Semua Bab Mantanku Gagal Move On: Bab 31 - Bab 40
131 Bab
Perempuan Spesial Bos
“Akmal, Capucinno dingin sama camilan, nggak pakai lama!” Satu kalimat pesanan Dimas langsung terdengar sesaat pintu lift depan ruangan terbuka dan Dimas keluar dari sana.“Camilannya yang gimana, Pak?” Akmal yang bingung bertanya lagi. Jelas ia takut melakukan kesalahan.Nissa yang berada di sana langsung sungkan pada Akmal, “Nggak usah, Pak. Saya cuma sebentar di sini, “Dimas, jangan ngerepotin orang. Aku cuma sebentar mau ngobrol penting sama kamu!” sambung Nissa mengomeli Dimas. Akmal terperangah dan termangu. Ia tidak percaya ada orang yang bisa mengomeli bosnya yang kaku itu, dan itu juga hanya seorang wanita biasa seperti Nissa.“Nggak jadi. Kamu keluar aja!” Dimas langsung membatalkan perintah pada Akmal setelah terkena omelan kekasihnya, tentu saja Dimas tidak ingin membuat Nissa kesal karena ia sudah sangat senang kalau Nissa menginjakkan kakinya di kantor.“Akmal, saya tam
Baca selengkapnya
Menerima Pernikahan
Tapi Nissa malah kaget dan langsung mengecek ke ponselnya. Nissa tercengang melihat nominal di akunnya yang selama ini tidak pernah ia bayangkan akan sebanyak itu.Nissa menyebut 100 juta, tapi yang terlihat malah angka 300 juta. “Aku belum bilang setuju, kan? Kenapa kamu langsung main kirim aja? Lagian ini banyak banget, Dimas!”“Kalau nolak, ya, tinggal kamu balikin aja uangnya lagi ke aku sekarang. Beres.” Dimas berucap santai tanpa beban di hadapan Nissa, tapi hatinya benar-benar bergemuruh, berharap Nissa setuju menerima tawarannya.Nissa kembali menunduk. Bingungnya semakin bertambah ketika Dimas menyudutkannya dengan pilihan, sementara kutukan ibunya nyata jika ia menikah degan Dimas nanti. Tapi Nissa sendiri memang tidak punya waktu lagi.“Dimas, apa kamu beneran mau ngajak aku nikah? Sebenarnya kamu itu mau apa, sih?” Nissa mengangkat wajahnya menatap Dimas dengan sejuta kegundahan hati, “Kal
Baca selengkapnya
Kamu Milik Aku
“Bisa nggak kamu lepasin tangan aku dulu? Semua orang di sini bakalan lihat, aku malu,” Nissa meminta satu hal kecil.“Malu? Sebentar lagi kamu jadi istri aku, kan? Mereka juga harus hormat sama istri aku, dong,” Dimas sedikit keberatan karena harus melepaskan tangan Nissa lagi.“Masih belum. Kita belum sah jadi suami istri!” Nissa memprotes.Dimas menghela napas malas, “Ya udah, ini aku lepasin. Tapi nanti kalau udah sah, kamu nggak bisa minta aku buat ngelepasin tangan kamu. Semuanya udah punya aku. Kesabaran aku buat tungguin kewajiban kamu sebagai istri aku, nggak termasuk pegangan tangan, pelukan, sama sun!” Wajah Nissa memerah malu mendengar betapa tidak tahu malunya Dimas mengatakan itu padanya dengan gamblang. Sikap mengatur seperti itu masih sama seperti dulu.‘Ngapain malu? Kamu pacar aku, Yang! Memangnya apa yang kurang dari aku sampai kamu malu kalau orang lain lihat kita gande
Baca selengkapnya
Persiapan Sejak Lama
Di dalam perjalanan, suasana di dalam mobil begitu senyap. Dimas sesekali menukar pandangan antara jalan dan Nissa di sampingnya."Kamu lagi mikirin apa?" tanya Dimas lembut."Semuanya," jawabnya singkat dan kemudian menoleh pada Dimas, "Kamu nggak ada niat buat batalin pernikahan ini dan pinjamin uang nggak pakai syarat gini, Dimas?"Nissa jelas masih mempertimbangkan sekalipun ia sudah menjawab Dimas.Dimas tidak bergeming, tapi ia menghentikan mobil ke sisi kiri dengan perlahan."Masih belum terlambat buat ubah keputusan. Tapi asal kamu tau, Nis... Kalau kamu berkeras sama keputusan kamu, aku juga bakalan pegang keputusan aku sendiri," Dimas mengatakannya dengan serius dan Nissa menatapnya sambil mencari setitik keraguan. Tapi sayangnya Dimas terlihat mantap dalam ucapannya.'Kalau aku batalin pernikahan kami, Arul gimana? Aku nggak tau mau ke mana lagi cari uang buat dia,' ingatan tentang Arul kembali berputar.'Enggak! Aku nggak
Baca selengkapnya
Resmi Menikahi Kamu
Sesi konseling usai dan tibalah saat pengucapan Ijab Qobul pernikahan.Nissa semakin gugup kala memfokuskan perhatiannya pada Dimas yang sudah mulai menjabat tangan petugas KUA yang menikahkan mereka. Kalimat Ijab dari Pak Penghulu itu lolos dengan lancar, dan selanjutnya giliran Dimas yang mengucap kalimat penting bagi hidup mereka.Dalam setiap ucapan Dimas yang tegas dan lancar menyebut nama Nissa dalam Qobul tersebut, hati Nissa begitu terharu. Ia bahkan meloloskan air matanya memandangi wajah Dimas yang serius meminangnya.“Bagaimana Bapak-bapak saksi? Sah?”“Sah!”Dimas menutup mata dan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hal paling berharga dalam hidupnya kini sudah dia dapatkan. Cita-cita terbesarnya selama ini akhirnya ia tuntaskan. Menikahi Nissa, wanita tercinta kini sudah sah menjadi miliknya dalam ikatan yang suci bernama pernikahan.Dimas menoleh pada Nissa yang ternyata masih tertegun dengan tangis
Baca selengkapnya
Menyombongkan Cintanya
"Masalah apa, Dokter? Saya sebentar lagi ke rumah sakit buat bayar biaya operasi Arul. Saya udah dapat uang pinjamannya, Dokter," sambungnya lagi bicara pada Dokter Fandy.[Masalahnya memang itu, Nissa. Biaya operasi adik kamu dan juga perawatan ibu kamu sudah dilunasi dan malah tersisa menjadi deposit semisal biaya perawatan ibu dan adik kamu kurang. Jadi saya mau kita ketemu buat bahas ini, Nissa. Saya tunggu kamu di rumah sakit, ya?]"Hmm, baik, Dokter. Saya balik ke rumah sakit lagi. Terima kasih, Dokter..." jawabnya saat mengakhiri telepon tapi tatapannya tertuju pada Dimas yang tidak pudar senyumannya."Biaya Arul udah dilunasi. Itu kerjaan kamu, ya?"Dimas hanya menaikkan kedua alisnya ke atas sambil mengedikkan bahunya saat ditanya seperti itu oleh Nissa."Dimas, jawab dong... kamu yang bayarin uang rumah sakit Arul, kan?" Nissa bertanya lagi."Ck... pakai sayang dong ngomongnya. Aku kan udah jadi suami kamu," bukannya menjawab, tapi
Baca selengkapnya
Merahasiakan Status
"Dimas, aku boleh ngajuin satu permintaan lagi?" Nissa bertanya lagi."Selain minta cerai, semuanya boleh," "Bukan itu. Aku cuma mau minta sama kamu buat nggak sebarin dulu kabar pernikahan kita ini. Aku takut ibu sakit lagi, dan kamu juga tau itu. Aku minta kamu ngerti buat tahan berita kita ini ke mana-mana,"Dimas terdiam tidak menjawab, dan itu membuat Nissa merasa bersalah karena mengacaukan kebahagiaan Dimas."Aku cuma punya ibu sebagai orang tua aku. Aku nggak mau ibu sakit karena syok dengar kabar kita nikah. Ini juga nggak melulu soal ibu aku, tapi mama papa kamu juga, Dimas,""Aku belum siap ketemu sama orang tua kamu lagi dan dengar kemarahan mama kamu. Kamu tau sendiri Tante Risti benci banget sama aku dan ibu. Aku takut orang tua kita stress sama status baru kita. Tolong ngerti, ya, Dimas..."“Apa kamu percaya sama aku?” akhirnya Dimas menjawab dengan nada datar tanpa menghentikan laju mobil dan tetap fokus ke
Baca selengkapnya
Warna Bahagia Yang Kembali
Sementara Nissa yang masih kaget dengan serangan petang indah itu hanya bisa mengangguk, menundukkan wajah merahnya yang memalu.Nissa hanya melambaikan tangannya tanpa menjawab apapun karena bibirnya masih kelu karena tingkah Dimas.Dengan berat hati Dimas melepaskan Nissa dan beranjak dari sana, membawa mobil mewahnya meninggalkan area rumah sakit Grand Healthy.Nissa tetap berdiri di sana memandangi kepergian Dimas sambil terhanyut dalam renungan batinnya sendiri.‘Hidup aku berubah hanya karena kamu, Dimas. Entah itu dulu ataupun sekarang, kamu yang selalu mengambil andil dan ubah semuanya. Dan waktu kamu pergi, semua perubahan ini terikat dan hidup aku balik lagi ke sebelumnya. Sedih, sepi, dan cuma ada air mata yang bisa aku keluarin sambil bersabar tahan semuanya,’‘Sakit itu buat aku mutusin buang semua cinta aku ke kamu yang pergi nggak bilang-bilang. Yang tersisa cuma badan sok kuat tanpa perasaan, hati yang beku, dan an
Baca selengkapnya
Direbutkan Dua Dokter
“Cukup, Dokter Zaky, atau saya nggak akan diam lagi. Lepasin tangan Nissa sekarang juga!” Fandy kembali memperingatkan hingga akhirnya Zaky melepaskan Nissa. “Udah saya lepas!” ucapnya santai sambil tersenyum mengejek Fandy, “Lagian kalau saya nggak lepasin Nissa, apa hubungannya sama Dokter Fandy sendiri?” Zaky jelas menantang. “Saya atau kamu nggak berhak atas Nissa. Semua orang tau kalau Dokter Zaky udah putus sama Nissa, dan saya masih belum jadi siapa-siapanya Nissa. Jadi kita sama, nggak berhak atas Nissa, apalagi buat sakitin Nissa begini!” Fandy tegas mengingatkan Zaky dan membuat Zaky tersinggung. Zaky maju melangkah mendekati Fandy. Bau minuman keras yang tersisa pun masih bisa terhirup ke hidung Fandy hinggaia menyerngit seketika. “Beda, dong! Saya masih banyak urusan yang belum selesai sama Nissa, tapi Dokter Fandy sendiri jelas cuma orang luar!&rdquo
Baca selengkapnya
Kiss
Tanpa basa-basi Dimas langsung menjawab. Sementara ekspresi Dokter Fandy yang awalnya terkesiap, langsung tersenyum miris memandang Nissa dengan raut kecewa.“Jadi alasannya ini, kan, Nissa? Kamu nolak lamaran saya karena udah ada laki-laki lain yang udah bantuin kamu buat biaya rumah sakit adik kamu. Oke, saya ngerti,” ucapnya kecewa. Dokter Fandy juga tidak menyembunyikan kalimat yang seharunya ia telan sendiri.“Dokter, saya nggak maksud—“Tanpa ingin berlama-lama lagi, Dokter Fandy mengabaikan ucapan Nissa yang bahkan belum selesai. Tapi langkahnya terhenti saat Dimas memanggilnya.“Nissa memang pacar saya dari SMA, jadi pikiran anda salah kalau Nissa jual perasaannya cuma karena butuh uang. Dari dulu sampai kapan pun Nissa itu bukan untuk direbutkan. Nissa itu udah milik saya. Anda cukup ingat itu dan jauh dari perempuan saya!” Dimas bicara dengan tegas dan langsung menarik batas yang jelas bagi Dokter Fandy.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status