, tapi aku tidak berani mengatakannya kepada Ibu karena aku tahu ibu tidak akan sanggup untuk membelinya. Bisa makan nasi sama garam juga sudah syukur Alhamdulillah. Kembali aku teringat masa-masa itu. Masa-masa sulit yang kulewati bersama Ibu.Sekarang kehidupanku sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Aku memiliki semuanya, harta, uang, perhiasan semuanya aku miliki. Kukira kehidupanku sudah sempurna, ternyata aku salah. Aku sama sekali tidak dicintai oleh suamiku. Tidak ada cinta di dalam hatinya untukku. Seluruh cinta yang dimiliki
Magbasa pa
18. Maling Teriak Maling
Bagian 18Mentari pagi telah menampakkan dirinya. Cahayanya menembus kaca jendela, membuat mata terasa silau saat terkena sinarnya.Mas Ilyas menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Ia menyembunyikan wajahnya dari sinar mentari yang menembus kaca jendela saat aku menyingkap gorden.Aku hanya geleng-geleng kepala menyaksikannya. Mas Ilyas susah sekali untuk bangun subuh padahal sudah beberapa kali kubangunkan. Mas Ilyas jarang sekali menunaikan sholat subuh. Ia mengabaikan panggilan azan dari mesjid dan lebih memilih melanjutkan tidurnya."Sandra, tutup lagi dong tirainya. Silau," protes Mas Ilyas."Udah pagi. Ayo bangun. Memangnya Mas enggak ngsntor?"Mas Ilyas pun segera beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.Seperti biasa, setelah menyiapkan pakaian kerja Mas Ilyas, aku pun membantu Mbok Yuli untuk menyiapkan sarapan.Saat sedang asyik menumis bumbu, tiba-tiba Nia muncul di dapur. "Mbok, bikinin aku bubur ayam, dong! Aku lagi pengen makan bubur ayam, nih!" pin
Magbasa pa
19. Menghubungi Notaris
Bagian 19"Sandra, kita langsung saja ke kantornya, Mas sudah membuat janji dengannya," ucap Mas Rian saat aku menurunkan kaca jendela mobil, ternyata Mas Rian sudah sampai lebih dulu di tempat kami janjian."Baik," ucapku sambil menganggukkan kepala."Ikuti mobil Mas dari belakang, ya. Mas akan jalan lebih dulu."Aku mengacungkan jempol, pertanda menyetujuinya.Kami pun mengendarai mobil masing-masing, menuju kantor notaris. Perlahan tapi pasti, akan kubuat Mas Ilyas jatuh miskin. Kita lihat, apakah Nia akan bertahan setelah lelaki yang direbutnya dariku itu jatuh miskin? Sesampainya di kantor notaris, aku dan Mas Rian langsung menuju lantai tiga karena sudah membuat janji dengan orang yang akan kami temui terlebih dahulu.Sebenarnya, Mas Rian yang mengatur pertemuan ini, bukan aku. Aku hanya menuruti kemana Mas Rian membawaku. Dan aku sangat yakin kalau Mas Rian bisa membantuku.Tok tok tok!Mas Rian mengetuk pintu sebuah ruangan yang berada tepat di hadapan kami."Masuk!" Terdeng
Magbasa pa
20. Menjalankan Rencana
Bab 20"Baiklah, jelaskan maksud kedatangan kalian kemari," ucap Mas Romi, kali ini ia terlihat serius."Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, Sandra butuh bantuanmu untuk memindahkan seluruh aset yang dimilikinya bersama suaminya. Sandra mau semuanya menjadi atas namanya." Mas Rian menyampaikan apa yang barusan ingin kuucapkan."Itu gampang. Langkah pertama yang harus Sandra lakukan adalah, Sandra harus bisa mendapatkan tanda tangan suaminya," ucap Mas Romi."Sudah, aku sudah mendapatkan tanda tangannya," ucapku sambil mengeluarkan kertas bermaterai yang sudah ditandatangani oleh Mas Ilyas tersebut, lalu menyerahkannya kepada Mas Romi."Bagus! Bahkan aku belum memberitahumu, tapi kamu sudah mendapatkannya terlebih dahulu. Btw, kalau boleh tau, kenapa kamu ingin melakukan ini?" tanya Mas Romi, sepertinya Mas Rian belum bercerita padanya."Aku melakukan ini untuk mempertahankan hakku. Aku tidak mau jika seluruh harta dan aset yang kami miliki dikuasai oleh pelakor. Itu saja," tega
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status