"Kenapa? Eh, Ardika, apa kamu sudah takut?"Jeniva menyunggingkan seulas senyum tajam, lalu melirik Futari yang meringkuk ketakutan dalam pelukan Ardika. Dia mengulurkan lengannya untuk menyentuh wajah Futari, lalu tersenyum dan berkata, "Nona muda yang sangat cantik dan polos. Ardika, ini adikmu, 'kan? Masih perawan, bukan? Setelah menghabisimu, aku akan mengirimnya ke Holoster, dia pasti bisa menjadi primadona di sana."Mendengar ucapan ini, Futari menjadi makin ketakutan. Raut wajahnya tampak pucat pasi.Walaupun dia polos, tetapi itu bukan berarti dia tidak mengerti maksud ucapan Jeniva ini."Plak!"Ardika langsung mengangkat lengannya dan melayangkan satu tamparan ke wajah Jeniva dan berkata dengan dingin, "Kalau kamu nggak ingin lenganmu yang satu ini juga patah, sebaiknya singkirkan tangan kotormu itu.""Eh, Ardika, kamu benar-benar cari mati, hah?! Di saat seperti ini, kamu bahkan masih berani memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Jeniva memelototi Ardika dengan penuh kebencia
Read more