All Chapters of Istri Muda Tuan Sadis: Chapter 11 - Chapter 20

132 Chapters

Bab 11 Pertemuan Keluarga Besar

Vinko terus memberontak. Dia menendang ke segala arah, karena kini tangan dan mulutnya dikunci.Tiga orang pria besar itu berkali-kali mengumpat karena Vinko mengamuk secara membabi-buta. Tak mereka sangka jika pria muda seperti Vinko cukup energik hingga bisa terus melawan meski dibentak dan dipukul terus-menerus.Vinko bisa merasakan, saat mobil van hitam itu mulai memasuki suatu tempat. Mereka berhenti dengan kasar, dan mengeluarkan Vinko pun dengan cara yang kasar.Mereka membanting Vinko begitu saja.“Dimana aku?! Woi, dimana aku!!” teriak Vinko, karena sekarang matanya juga ikut ditutup.Ketiga pria itu saling tatap dan tak mau bertindak gegabah sebelum ketua mereka–yang bertugas mengemudi datang.Meskipun sudah tak sabar ingin menghajar Vinko, namun ketiga pria itu memilih untuk menunggu hingga ketua mereka turun dari mobil.Dan ketua mereka adalah Arif. Dengan gerakan lambat yang dramatis, Arif melempar tiga pasang sarung tangan pada anak buahnya. Seakan berusaha menghilangkan
Read more

Bab 12 Mahasiswa Istriku

“Kita harus bebaskan dia. Malam ini juga. Antar dia ke rumah sakit,” perintah Arif. Raut mukanya tampak menegang setelah memeriksa kondisi Vinko yang babak belur.“Tapi Bos, bukankah Tuan … ““Lakukan saja! Kalian hanya pesuruh, aku tidak butuh pendapat kalian,” sambar Arif, kesal karena anak buahnya itu tidak segera bergegas.Melihat kemarahan Arif, mereka bertiga tidak mau ambil resiko. Dua orang segera melepas tali yang melilit tubuh Vinko, dan satunya menyiapkan van hitam untuk membawanya ke rumah sakit.“Bawa ke rumah sakit milik Tuan. Apapun yang terjadi, jangan ada yang buka mulut,”Setelah ketiga anak buahnya–beserta Vinko pergi, Arif mulai memutar otak untuk mengatur strategi. Bagaimana pun, Tama tidak boleh terlibat. Dia harus menyelesaikan masalah Vinko seorang diri, karena bekerja di lapangan adalah tanggung jawabnya.Dan sampailah Vinko di UGD rumah sakit, dengan muka berlumuran darah dan tubuh sakit luar biasa akibat dipukuli.Dia sadar dia telah berada di tempat aman–ru
Read more

Bab 13 Seluruh Keluarga

Tama memeluk erat bahu Rania. Seakan memberi peringatan pada Vinko, bahwa Rania adalah miliknya. Tama tersenyum licik. “Jika aku tahu, kita pasti sudah jadi teman baik, kan?” timpalnya.Vinko balas tersenyum. Rasa nyeri yang menjalar ke seluruh sisi wajahnya itu kini sudah tidak berasa. Tergantikan oleh perasaan marah, karena ternyata kakaknya yang membuat dia babak belur.“Kamu sangat mencintai istrimu, ya?” Vinko seperti sengaja memancing.“Tama, Vinko, kenapa jadi tegang begini?” Nita berusaha mencairkan suasana. Dia merangkul bahu Vinko, dengan senyum kikuk ke arah Tama. “Kamu sudah besar ya, Tama?” selorohnya berusaha membuyarkan ketegangan antara Tama dan Vinko.“Aku sudah dua puluh tahun saat kau menikah dengan Ayah,” sahut Tama culas.Nita salah tingkah. Dengan tawa paksa yang justru makin memperkeruh suasana, dia menarik pelan tangan Vinko untuk menjauhi Tama.Vinko tak bisa mengalihkan pandangannya dari Tama. Pun demikian dengan Tama. Mereka berdua seakan sedang bertikai me
Read more

Bab 14 Jelaskan Padaku

"Laura, hentikan," Suara menggema dari Tuan Hadi, berhasil membungkam mulut Laura. Gadis itu–meski setengah sempoyongan memilih untuk mengalah dan pergi meninggalkan Dewi, ibunya.Hubungan Laura dengan ayah dan ibunya memang selalu tegang. Sebagai keluarga lintah darat yang paling berpengaruh di seluruh penjuru kota, sudah selayaknya jika Tuan Hadi lebih mengharapkan anak laki-laki hadir dalam kehidupannya. Selain bisa dia gunakan sebagai pewaris, anak laki-laki dianggapnya mampu untuk menjaga agar kekuatan internal keluarga Hadi tetap terjaga tanpa campur tangan orang luar.Maka Laura hidup sebagai sebuah beban, yang terus menghantuinya seumur hidup. Dia sadar, dia tidak diinginkan. Apalagi setelah tahu jika Nita, selingkuhan ayahnya juga memiliki seorang anak laki-laki. Namun Laura tidak berdaya. Dia tidak punya cukup nyali untuk memberontak dan pergi meninggalkan keluarga yang terus memberikan segala fasilitas paling mewah yang pernah ada."Lau … " Rani
Read more

Bab 15 Satu-satunya Milikku

Rania tak berkutik, ketika Tama menggenggam erat kedua bahunya dan menyuruhnya untuk menyingkir. Arif berdiri di samping Rania, tak bergeming meski Rania bisa merasakan bahwa pria itu juga sama tegang sepertinya."Ada yang ingin kamu jelaskan padaku?" tanya Tama dengan nada berat, kepada Vinko. Tama sengaja membusungkan dada, demi memberi efek intimidasi pada Vinko.Namun sepertinya dia salah sangka. Vinko dan dirinya berbagi darah yang sama, sehingga bisa saja Vinko memiliki sifat yang sedikit banyak sama saja dengan Tama. Karena lelaki muda itu tampak tak gentar meski terus ditindas."Penjelasan seperti apa yang kamu mau?" tantang Vinko, dengan dagu diangkat.Tama menyunggingkan sebelah senyum. Merasa cukup tertarik dengan keberanian Vinko. Dia pun memasukkan satu tangan ke dalam saku celana, sembari berdehem."Apapun. Tentangmu–" Dia lalu menoleh ke arah Rania. "Dan tentang istriku,"Vinko balas tersenyum. Senyuman licik, dima
Read more

Bab 16 Sandiwara Rania

Tubuh Rania masih gemetaran, dengan kulit sedingin lantai marmer rumah mewahnya. Tama mulai bangkit berdiri, meraih piyama panjang yang telah dipersiapkan, dengan bola mata ke bawah–menghadap Rania. Segala pergerakan yang dia lakukan, seakan tak berarti karena fokus pikirannya hanya pada Rania yang ketakutan.Bibir Tama terkatup rapat, sedikit melengkung dengan wajah kejam yang selalu dia pasang ketika berhadapan dengan para pengutang kelas kakap. Kelas kakap dalam artian, berani meminjam dana besar namun enggan membayar bunga."Istirahatlah," pinta Tama. "Aku masih banyak urusan yang harus kuselesaikan,"Sembari memeluk erat tubuhnya, lamat-lamat Rania mendongakkan kepala. Wajah putusnya tampak sangat jelas, saling berhadapan dengan kekejaman Tama."Kenapa?""Apa?" sahut Tama tak paham."Kenapa kamu menikahiku? Kalau pada akhirnya aku hanya kamu siksa seperti ini?"Tama terus memandang lurus ke bawah, pada Rania yang ma
Read more

Bab 17 Hanya Aku

"Apakah Nona Laura datang hari ini?" tegur Arif, setelah Rania masuk ke dalam mobil."Bagaimana kamu bisa tahu?" Kemudian Arif terdiam, dan memilih segera menyalakan mobilnya. "Tuan Tama memintanya datang untuk menemanimu,""Jangan bohong!" Rania tertawa sarkas. "Laura datang atas perintah ayahnya,""Dia tidak akan datang jika tahu Tuan Tama yang menyuruhnya," sambar Arif cepat.Giliran Rania yang diam. Benar kata Arif. Hubungan Tama dan Laura sudah lama tidak baik, apalagi semenjak Tuan Hadi memberikan seluruh warisan pada Tama. Segalanya menjadi lebih buruk ketika Tama menyarankan sang ayah untuk membawa Laura ke pusat rehabilitasi demi menyembuhkan kecanduannya pada alkohol. Laura berpikir, Tama sengaja ingin menyingkirkannya sejauh mungkin dan menjadi satu-satunya anak dari Tuan Hadi. Maka dari itu, kemunculan Vinko membawa angin segar bagi Laura.Menurut Laura, Vinko bisa menjadi pesaing berat untuk Tama. Membayangkan Tama
Read more

Bab 18 Tujuan Utama Rania

"Hanya aku yang boleh membunuhmu–" Rania mendadak tersadar telah salah bicara. "Jika memang itu pilihannya," tambah Rania, demi tidak membuat Tama curiga.Awalnya Tama kaget dengan ucapan Rania yang pertama, namun saat istrinya itu bisa dengan cepat menambahi, dia bisa bernafas lega."Semua baik-baik saja, Tuan?" ujar Arif, masuk tergesa-gesa ke dalam ruangan pribadi Tama.Tama mengangguk, lalu melempar pandangan pada Rania yang lemas. "Bawa dia pulang," pintanya.Arif menurut dan dengan cepat membawa Rania pergi dari tempat itu. Namun saat berada di ambang pintu, Rania menghentikan langkahnya."Kamu tidak ikut pulang bersamaku?" tanya Rania pada Tama.Tama melepas paksa dasi yang melilit lehernya. "Aku ingin menghabiskan waktu bersama Dona malam ini," jawab Tama terus terang.Leher Rania serasa dicekik dengan amat kencang hingga dia merasa sesak, saat sang suami itu bisa dengan santainya jujur akan menghabiskan malam be
Read more

Bab 19 Berhasil Membuktikan

Regina Darmawan, teman sejurusan sekaligus teman masa kecil Vinko. Gadis yang cantik, pintar dan selalu menjadi nomor dua setelah Vinko sedari masa sekolah. Kini dia berhasil masuk di jurusan paling unggulan, yang mana dia mau tak mau harus kembali berteman dengan Vinko."Aku yakin kamu belum mengerjakan tugas," tebak Regina.Tatapan Vinko masih sedih setelah mendapatkan penolakan ketus dari Rania. Namun meski begitu, nyatanya dia terus berjalan beriringan dengan Regina menuju kelas mereka."Pinjam catatanmu, ya?"Regina memicingkan mata. "Dan harus rela jadi nomor dua lagi? Maaf, tidak bisa!" tolak Regina sigap."Kamu tidak lihat aku sedang patah hati?" Vinko memasang wajah melas ke arah Regina. "Apa kamu tidak kasihan padaku?"Regina mengerjapkan mata. Setelah mengenal Vinko hampir seumur hidupnya, baru kali ini Regina mendengar Vinko membicarakan soal percintaan. Bahkan Regina bisa menjamin, Vinko tidak pernah tampak menjalin
Read more

Bab 20 Sama Saja

Rasanya Vinko dan Rania saling pandang hingga keduanya sama-sama tidak berkedip. Ucapan Vinko terasa amat meyakinkan, hingga untuk beberapa saat Rania lupa bahwa dia sedang berhadapan dengan mahasiswanya yang notabene lebih muda. Meskipun posisi Rania hanyalah asisten dosen yang dipilih karena kepintarannya, namun status Rania tetaplah seorang pengajar bagi Vinko."Sebaiknya kamu memikirkan masa depanmu," tandas Rania, memberi kesimpulan. "Aku yakin, kamu akan lupa tentang ini semua, tentangku, setelah kamu sukses nantinya," Ucapan Rania terdengar seperti seorang kakak yang menasehati adiknya.Ada setitik raut kecewa di wajah Vinko, namun dia memilih diam dan tak melakukan pembelaan. Dia cukup sadar, posisinya saat ini tidaklah menguntungkan. Hanya seorang mahasiswa, tanpa pekerjaan dan tanpa uang. Jelas saja Rania tidak bisa mempercayai segala ucapannya."Boleh aku bertanya lagi?" tanya Vinko–setelah lama diam. "Kenapa selalu ada mobil hitam yang mengikut
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status