Semua Bab 30 Hari Bersama Ceo Angkuh: Bab 31 - Bab 40
237 Bab
31. Seperti Orang Asing
Dominic bangun lebih dulu pagi ini. Dia berjalan keluar dan melihat Anna yang sedang meringkuk di atas sofa. Gadis itu tidak pulang semalam. Dominic berjongkok di depan perapian lalu menambahkan potongan kayu bakar. Sesekali matanya melihat Anna yang masih tertidur lelap. Bibirnya tersungging saat dia mengingat kemarahan Anna malam tadi. *"Dominic!" Dominic bergeming. Pria itu hanya tersenyum kecil sembari memasukkan mangkuk berisi sup ke dalam microwave. "Dominic! Kau tidak punya telinga, ya?" bentak Anna. Wajah gadis itu memerah seperti tomat rebus dengan napas terengah-engah. "Kau! Beraninya kau melakukan itu padaku!"Dominic membalikkan tubuhnya dan kini fokus dengan Anna, sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Itu hadiahku karena sudah menang dalam pertandingan tadi siang.""Hadiah?" Anna membelalakkan matanya. Lalu gadis itu tertawa dengan terpaksa mendengarkan alasan Dominic yang tidak masuk akal. "Oke, aku terima jika kau menganggap dirimu menang tadi, tapi p
Baca selengkapnya
32. Setitik Masa Lalu
"Daniella!""Anna." Daniella berlari menghampiri Anna yang berdiri di depan pintu dapur, lalu memeluknya dengan erat. "Oh, sayangku. Aku rindu padamu," ungkap Anna sembari memeluk Daniella dengan erat. "Aku juga, Anna. Ah, sepertinya kita sudah lama tidak bertemu."Anna mengangguk dengan sikap manjanya. "Iya, bagaimana kabarmu di sini?""Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja."Setelah menyapa beberapa koki lain di restoran, Anna dan Daniella pamit pergi sebentar untuk melepas kerinduan mereka. "Kau tidak bekerja hari ini?" tanya Daniella. Mereka berjalan menyusuri kawasan resort di dekat danau. Anna menggeleng pelan. Dia kembali teringat dengan sikap dingin Dominic pagi tadi. Daniella menyenggol bahu Anna pelan ketika menyadari jika gadis itu melamun. "Kau sedang tidak sehat?""Eh, tidak." Anna menggeleng kuat. Dia tidak mau Daniella sampai salah paham. "Lalu kenapa melamun? Kau ada masalah? Tuan Dominic menyusahkanmu, ya?""Tidak-tidak. Dia sangat baik padaku.""Lalu?"Ann
Baca selengkapnya
33. Masa Lalu Anna
London, tiga tahun lalu. "Ayo, cepat!" "Mama mau membawaku ke mana?" Anna berusaha melepaskan cengkeraman tangan Carolina. "Sudah cepat! Kau selalu saja banyak bertanya.""Ma—“Anna tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mereka sampai di depan rumah besar di pinggiran kota. Wajahnya mendadak berubah risau dan takut. Untuk apa ibunya membawa Anna ke tempat seperti ini? "Masuk!""Tidak. Kenapa kita harus masuk ke tempat seperti ini? Mama tau 'kan ini rumah Nyonya Clark. Dia—“"Kenapa kau selalu berisik? Aku tau tempat apa ini dan aku kenal Nyonya Clark. Kau pikir selama ini kau hidup dari mana? Aku mendapatkan banyak uang karena bekerja dengan Nyonya Clark. Sekarang, sudah saatnya kau ...." Carolina menatap Anna dari atas sampai bawah. Setelah itu dia kembali menarik anak gadisnya. Anna menggeleng kuat. Dia sudah tahu apa yang ada di dalam kepala ibunya sekarang. Namun, semuanya sudah terlambat, di depan rumah Nyonya Clark, Carolina terus memaksa Anna untuk masuk tanpa peduli deng
Baca selengkapnya
34. Kedatangan Dominic
Musim dingin di Vermont. "Dia pria yang membantumu, bukan?" tanya Frank sekali lagi. Anna bergeming. Gadis itu terpaku sesaat dan ingat bagaimana dia berusaha kabur dari rumah Nyonya Clark tiga tahun lalu. "Dia terlihat seperti orang kaya, pantas saja kau mau ikut dengannya. Ternyata kau cukup pintar, Nak.""Stop!" teriak Anna. Wajahnya memerah karena menahan amarah sejak tadi. "Jangan bicara apa pun lagi, atau aku akan melupakan semua ikatan di antara kita."Senyum di bibir Frank luntur. "Kau mau melupakan ikatan darah di antara kita setelah semua kesusahan yang sudah kau tinggalkan?""Aku tidak peduli!" bentak Anna lagi. "Kalian yang menjualku kepada wanita tua itu. Aku berhak menentukan hidupku mau seperti apa."Frank menjadi hilang arah setelah mendengar perkataan Anna. Pria paru baya itu kembali mencengkeram tangan Anna dengan kencang, lalu menyentuh dagu putrinya dengan wajah penuh kebencian. "Kau semakin mirip dengan Carolina. Suka melawan!""Kalian yang membuatku seperti i
Baca selengkapnya
35. Manusia dan Kehidupannya!
Dominic berusaha mengendalikan keterkejutan dalam dirinya. Dia tidak tahu sejauh itu, tetapi dia tidak mau menyakiti Anna lebih dalam lagi jika dirinya terlihat cukup terkejut dengan fakta yang baru saja didengar. "Aku tidak peduli kau mau mengatakan apa. Selagi aku masih berbaik hati, silakan segera pergi dari sini. Tinggalkan Sky Crystal sekarang juga!""Memangnya kau siapa ingin mengusirku dari tempat ini? Aku sedang berlibur di sini?" cibir Frank tidak tahu diri. "Aku Dominic Leonardo Williams. Kau ingin tau siapa aku dan kenapa aku bisa mengusirmu dari Sky Crystal?" tanya Dominic dengan angkuh. Tanpa menunggu jawaban Frank dia kembali melanjutkan perkataannya, "aku pemilik tempat ini. Jadi, aku bebas mengusir sampah apa pun yang berada di tempatku!"Deg! Frank terdiam, dan mencoba mencari celah kebohongan di wajah Dominic. Namun, gaya arogan pria itu benar-benar membuat Frank percaya jika Dominic benar-benar pemilik resort ini. "Brengsek!" maki Frank setelah mengetahui siapa
Baca selengkapnya
36. Perasaan Aneh
"Kita pulang ke kabinku!" Dominic menarik tangan Anna tanpa menunggu persetujuannya. Wajah Dominic masih terlihat tenang, tetapi tidak dengan Anna. Sejak Dominic mengatakan jika masa lalunya tidak penting, gadis itu hanya bisa berdiam diri. Dominic mematahkan semua pemikirannya tentang manusia khususnya seorang pria. Dia pikir, setelah Frank memberitahu Dominic tentang masa lalunya, pria itu akan menatap Anna dengan jijik. Namun, hal itu sama sekali tidak terjadi. Bahkan Dominic juga tidak bertanya, apakah yang Frank katakan itu benar atau tidak. Pria itu justru membawanya, menenangkan dirinya, dan memegang tangannya dengan lembut. "Anna!""Eh ...." Anna terkejut saat mendengar Dominic sedikit berteriak. "Kau memanggilku?""Tidak hanya memanggil. Aku banyak berbicara sejak tadi. Kenapa sekarang kau jadi pendiam?" tanya Dominic. Dia berhenti dan menatap Anna dengan lekat tanpa melepaskan pegangan tangannya. "Sorry, aku tidak dengar. Jadi, kau bicara apa tadi?""Kau ingin pulang k
Baca selengkapnya
37. Pria Tua yang Sensitif!
"Anna, pipimu kenapa?" tanya Austin langsung ketika melihat Anna datang membawa coklat panas. Kulit putih Anna membuat lebam di pipinya terlihat jelas. "Hei, Dom! Katamu Anna baik-baik saja?" Austin menatap Dominic dengan raut curiga. "Kau tidak melakukan—“ "Tidak, Austin," jawab Anna cepat. Gadis itu ikut duduk setelah meletakkan cangkir cokelat panas milik mereka. "Aku terjatuh di dalam hutan tadi. Kepalaku terkena akar pohon.""Kau yakin?" tanya Austin sekali lagi. Dia jelas terlihat khawatir. "Dominic tidak menamparmu, kan?"Anna menatap Dominic sekilas, kemudian gadis itu menggeleng cepat dan tertawa cukup keras. "Tidak. Jika dia berani melakukan itu, aku sudah pasti akan membalasnya."Austin menghela napas lega setelah mendengar itu. Namun, berbeda dengan Harry. Pria itu masih menatap Dominic yang terlihat begitu tenang. "Kau yakin dia terjatuh, Dom?" tanya Emily kali ini. "Maksudku, lebam di pipinya seperti bekas tamparan.""Jadi, kau ingin jawaban seperti apa?" Dominic bert
Baca selengkapnya
38. Tidak Mungkin
Tidak hanya Dominic, Anna, Austin, dan Emily juga sama terkejutnya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Harry. "Harry, maksudmu apa?" tanya Emily bingung. Gadis itu terlihat sangat penasaran. Sementara itu, Dominic terlihat menelan ludahnya dengan susah payah setelah melihat senyum penuh arti di wajah Harry. Harry memang teman yang paling peka. "Dominic menyukai siapa dan apa?" Kali ini Austin yang berbicara. Anna hanya diam dan melihat Dominic dan Harry secara bergantian. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya Harry bicarakan, tetapi Anna yakin Dominic tahu maksudnya. "Dia sepertinya sedang mengigau!" sanggah Dominic. Pria itu tertawa hambar, dan langsung diam ketika semua tatapan orang-orang tertuju padanya. "Honey!" "Dominic suka dengan pasta yang Anna masak tadi. Benar, bukan?"Dominic mendesah kasar lalu mengangguk lemah. "Ya, sekarang masakannya sudah jauh lebih baik."Mendengar hal itu, Austin dan Emily hanya mengangguk saja. Mereka percaya begitu saja. Akan teta
Baca selengkapnya
39. Perasaan yang Rumit
"Austin, apa Anna baik-baik saja?" tanya Daniella ketika melihat Austin masuk. "Kau di sini?""Jawab aku, Anna tidak mengalami masalah yang serius, kan? Dia pergi cukup lama dengan pria asing itu."Austin menoleh sebentar ke arah Daniella, lalu membuka mantel dan menggantungkannya di balik pintu. Setelah itu dia berjalan menghampiri Daniella yang berdiri dengan wajah resah di depan perapian. "Austin!""Tidak. Dia baik-baik saja, hanya saja pipinya sedikit lebam karena terjatuh di hutan tadi."Daniella terlihat menghembuskan napasnya. Raut wajah gadis itu terlihat kembali normal. "Kenapa kau datang ke rumahku? Aku tidak ada mengundangmu, bukan?" tanya Austin. Pria itu kemudian berjalan menuju dapur, tanpa menunggu jawaban Daniella. Daniella mengikuti langkah kaki Austin, dan tanpa aba-aba dia memeluk tubuh Austin dari belakang. Menyandarkan kepalanya pada punggung lebar milik pria itu. "Aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan tentang Anna. Lagi pula kau yang melarangku ikut tad
Baca selengkapnya
40. Saling Berbagi
Anna menatap angin yang bertiup kencang melalui jendela kaca di kabin milik Dominic. Sejak semalam dia tidak pulang karena badai salju yang kembali terjadi. Badai kali ini cukup besar hingga membuat Anna tidak berani keluar sama sekali. Sesekali mata gadis itu melirik ke arah Dominic yang sedang duduk di sofa dengan santai. Pria itu terlihat sangat fokus dengan laptopnya dengan sesekali terlihat mengerutkan kening. "Sudah hampir dua minggu di sini. Kau belum bosan?" Anna bertanya tanpa menoleh sama sekali. Dia memegang cangkir berisi coklat panas sejak pagi tadi. "Kontrak kita satu bulan. Jadi, aku tidak akan pulang sebelum itu.""Kau tidak rindu rumah, atau keluargamu. Aku lihat ibumu sering menelpon.""Ya, dia menghubungiku hanya untuk memaksaku pulang saja."Anna menoleh dan melihat Dominic yang masih terlihat tenang. "Hubungan kalian terlihat cukup baik," tukas Anna. Ada sedikit nada kecemburuan dalam perkataan gadis itu. Dia tidak pernah dihubungi oleh ibunya. Meski ibunya ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status