Raut wajah Matthew langsung berubah menjadi pucat pasi.Namun, menghadapi pertanyaan yang ditujukan oleh Ardika padanya, dia tidak berani ragu-ragu. Dia segera mengangguk dan berkata, "Ya, ya, ya! Terlalu ringan!""Tuan Muda Ardika masih ingin bajingan ini membayar harga apa, silakan beri instruksi saja!"Biarpun ekspresinya sangat muram, Felisha buru-buru menimpali.Ardika berdiri, melirik peti mati yang sudah terletak di lantai sedari tadi, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Dengan mempertimbangkan ibumu, kali ini peti mati itu nggak perlu digunakan lagi.""Patahkan saja satu lenganmu lagi.""Kalau lain kali kamu berani memprovokasiku lagi, kamu harus berbaring di dalam peti mati itu sendiri."Ekspresi Matthew pucat pasi seperti selembar kertas putih, sekujur tubuhnya juga gemetaran dengan tak terkendali.Patah satu lengan saja sudah sangat tersiksa, sekarang Ardika malah ingin satu lengannya lagi juga dipatahkan."Terima kasih banyak telah berbelas kasihan, Tuan Muda Ardika! Terima
Read more