Semua Bab Pesona Om Bule: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Part 11
Aku malah bengong karena enggak tahu harus bagaimana. Bukankah kalau di drakor, menerima bunga artinya menerima cinta dari si pemberinya?Tetapi, kenapa Jo enggak menyatakan cintanya? "Gak suka, ya? Sama, sih, aku sendiri lebih suka bunga bank. Ini ide temen kantorku sebenernya."Jo ketawa. Akhirnya dengan sedikit canggung aku pun menerima bunga dari Jo. Sekuntum mawar merah itu kuletakkan di sebelah kanan, berdekatan dengan jendela."Aku baru pertama dikasih bunga sama cowok, jadi agak syok," kataku kikuk."Masa? Kalo gitu tiap hari aku kasih, deh, biar terbiasa."Kami sama-sama ketawa."Gimana kuliahnya?"Obrolan kami terjeda karena pelayan mengantarkan minuman. Jo memesan es americano sementara aku es strawberry. Paduan strawberry yang asam, susu, dan sodanya sangat cocok di lidahku. Meminumnya seketika membawa energi baik yang mengalir hingga ke ujung kaki."Lancar, tinggal nunggu wisuda aja.""Setelah wisuda mau ngapain? Kerja atau nikah?""Nggak tahu belum kepikiran. Palingan
Baca selengkapnya
Part 12
Sadar dengan itu, aku segera menarik tanganku dan mengusapnya. Tentu saja Jo ketawa dan meminta maaf setelahnya. Aku sendiri merasa ada yang tidak beres. Jantungku bergetar hebat hingga membuatku kembali duduk. Takut sewaktu-waktu tak sengaja bersentuhan lagi dengan dia."Deg-degan nggak?"Ish! Aku tak menjawab. Setelah jantungku kembali normal, aku pun memutuskan untuk meninggalkan kamar Jo. Laki-laki itu mengantarku hingga pintunya sambil melambaikan tangan. Aku buru-buru masuk dan segera duduk di sofa. Kupegangi dadaku yang masih berdegup kencang. Ada apa denganku?Aku mengacak rambut, kemudian berlari menuju kamar mandi. Berendam di dalam bathup membuatku sedikit rileks. Tiba-tiba aku teringat hal konyol tadi dan tiba-tiba juga tersenyum sendiri. Wajah Jo seketika memenuhi kepalaku. Aku segera menggeleng dan membasuh wajahku.**Jam dua belas siang aku sudah berada di kantor Imel. Melihatku sudah duduk menunggunya, tentu saja Imel langsung berlari menujuku. Tanda-tanda reog pun mu
Baca selengkapnya
Part 13
Aku menggeplak kepalaku sendiri, kemudian kembali masuk mobil dan pulang ke apartemen. Kayaknya emang lama-lama otakku mulai geser. Aku masih saja berusaha mengingat dan memastikan, apakah Jo tadi bilang love you atau see you?Lagi-lagi aku menggeleng dan gelimpungan di kasur. Aku sudah benar-benar tidak waras! Telingaku juga sepertinya harus sering-sering dibersihkan biar bisa mendengar dengan jelas.Aku meraih ponsel, mengetuk nama Joshua di aplikasi chating. Aku bertanya-tanya sendiri, haruskah aku mengirimkan pesan kepada Jo? Memilih bangkit dan duduk bersila, aku memutuskan untuk mengetik sesuatu di sana.Namun, ponsel itu kembali kulempar dengan asal. Aku harus mengetik apa? Terserahlah. Aku memilih untuk kembali rebahan sambil menutup wajah dengan bantal.Tiba-tiba pintu apartemenku diketuk. Aku bangkit dengan malas dan berjalan menuju pintu."Jo?""Ada waktu nggak, Mir?""Kenapa?""Aku ada meeting sama klien dan aku perlu asisten buat nemenin. Nanti kamu bantuin merangkum poi
Baca selengkapnya
Part 14
"Mir, temenin aku makan malam, ya? Aku lagi butuh temen."Sontak saja mataku membulat sempurna. Aku segera duduk, hendak membalas pesan dari Jo, tapi Imel si kepo malah ikutan duduk dan melihat ke layar ponselku."Kenapa lo?""Apa, sih, Meeel? Kepo, deh." Aku meninggikan HP agar Imel tak bisa melihatnya. "Dih, aneh." Imel kembali rebahan.Aku mengetik balasan untuk Jo. "Boleh. Tunggu sebentar aku harus ganti baju dulu.""Lo di sini aja, ya, Mel. Gue lagi ada urusan."Aku melompat dari kasur dan memilih baju. Kali ini aku tidak akan memakai hodie lagi. Setelan blouse dan rok ala korea menjadi pilihanku malam ini. Imel yang semula tiduran seketika duduk saat melihatku sibuk."Lo mau ke mana pakai baju kayak gitu?""Gue ada urusan. Lo di sini aja jaga rumah.""Sama siapa, heh?""Ntar gue cerita. Gue udah ditunggu."Aku buru-buru meninggalkan Imel karena Jo sudah menunggu di mobilnya. Saat tiba di parkiran, Jo menyambutku dengan senyuman."Cantik," kata Jo.Aku seketika tersipu dan menye
Baca selengkapnya
Part 15
Aku sedikit gugup saat Jo memperkenalkanku pada semua staf yang dia temui di kantor. Sebagai seorang CEO, Jo sangat ramah dengan semua karyawan. Aku bertanya ruanganku di mana, tapi hanya menjawab, "nanti juga tahu," sambil tertawa. Aku hanya mengikuti langkahnya dan masuk ke dalam ruangan CEO yang setara dengan luas apartemenku. Ada dua meja kerja dan satu sofa, juga ada beberapa rak yang berisi map-map berjejer. Di meja paling besar dekat jendela, tertulis nama Joshua Alexander sebagai CEO di PT Astaprima ini.Sementara di meja yang lebih kecil hanya berisi vas bunga mawar dan juga berkas-berkas. "Kamu kerja di sini, Mir."Aku membulatkan mata. "Satu ruangan sama kamu?""Memangnya kenapa? Aku mau kita sama-sama terus.""Aku nggak bisa kerja kalau seruangan sama kamu.""Alasannya?"Aku terdiam seketika. Masa aku harus bilang kalau alasannya karena deg-degan? Konyol, Mira!"Iya, udah nggak papa," jawabku akhirnya.Aku meletakkan tas jinjing dan juga tas laptop di meja, kemudian dudu
Baca selengkapnya
Part 16
Entah apa yang ada di pikiran papi saat ini, sejak tadi matanya tak beralih dariku. Aku memilih untuk membuang muka, atau lebih sering menundukkan wajah agar tidak bertatapan langsung dengannya. Meski begitu aku senang karena papi tak memberitahu Jo bahwa aku adalah anaknya.Kalau bukan karena meeting bersama Jo hari ini, tentu aku tidak akan tahu kalau ternyata papi sudah lama aktif dalam melakukan kerja sama seperti ini. Aku pikir papi menggunakan uang yang dia dapatkan untuk berfoya-foya saja, nyatanya papi sangat peduli dengan nasib anak-anak yatim dan anak-anak jalanan. Dalam hati aku bangga karena ternyata papi adalah orang yang dermawan seperti namanya. Namun, kenapa dia tidak pernah cerita?Meeting ditutup dengan tanda tangan Jo dan papi di atas materai. Semoga kerja sama kali ini berjalan dengan lancar dan baik. Usai menutup laptop, aku memesan makanan untuk kami. Obrolan berlanjut dengan santai. Mereka membahas keadaan di kantornya masing-masing. "Seingat saya terakhir kit
Baca selengkapnya
Part 17
Butuh waktu satu jam untuk sampai ke lokasi. Setibanya di kafe, aku segera berlari ke dalam untuk memastikan bahwa Joseph masih ada di sini. Namun, sejauh mataku memandang, aku tak menemukan Bastian, Bianca, dan juga Joseph di sana.Tiba-tiba Imel menaik tanganku, tapi aku menepisnya."Lo ngapain sih, Mel?""Mobil Pak Bas udah keluar dari parkiran, ayo kita kejar!"Tanpa banyak omong lagi, aku dan Imel pun berlari menuju parkiran. Aku memilih mengemudi sementara Imel menjadi petunjuk jalan. Mobil milik Bastian memasuki.kawasan perumahan elit di pusat kota. Aku menghentikan motor tak jauh dari pos satpam. Mustahil diizinkan masuk karena kami tidak tinggal di daerah sini."Gimana, Mir?""Kayaknya gak bakal diizinin masuk, deh, Mel.""Paling nggak lo tahu kalo ini rumah Bianca. Soalnya rumah Pak Bastian bukan di sini."Aku membenarkan ucapan Imel. Mungkin kalau ada waktu, aku akan mengajak Jo untuk mendatangi tempat ini untuk memastikan apakah Joseph benar-benar tinggal di sini.Saat mob
Baca selengkapnya
Part 18
Jam tujuh pagi aku dan Jo sudah berada di kawasan perumahan mawar biru. Aku memintanya menunggu sebentar di dalam mobil sementara aku menemui satpam dan meminta izin untuk masuk. Usai menunjukkan sebuah informasi lowongan pekerjaan yang berasal dari salah satu rumah di tempat ini, akhirnya dua satpam yang berjaga itu pun mengangguk setuju.Aku memberikan kode kepada Jo dengan gerakan tangan agar dia segera pergi ke kantor sebelum Bianca melihat dia ada di sana.Ketika portal dibuka, aku menarik napasku sedalam-dalamnya. Semoga semua rencanaku berjalan seperti keinginanku. Aku melangkah dengan mantap mencari rumah nomor 9A. Ketika sampai di terasnya, aku langsung bertemu dengan Bianca yang hendak masuk ke mobilnya."Siapa, ya?" tanya Bianca.Aku melangkah mendekat sembari tersenyum ramah."Salam, Bu Bianca, saya Mira. Kedatangan saya ke sini karena melihat ada lowongan pekerjaan sebagai guru privat. Keperluan saya ingin melamar, barangkali masih membutuhkan. Ini data diri saya."Aku me
Baca selengkapnya
Part 19
Hingga jam tiga sore, batang hidung Bianca belum kelihatan juga. Aku mulai gelisah karena sejak tadi hanya bisa mengabaikan pesan Jo. Bahkan ketika dia minta dikirimi foto Joseph, aku pura-pura tak membacanya.Aku pikir Bianca akan segera datang. Namun, meski Joseph sudah berkali-kali menanyakan keberadaan ibunya pun, aku masih tidak tahu harus menjawab apa. Hebatnya anak itu sama sekali tidak menangis meski ditinggal seharian oleh ibunya dalam keadaan sakit. Andai itu aku, aku sudah pasti menangis seharian. "Joseph kalau ditinggal mommy kerja, di rumah sama siapa?""Sendiri.""Sendiri?"Anak itu mengangguk. Tak ada sorot kebohongan dalam bola matanya."Joseph nggak takut?"Dia menggeleng. Anak sekecil ini ditinggal dalam rumah sendiri selama seharian? Kenapa ibunya tega?"Terus, kalau Joseph mau makan gimana?""Ada yang antar makanan. Kalau ada Miss Dita, biasanya sama Miss Dita.""Miss Dita? Guru privat Joseph sebelumnya ya?"Dia mengangguk. "Sekarang Miss Dita kemana?""Aku tida
Baca selengkapnya
Part 20
Seorang perawat yang berdiri di sana seketika menoleh padaku. Aku berjalan pelan-pelan mendekati Joseph yang kini sudah terlelap. Berbeda denganku, Joshua datang dengan begitu buru-buru dan menangis, memeluk tubuh Joseph.Aku hanyut dalam suasana itu. Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, Jo dipertemukan dengan anaknya."Maaf, Bu. Kami terpaksa menyuntikkan obat tidur tanpa menunggu persetujuan dari pihak keluarga karena Joseph menangis sejak sore tadi. Dia bisa dehidrasi."Aku mengatakan tidak apa-apa, toh itu untuk kebaikan pasien. Hanya saja yang membuatku bingung adalah ... di mana Bianca?Saat perawat itu keluar ruangan, aku pun menyusulnya. Meninggalkan Joshua yang masih memeluk putranya."Maaf, Sus. Ibunya Joseph ke mana, ya?""Maaf, saya tidak tahu, Bu. Joseph sendirian sejak jam enam sore tadi, itu sebabnya dia menangis tanpa henti. Kami sudah berusaha menelepon, tapi tidak dijawab."Aku menghela napas dalam. Kenapa Bianca tega meninggalkan Joseph sendirian? Kalau tahu aka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status