Semua Bab Setelah Malam Pertama: Bab 11 - Bab 20
45 Bab
Menolak
Zhia sudah bersiap dengan pakaian santainya, seperti permintaan Irwan kepadanya, ia tidak perlu memakai pakaian resmi seperti semalam. Pilihannya jatuh pada rok jeans dan atasan kaos berwarna putih. Kali ini dengan flat shoes yang lebih feminim namun simple. Dengan langkah anggunnya, Zhia keluar dari kamar kost nya, menemui Irwan yang sudah menunggunya di luar pagar rumah bercat putih itu.“Halo, sudah siap?” Irwan yang pada siang itu mengenakan jeans dan kaos pun terlihat sumringah melihat penampilan manis Zhia yang berbeda dari semalam.“Hai. Kok lihatnya kayak gitu?” Pertanyaan Zhia membuat Irwan terkekeh.“Kamu seperti ada dua versi, Aya yang semalam begitu dewasa dan elegan. Sedangkan yang sekarang lebih terlihat sesuai umur kamu yang saya kira baru dua puluh tahun lebih. Belum lama lulus S1, kan?”“Eh, kok tahu?”“Sekedar informasi umum dari Fia, kita langsung jalan yah. Saya sudah lapar, makan dulu kita,” kata Irwan meminta sopir melajukan kendaraannya menuju salah satu mall ta
Baca selengkapnya
Begitulah Hidup
Zhia tidak menyangka jika pria yang baru saja mengenal dirinya menawarkan sebuah pernikahan."Tidak apa, tidak usah terburu-buru. Saya tidak minta jawaban kamu sekarang. Pelan-pelan saja, saya akan menunggu sampai kamu siap.""Saya, saya tidak enak kalau begini, Pak. Irwan."“Kamu bilang, ingin menyembuhkan luka dengan bekerja, silahkan saja. Lakukan apapun yang membuatmu bahagia, Aya. Wanita baik sepertimu, tidak pantas menangis. Kau tahu, dari pertemuan pertama kita ini, saya belajar dari kamu.” “Belajar apa, Pak? Tidak ada yang bisa dibanggakan dari hidup saya yang berantakan ini,” ucap Zhia terkekeh.“Ada Aya, kamu membungkus sebuah kesedihan dengan sebuah senyum yang tulus, pasrah kepada Tuhan namun tetap optimis. Saya belum bisa berbesar hati seperti kamu. Menerima ketetapan Tuhan untuk saya,” ungkap Irwan.“Sejujurnya, kalau dibilang tidak ikhlas ya memang. Saya hanya manusia biasa, kecewa, pasti. Tapi, saya kembalikan lagi, jika saya membiarkan diri saya terkungkung dengan pe
Baca selengkapnya
Tidak Ada Hubungan
Zhia tengah bercermin di depan kaca, memakai wewangian yang diberikan Irwan kepadanya. Dengan mengenakan pakaian yang dikirim oleh anak buah Fia, ia berjalan dengan anggun keluar dari ruang ganti untuk menemui Tyas, rekan kerjanya malam ini.“Wow, ayu tenan. Aya, beneran ini Aya?” Tyas, partner kerjanya malam ini terkagum-kagum melihat penampilan seksi dan mempesona Zhia.“Apa sih, Mbak! Udah yuk, kasian sopir udah tunggu kita di luar,” ucap Zhia menarik lengannya berjalan keluar dari ruangan khusu LC.“Hehehe, ayu dan wangi. Kamu beda dengan senior kita yang sombong itu, memang sih dia udah kaya dan mainannya bos-bos. Tapi, itu kan bukan jadi alasan dia merendahkan juniornya,” ucap Tyas masih tidak terima perlakuan senior Zhia beberapa waktu yang lalu.“Udah, gak usah diingat-ingat. Kita mau kerja, to? Lumayan, sekalian healing ke Malang. Aku dengar villa nya bagus, dekat pegunungan gitu, Mbak.”“Ah, kowe jangan baik-baik sama mak lampir macam itu. Ndak cocok dia terima kebaikanmu,”
Baca selengkapnya
Pengakuan Zhia
Abdullah tidak mampu berkata-kata lagi, ia tidak ingin menahan Zhia untuk saat ini. Ia tahu jika anaknya akan pergi lebih jauh dan tidak dalam jangkauannya.“Biarkan saja, kamu beritahu anak-anak untuk bersikap sopan dengan dia,” ucap Abdullah kepada pria berbaju batik itu.Selagi Zhia dan Tyas menemenai anak buah Abdullah, pria itu sejujurnya ingin bertemu Fia. Sayangnya, Fia sendiri tengah berada di Jakarta untuk urusan pekerjaan. Abdullah hanya ditemui oleh wakil Fia yang kebetulan berada di Surabaya.“Tidak masalah, saya titip Zhia, maksud saya Aya. Bagaimanapun hubungan kami, dia tetaplah anak saya,” ucap Abdullah sebelum mengakhiri sambungan teleponnya dengan wakil Fia itu.“Baik Pak Abdullah, saya akan sampaikan kepada Bu Fia. Sejauh ini, Aya masih dalam koridor Dvia. Dia selalu menolak side job yang ditawarkan klien kami, jadi Anda beruntung memiliki anak seperti dia. Masih memegang teguh harga dirinya.” Ucapan pria tersebut terngiang di kepala Abdullah, apakah ia sudah salah
Baca selengkapnya
Tidak Terselamatkan
“Sakit hatinya sudah dalam, Pak Abdullah. Mohon maaf, sudah tidak terselamatkan. Hanya Tuhan dan waktu yang akan membuatnya luluh. Sejujurnya Zhia perlu psikolog, hanya saja itu akan percuma jika dia sendiri tidak mau bangkit dari rasa sakit hatinya. Melunakkan hati wanita yang terlanjur sakit hati, tidak semudah membalikkan telapak tangan.”“Sedalam itu?” Pertanyaan Abdullah sejujurnya membuatnya naik darah. Bagaimana bisa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut pria yang dengan bangga dipanggil Ayah oleh Zhia.“Bapak bisa bertanya kepada ahlinya, saya hanya seorang Ibu dan karyawan Bapak. Walaupun saya lulusan psikologi sekalipun, tetap saja tidak bisa sembarangan menganalisa,” ucap wanita berkacamata itu kepada Abdullah.“Ya sudah, saya minta ada yang memantau Zhia. Kalau perlu, tinggal di rumah kost dimana anakku berada,” ucap Abdullah mengusap keringat di dahinya. Ia memilih masuk ke dalam mobil dan bergegas ke bandara, karena perwakilan Irwan tidak bersedia bertemu di Surabaya.“
Baca selengkapnya
Tentang Hidup
Zhia tidak menyangka jika ayahnya masih peduli, terlepas masalah rumah tangganya dengan Ega yang membuatnya murka, ternyata Abdullah masih memiliki empati kepadanya."Sayangnya, aku tidak bisa menerima uang darimu, Yah." Zhia mengusap pipinya yang basah. Berdiri di tepi jendela kamarnya, Zhia menatap langit Surabaya yang mulai gelap.Kehidupannya yang bertolak belakang, sejujurnya membuat Zhia sedih. Tidak ada lagi perawatan mahal di salon dan belanja skincare sesukanya, Zhia harus berusaha mengatur keuangannya agar tidak merepotkan dirinya nanti. Tips yang ia terima dari anak buah ayahnya, seharusnya tidak ia terima. Namun, atas pertimbangan tertentu, Zhia menerima uang itu di depan Tyas tadi pagi.“Ay, kowe ndakpapa?” Pesan singkat dari Tyas yang memastikan keadaannya membuyarkan lamunannya sore itu. Zhia mengulir layar ponselnya, melihat beberapa notifikasi pesan dari Tyas yang mengkhawatirkan keadaannya.“Aman, aku habis mandi. Lagi nungguin sate lewat, kayaknya makan sate enak, M
Baca selengkapnya
Aku Bukan Pelacur
Zhia kembali bekerja seperti biasa, tawaran untuk menemani tamu yang datang ke Dvia berdatangan kepada rekan-rekannya. Zhia, ia tetap santai menikmati makanan dan minuman yang disediakan sambil menunggu gilirannya. Ketika sedang menikmati musik yang sedang diputar, admin order Dvia mendatanginya dan membisikkan sesuatu kepadanya.“Gak ah, Mas! Kalau mau ditemani nyanyi ya nyanyi aja! Gak ada job tambahan,” tolak Zhia kepada pria itu.“Ndak sayang duitnya to, Ay! Duitnya gede, lho!” bujuk pria yang Zhia taksir seusia dirinya itu.“Ndak, Mas. Kasih yang lain aja, aku gak tertarik,” jawab Zhia sambil mencomot kacang rebus di mejanya. Pria itu lalu pergi menghampiri anak buah tamunya dan tampak dalam pandangan Zhia, mereka sedang bernegosiasi.“Ay, kenapa gak diambil?” tanya salah satu pegawai lain yang mendengar percakapan Zhia dengan admin Dvia.“Gak, Mbak. Kasih lainnya aja.” Zhia menjawab dengan sopan pertanyaan wanita paruh baya itu.“Masih baru aja sok-sok an gak mau nerima job enak
Baca selengkapnya
Tentang Zhia
Fia sedang menyesap jus apel yang dibuatkan khusus untuknya. Tidak ada yang tahu jika sejujurnya Fia tidak ingin Zhia melakukan pekerjaan rendahan seperti itu. Namun, dia ingin memakai Zhia untuk menekan Abdullah agar mau mengikuti permintaannya.“Bu, Pak Abdullah sudah mendesak saya untuk menghubungkan dengan Ibu. Bagaimana?”“Tahan lagi sebisamu, saya masih koordinasi dengan Pak Irwan untuk langkah selanjutnya.” Fia sedang memikirkan cara agar mendapatkan solusi terbaik.Fia merasa, belum saatnya ia berkomunikasi secara langsung dengan Abdullah. Beberapa bukti yang belum ia dapatkan, masih membuat dirinya gamang untuk memanfaatkan Zhia."Kalau aku pakai Aya, begitu dia tahu, pasti langsung kabur. Dia aset yang tidak boleh kemana-mana sampai batas waktu umur bekerja di Dvia. Rugi besar aku sudah kasih uang ke Nola. Ah, tidak! Ayo, cari cara lain Fia!"Setelah ia duduk, anak buahnya kembali masuk ke ruangannya. Salah satu orang kepercayaannya masuk dengan membawa selembar kertas di ta
Baca selengkapnya
Maafkan Aku
Surat cerai yang diurus oleh ayahnya, sudah berada dalam genggaman. Dengan tangan bergetar, Ega membuka dokumen tersebut dan membacanya."Kamu sudah bukan hak ku lagi, Zhia." Di dalam ruangan kerjanya, Ega menatap matahari yang hampir tenggelam. Masih menggenggam akta perceraiannya dengan Zhia, hati Ega kembali teriris setelah mendapatkan pesan singkat dari Danu."Kau boleh mengantarkan surat itu kepada Zhia. Hanya itu kesepakatan untuk bertemu dengannya. Setelah ini, bersiaplah untuk menikah dengan calon yang sudah Ibumu siapakan.""Apa maksudnya? Kenapa jadi seperti ini, Yah?" Ega bukanlah bayi yang harus di dikte untuk ini dah itu. Memutuskan segala sesuatu, apalagi hal besar dalam hidupnya bukanlah perkara kecil."Ayahmu tidak bisa menolak! Setelah urusan kita selesai dengan Abdullah, kita tidak perlu berlama-lama dengan dia. Perusahaan itu sudah dalam genggaman kita dan dia tidak akan berkutik, Ega! Pikirkan baik-baik soal berapa keuntungan yang akan keluarga kita dapatkan!""Uan
Baca selengkapnya
Bukan Urusan Anda
Karena tidak ingin membuat keributan, Ega membiarkan Zhia pergi. Walaupun ia merasa, belum tuntas menyelesaikan kerinduannya kepada Zhia."Dia sudah pergi, ada baiknya kita kembali ke hotel. Atau kau mau makan disini?" Danu muncul dari arah yang berlawanan dengan Zhia pergi."Kita pergi saja, Yah. Aku tidak berselera disini." Ega beranjak dari duduknya dan mengikuti ayahnya keluar dari restoran tersebut."Kita makan di luar sana, ayahmu ini lapar.""Terserah saja, Ega ngikut."Di saat Ega dan ayahnya sedang bersantap malam di salah satu kedai restoran di jalan Sumatra, Zhia kembali bekerja melayani tamu-tamu di Dvia yang semakin ramai."Halo, akhirnya kita ketemu Zhia." Seorang wanita berpenampilan seksi dan glamour menghampiri Zhia yang sedang menyalakan sound system untuk tamu berikutnya.Zhia bukan tidak mengenal wanita itu. Wina adalah salah satu dari rekan grup nongkrong Zhia setelah ia lulus kuliah. Wanita cantik yang merupakan anak salah satu petinggi bank ternama di Jakarta it
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status