Lahat ng Kabanata ng Madu Yang Beracun : Kabanata 21 - Kabanata 30
48 Kabanata
Bab 21 | Cerita Jasmine
"Heh Wanita mandul, kalau jalan pakai mata!" sarkas bu Riana yang merupakan ibu Eros dengan tatapan bengis. "Ma, jangan teriak-teriak ini rumah sakit," ujar Eriska yang merupakan adik Eros mencoba menenangkan sang ibu. "Sini kamu!" tiba-tiba bu Riana menarik lengan Embun dan menyeretnya ke tempat yang agak sepi. Amarahnya meledak-ledak melihat mantan menantunya itu, apalagi setelah mendengar cerita Jenar semalam. "Kau apakan cucuku? Katanya kemarin kau yang membawanya pergi?" sembur bu Riana. Embun terdiam, bingung harus menjelaskan seperti apa lagi. Sebab, mereka semua tidak percaya dan menganggap dirinyalah sebagai penyebab putri Eros diare. Terlebih, wanita paruh baya itu memang tidak menyukai Embun. Sudah pasti, apa pun yang keluar dari mulutnya akan tetap salah. .Embun tidak menyangka hanya karena sebuah hal kecil yang ia lakukan kemarin justru berbuntut panjang seperti ini. Ia dituduh sana sini. "Jawab! Kenapa diam saja?" Bu Riana mendorong lengan Embun membuat tubuh Embun
Magbasa pa
Bab 22 | Mari kita bercerai, Mas!
Pukul empat sore Embun pulang, sebelum masuk ke dalam ia menarik napas panjang terlebih dahulu, terasa berat ingin melangkah ke rumah yang kini terasa sempit. Sejujurnya ia sangat malas untuk pulang karena tempat itu tidak lagi nyaman untuknya. Embun cukup terkejut mendapati Lintang tengah bersantai seorang diri di ruang keluarga. Ia bertanya-tanya dalam hati, ada apakah gerangan sang suami sudah berada di rumah di jam yang tidak biasanya lelaki itu kembali. Cemburu mulai merasuki hati Embun, ia berpikir Lintang pulang cepat karena merindukan Jasmine dan calon anaknya. Wanita itu tersenyum getir mengenang nasibnya. Jika saja dirinya bisa hamil pasti setiap saat ia akan dirindukan oleh suaminya, betapa bahagia hidupnya andai itu terjadi. Embun menggelengkan kepala menepis bayangan yang tidak mungkin menjadi nyata. Embun menetralkan hati dan perasaan kemudian mendekati suaminya. "Mas kok sudah pulang? Tumben?" Lintang hanya melirik sekilas pada sang istri membuat hati Embun tersay
Magbasa pa
Bab 23 | Dimana buku itu?
Embun melajukan mobil menuju rumah peninggalan orang tuanya, malam ini ia ingin menginap di sana. Mencari ketenangan lewat kenangan yang melekat di tempat itu. Air mata Embun tidak bisa berhenti untuk keluar seraya otaknya terngiang-ngiang perkataan Lintang tadi sore. Hatinya sangat sakit. Dari apa yang diterimanya hari ini, kata-kata dari mulut Lintanglah yang paling sakit. Sesekali tangannya menghapus air mata yang membuat pandangan buram. "Kenapa, Mas? Kenapa? Tidak bisakah kau menjadi rumah yang nyaman lagi untukku? Kalau memang tidak bisa, untuk apa aku tetap berada di sisimu," racau Embun sambil menyetir. "Tapi mengapa kau tidak membiarkanku pergi? Apakah hanya dirimu saja yang berhak bahagia dan aku tidak?" tambahnya pedih. Embun menepikan mobil di pinggir jalan karena jarak pandangnya terganggu akibat air mata, fokusnya juga hilang. Embun menangis tersedu-sedu, sesekali ia memukul-mukul dada yang terasa menusuk-nusuk. Tiba-tiba muncul sebuah ide di kepala Embun yang perla
Magbasa pa
Bab 24 | Lintang jatuh sakit
Aku pasti menemukan buku itu dan kupastikan kita akan segera bercerai, Mas!" gumam Embun menatap pantulan dirinya di cermin setelah membenahi rasan wajah. "Sudah cukup, Mas! Aku tidak mau lagi bertahan dalam kubangan derita," tambahnya. Embun meraih tas dan keluar dari kamar. Dari anak tangga ia melihat sang suami dan Jasmine sedang sarapan bersama. "Egois!" Embun berdecih dan langsung melesat menuju mobil, tidak ingin bergabung dengan suami dan madunya. "Bisa-bisanya kau mengatakan kau mencintaiku dan menerima apa adanya, sementara yang terjadi sekarang adalah bukti bahwa yang kau katakan tidaklah benar," monolog Embun sambil fokus menyetir. Embun memejamkan mata sejenak menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, mengurangi sesak yang bersarang di rongga dada. "Tuhan, beri aku kekuatan."*****Lintang meraih gagang telepon dan menekan nomor yang menghubungkan ke ruangan sekretarisnya. Setelah menutup telepon kepalanya terasa berat. Lintang menggelengkan kepala dan mengerjapkan
Magbasa pa
Bab 25 | Pertimbangan
Setelah berganti pakaian, Embun turun ke lantai utama dan duduk di ruang keluarga menunggu sang suami menghampirinya. Jantungnya berdegup cepat, hatinya resah hendak mendengar apa yang Lintang sampaikan. Cukup lama Embun menunggu suaminya. Namun, yang ditunggu tidak kunjung datang. Yang datang justru Bi Mar yang membawakan sepiring rujak mangga muda. "Saya tidak minta, Bi," ujar Embun sambil menegakkan badannya. "Tadi, Nyonya Jasmine yang minta, Nya. Saya kira Nyonya adalah Nyonya Jasmine karena Nyonya Jasmine tadi juga di sini sebelum saya pergi ke pasar," papar Bi Mar."Jasmine baru saja pergi, katanya dia akan menginap di rumah papanya.""Kok tiba-tiba ya, Nya." Bi Mar menggaruk kepala yang tidak gatal, sementara Embun hanya mendelikkan bahu. "Apa karena Tuan Lintang sakit, ya," ucap Bi Mar dan langsung menutup mulutnya, Embun langsung mengarahkan pandangan pada wanita paruh baya tersebut. "Sakit? Bibi tahu dari mana? Kan suami saya kerja.""Tadi saya Lihat Tuan Lintang pulang
Magbasa pa
Bab 26 | Tidak perlu mengajakku pergi, Mas.
Beberapa hari kemudian …Lintang sudah sembuh dari sakitnya dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Itu semua berkat Embun yang telaten merawatnya. Lintang merasa haru, sang istri sudah ia lukai hatinya, tetapi masih sudih meluangkan waktu untuk merawat dirinya. Andai keluarganya tidak memintanya untuk menikah lagi, tentulah ia tidak akan pernah menduakan wanita setulus Embun. Hati wanita di sampingnya ini sebening namanya. Sore ini, Lintang mengajak Embun pergi ke taman kota menikmati cuaca sore yang cerah. Mereka duduk pada sebuah kursi di bawah pohon. Selagi Jasmine belum kembali pasangan itu memanfaatkan waktu berdua. "Embun, terima kasih, ya," ucap Lintang sambil menggenggam erat sebelah tangan Embun. "Terima kasih untuk apa? Telingaku Sampai sakit mendengarnya." Embun menoleh ke samping menatap sang suami. "Terima kasih karena kebaikanmu.""Memangnya apa yang sudah aku lakukan? " Embun mengernyitkan dahi. "Aku sudah seperti pahlawan saja," lanjutnya tersenyum kecil sambil
Magbasa pa
Bab 27 | Bertemu teman lama
"Aku bertahan demi kamu, Mas. Aku khawatir siapa yang akan menemanimu di saat-saat sulit, saat kau tidak berdaya seperti kemarin, tapi mengapa kau tidak sedikit pun memikirkan perasaanku," gumam Embun sambil memperhatikan mobil sang suami yang kian menjauh. Air matanya kembali tumpah karena hati tidak bisa menahan apa yang dirasakan. "Aku seperti orang bodoh dibuatmu, tapi anehnya aku memilih tetap bertahan dalam kebodohan itu. Aku sangat ingin membunuh rasa peduliku padamu, tapi hati ini tidak sanggup melakukannya walaupun selalu kau lukai." Mata Embun menerawang jauh, dadanya terasa sesak. "Baiklah, aku akan tunggu sampai anakmu lahir, Mas. Setelah itu aku akan benar-benar pergi dari hidupmu," ujar Embun sambil menghapus air mata, "aku akan pergi setelah memastikan kau sudah benar-benar bahagia," lanjutnya sambil sesenggukan. "Mulai saat ini, anggap saja aku sedang mengukir kenangan di sisa waktu kebersamaan kita, yang entah suatu hari nanti kau masih mengingatnya atau tidak."
Magbasa pa
Bab 28 | Jasmine Ngidam
Bel rumah berbunyi, Embun yang sudah berada di ujung tangga pun melesat ke depan melihat siapa yang datang berkunjung pagi-pagi.Embun membukakan pintu dan nampaklah sang suami dan madunya, Jasmine tidak melepaskan belitan tangan pada lengan Lintang.Lintang mengulurkan tangan agar Embun mencium punggung tangannya. Dengan berat hati Embun menyambut uluran tangan itu dan melakukan apa yang sang suami inginkan, kalau dulu dia sangat senang melakukannya, tetapi sekarang berbeda."Kau baik-baik saja," tanya Lintang basa basi."Seperti yang kau lihat, Mas," sahut Embun singkat, sementara Jasmine memutar bola mata malas mendengarnya. Setelahnya pasangan bak perangko itu masuk ke dalam. "Embun, boleh aku meminta tolong," ujar Lintang, menghentikan langkah dan menghadap istri tua."Apa?" sahut Embun, perasaannya mengatakan ada yang tidak beres."Jasmine ngidam sangat ingin memakan makanan masakanmu, bisakah kau memenuhinya?" tanya Lintang, mata Embun melirik madunya yang terlihat lugu di sam
Magbasa pa
Bab 29 | Tidak adil
"Sempurna!" Jasmine terbahak dalam hati, bibirnya bergerak-gerak menahan tawa agar tidak keluar."Aku tidak perlu bekerja keras untuk membuatnya menderita, siapa suruh dia tidak memberitahukan kesembuhan Mas Lintang," batin Jasmine, "wanita mandul ini terlalu berbahaya jika aku melawannya langsung," lanjutnya dalam hati sambil matanya menatap Embun tajam. Tidak seorangpun yang melihat raut wajah jahat Jasmine."Embun, ini demi kebaikan kita semua," tukas Lintang sambil memandang Embun."Demi kebaikan wanita ular ini dan kau, Mas!" batin Embun."Aku Juga sebenarnya tidak mau merepotkan Mba Embun, tapi aku tidak bisa menolak keinginan jabang bayi ini. Aku Juga tidak mengerti mengapa bisa seperti ini," ujar Jasmine sambil mengusap perutnya "Karena dia tahu kalau Mba Embun juga ibunya," sahut Lintang."Yang benar saja, ibunya bagaimana? Mengandungnya saja tidak, aku yang kesusahan dan dia seenaknya saja ingin menjadi ibu dari anakku juga," batin Jasmine."Aku merasa tidak enak hati, mu
Magbasa pa
Bab 30 | Aku mencintai kalian berdua
Embun bersandar pada kepala ranjang sembari memangku laptop memeriksa pekerjaannya. Sejak tadi siang Embun tidak keluar kamar, ia juga tidak peduli apakah Jasmine mau makan atau tidak. "Aku perlu egois juga demi kewarasan diriku sendiri," gumam Embun.Terdengar suara pintu kamar di ketuk, Embun menoleh sekilas lalu kembali memfokuskan diri pada laptop. Dia tidak peduli pada suaminya di luar sana, melihat lelaki itu hanya akan membuat hatinya sakit. Biarlah ia mengurung diri."Embun!""Embun, buka pintunya.""Paling hanya ingin menyakitiku," gumam Embun sambil jari-jarinya menari di atas keyboard."Embun, sudah waktunya makan malam. Kau belum makan sejak siang," teriak Lintang dari balik pintu, tetapi Embun tidak peduli. Ia sengaja melakukan itu agar sang suami tahu jika ia kecewa dengan keputusan lelaki itu. "Embun, nanti kamu sakit.""Apa pedulimu, Mas. Setiap hari juga aku sakit," batin Embun sambil terus berkutat dengan laptop."Embun, plis buka pintunya dulu.""Bagaimana, Mas? A
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status