All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 481 - Chapter 490
545 Chapters
Bab 481
Satu jam kemudian.Sang dokter memberikan laporan pemeriksaannya kepada Alya."Penyakit lambungnya cukup parah. Dia pingsan karena penyakit lambungnya kambuh, tapi dia juga mengalami kekurangan gizi dan kecemasan berlebih."Alya mengambil laporan pemeriksaan tersebut dari tangan sang dokter.Sulit untuk membayangkan hal seperti kekurangan gizi dan kecemasan berlebih muncul pada Rizki.Lagi pula, dalam ingatannya, tidak ada hal yang tidak bisa Rizki lakukan.Selain itu, pria itu tampak tidak pernah sakit ataupun tidak enak badan.Alya melirik ke arah kamar rawat, lalu bertanya pada dokter itu, "Selanjutnya bagaimana? Apakah dia akan dirawat inap atau ...?""Mengingat kondisi Pasien, sebaiknya Pasien dirawat inap untuk pemulihan. Kalau nggak, kalau kondisinya terus seperti ini, penyakitnya akan makin parah.""Bagaimana lambungnya bisa jadi seperti ini?""Makan yang nggak teratur dan konsumsi alkohol bisa melukai lambung. Jadi, apa pacarmu sering minum?"Istilah pacar ini membuat Alya men
Read more
Bab 482
Akan tetapi, kenapa Rizki membuat dirinya menderita seperti ini?Sekarang, Alya akhirnya mengerti kenapa Rizki sangat tidak sabar ketika berbicara dengannya di hotel tadi.Saat itu, RIzki mungkin sudah mencapai batasnya, 'kan?Memikirkan hal ini, Alya pun menghela napas. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Angga.Ketika menerima teleponnya, Angga bertanya dengan hati-hati, "Bos, kenapa kamu belum juga kembali? Kalian ... nggak ribut, 'kan?""Nggak, tapi sekarang aku ada di rumah sakit ....""Apa?" Angga seketika terkejut. "Kenapa tiba-tiba ke rumah sakit? Bos, meskipun kamu dan Pak Rizki memiliki masa lalu, seharusnya masalah kalian nggak sampai sebesar ini. Bos, apa kamu nggak apa-apa?""...."Setelah Angga selesai bicara, Alya tanpa daya berkata, "Apakah kamu bisa membiarkanku selesai bicara dulu?""Bisa, bisa, cepatlah Bos."Ketika mendengar bosnya ada di rumah sakit, Angga sangat khawatir. Dia takut bila masalahnya menjadi besar, investasinya akan ditarik kembali da
Read more
Bab 483
Ketika Cahya tiba di rumah sakit, dari kejauhan, dia melihat Alya yang sedang menunggunya di pintu kamar.Begitu melihat Alya, Cahya teringat dengan sentuhan jari mereka yang tidak disengaja itu. Melihat kecantikan Alya yang luar biasa, dia pun lagi-lagi tersipu malu.Jadi setelah dia mendekat, yang Alya lihat adalah Cahya yang berwajah dan bertelinga merah.Alya tidak begitu memikirkannya, hanya mengira Cahya memerah karena udara dingin di luar. Dia pun mendekat sambil memberikan ponsel, dompet, kartu kunci dan barang-barang lainnya pada Cahya."Ini semua barang milik Pak Rizki."Cahya tidak tahu apa yang telah terjadi, dia hanya bisa menerima apa yang diberikan Alya padanya.Akhirnya saat melihat tangan kosong Alya, dia tiba-tiba menyadari sesuatu."Nona Alya, apa kamu mau pergi?"Alya mengangguk."Ya, karena kamu sudah di sini, aku harus pergi.""Ah?" Cahya seketika menyesal, kenapa dirinya harus datang secepat ini? Jika Rizki bangun dan tahu bahwa Alya pergi karenanya, Rizki pasti
Read more
Bab 484
Mendengar kata "dirawat", Rizki mengerutkan keningnya."Nggak perlu dirawat.""Pak Rizki, tolong dengarkan aku. Sebaiknya kamu dirawat. Kalau kamu nggak suka dengan kamar ini, aku akan segera memindahkanmu ke kamar yang lebih bagus."Setelah mengatakan itu, dia menemukan bahwa Rizki sedang menatapnya dengan dingin.Tanpa sadar Cahya pun terdiam.Setelah beberapa saat, dia berbisik, "Aku tahu kamu selalu merasa penyakitmu bukan masalah besar, tapi hari ini kamu pingsan di depan Nona Alya, apa kamu nggak merasa malu?"Rizki yang tadinya tidak berekspresi, segera mengubah ekspresinya setelah mendengar kalimat yang terakhir."Apa katamu?"Tatapannya seketika menjadi tajam. "Pingsan di depan siapa?"Cahya takut dengan aura yang memancar dari tubuh Rizki, lalu dengan terbata-bata menjawab, "No ... Nona Alya."Rizki refleks bertanya, "Dia nggak pergi?"Bukankah sebelumnya dia sudah menyuruh Alya pergi?Dia juga jelas-jelas telah melihatnya pergi, kapan Alya kembali?Cahya tidak ada di sana, j
Read more
Bab 485
Alya peduli padanya.RIzki telah mendapatkan sebuah kepastian.Wanita itu tampak sangat kejam dan mengucapkan kata-kata kasar.Akan tetapi ... setelah pergi, wanita itu kembali lagi.Bahkan membawanya ke rumah sakit dan terus menunggu sampai Cahya datang.Apa artinya ini?Artinya, Alya peduli padanya dan khawatir sesuatu akan terjadi padanya.Karena Alya peduli padanya, artinya dia masih belum menemui jalan buntu dan masih memiliki kesempatan.Awalnya, dia tidak ingin Alya tahu mengenai penyakitnya.Namun, sekarang, penyakitnya malah mengungkapkan beberapa hal padanya. Kalau begitu kenapa dia tidak manfaatkan saja situasi ini?Cahya sedang menelepon di luar.Sebenarnya dia tidak memiliki nomor telepon Alya, tetapi sebagai seorang asisten yang luar biasa, dia langsung menelepon Angga dan meminta nomor telepon Alya.Angga pun tanpa ragu memberikannya."Terima kasih, lain kali aku akan mentraktirmu."Setelah mendapatkan nomornya, Cahya segera menelepon Alya.Alya baru saja memanggil taksi
Read more
Bab 486
Cahya tercengang untuk beberapa detik sebelum bergegas menghampirinya."Pak Rizki!"...Lima menit kemudian.Rizki kembali duduk di tempat tidur dengan wajah masam, di sampingnya terdapat seorang suster yang tampak tak bisa berkata-kata."Benar-benar, kamu sudah sakit tapi kamu masih saja bandel. Kamu diinfus dan kamu malah menarik jarumnya. Bagaimana bisa kamu nggak kesakitan saat kamu berdarah sebanyak ini?""Maaf, maaf." Cahya hanya bisa menggantikan Rizki meminta maaf, "Kami benar-benar minta maaf telah merepotkanmu."Sang suster melirik Rizki yang tampak tak bernyawa itu, lalu berkata, "Kamu nggak boleh menarik jarumnya lagi. Belakangan ini rumah sakit sudah sangat sibuk, kalian jangan membuat masalah lagi."Kemudian, sang suster berbalik dan pergi.Setelah sang suster pergi, kamar menjadi lebih sepi.Karena keributan ini, paman dan anak kecil di dalam kamar itu pun melihat ke arah mereka."Mama, kakak itu barusan berdarah banyak sekali."Anak itu merapat ke dalam pelukan ibunya s
Read more
Bab 487
Alya refleks membantah, "Bukannya enggan, aku hanya bekerja. Perusahaan butuh beroperasi dan untuk berkembang kami membutuhkan investasi. Dulu Pak Angga adalah seorang manajer di perusahaan besar, Perusahaan Saputra memang pilihan yang terbaik. Selain itu, aku sudah melepaskan dan nggak peduli lagi padanya. Kami hanya melakukan kerja sama bisnis, jadi apa salahnya? Hal ini nggak memengaruhiku. Apakah aku akan terus mundur dalam pekerjaanku tiap kali aku bertemu dengannya di Juwana?""Begitukah? Kamu benar-benar nggak terpengaruh?""Ya.""Oke, kalau begitu berjanjilah padaku.""Apa?" tanya Alya."Berjanjilah untuk terus bersama denganku."Untuk pertama kalinya, tidak terdapat kehangatan ataupun senyuman di wajah tampan Irfan.Alya tercengang menatapnya.Dia tidak menyangka Irfan tiba-tiba akan menekannya seperti ini."Kamu ....""Bukankah kamu bilang kamu nggak terpengaruh? Di mobil tadi sebelum Pak Angga menelepon, apa yang mau kamu katakan padaku?" Tatapan Irfan terpaku padanya. "Kamu
Read more
Bab 488
"Oke, 3 hari."Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Irfan akhirnya melepas Alya. Kemudian, dia kembali memasang senyumnya yang biasa."Sepertinya ada yang ingin kamu bicarakan dengan Pak Angga, aku akan memanggilnya ke sini."Setelah itu, Irfan pergi.Begitu dia pergi, ketegangan di tubuh Alya pun seketika menghilang. Di saat yang sama, Alya menghela napas lega.Ketika dapat bernapas dengan normal lagi, Alya merasa bagaikan ikan sekarat di tepi pantai yang berhasil kembali ke laut.Alya duduk dan bersandar di sofa, lalu memejamkan matanya dengan lelah.Irfan ... benar-benar sudah sangat berubah.Dulu, dia kira pria itu lembut dan mudah diajak bicara.Namun, hari ini, Irfan sangat mendominasi. Membuatnya merasa bahwa bila dia tidak setuju, pria itu tidak akan dilepaskan begitu saja.Terdengar suara dari luar dan Angga pun masuk."Bos?"Setelah masuk, Angga diam-diam melirik ke arah luar. Dia ingin mengatakan sesuatu pada Alya, tetapi dia takut orang lain akan mendengarnya. Ja
Read more
Bab 489
Di malam yang amat tenang.Di rumah sakit.Cahya duduk di samping tempat tidur, mengerutkan keningnya sambil memandang beberapa makanan yang terdapat di atas meja, lalu melihat Rizki yang menolak untuk memakannya. Dia menghela napas dan berkata, "Pak Rizki, kamu harus makan, oke?"Akan tetapi, Rizki sedang memakai bluetooth earphone. Dia hanya diam menonton layar ponselnya, sambil duduk bersandar pada kepala tempat tidur.Cahya mendekat untuk melihat.Di layar ponsel tersebut, dua anak kecil yang menggemaskan sedang melakukan siaran langsung.Dia pun tak bisa berkata-kata, Rizki lebih memilih menonton siaran langsung dua anak kecil dibandingkan makan. Cahya menatap layar ponsel itu dengan wajah datar, tiba-tiba dia memiliki ide.Bagaimana kalau dia membuat akun baru untuk mengirim pesan pada kedua anak itu, lalu mengatakan bahwa temannya yang sangat menyukai siaran langsung mereka sedang sakit dan tidak mau makan ataupun diobati, sehingga dia ingin mereka membujuk temannya? Apakah cara
Read more
Bab 490
"Semoga kamu cepat sembuh!"Semua orang di ruang siaran sangat baik hati.Satya mendekat untuk melihat.Sebuah wajah yang menggemaskan dan tampan tiba-tiba muncul di depan kamera."Wow!"Cahya yang sedang memegang ponselnya, tidak dapat menahan dirinya dan berseru. Dia sangat terkejut melihat wajah kecil ini dari dekat.Entah apakah ini hanya imajinasinya saja atau tidak, tetapi dia merasa bahwa wajah ini adalah versi kecil dari Rizki!Jadi, setelah itu, Cahya sesekali melihat Rizki, lalu menunduk dan melihat Satya di ponselnya.Makin dilihat, rasanya makin aneh.Pada akhirnya, dia pun tak bisa berkata-kata.Sebelumnya, dia hanya tahu bahwa Rizki terus menonton siaran langsung kedua anak kecil ini, juga bagaimana anak-anak ini mirip dengan Rizki.Namun, ini adalah pertama kalinya dia melihat anak kecil itu sedekat ini. Anak itu berwajah sangat tampan dan masih tampak polos, tetapi anak itu juga sudah memberikan kesan yang dingin dan tenang. Kemiripan anak itu dengan perangai Rizki sang
Read more
PREV
1
...
4748495051
...
55
DMCA.com Protection Status